Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

PERANAN BENDA PURBAKALA DALAM HISTORIOGRAFI TRADISIONAL


Benda-benda bersejarah merupakan peninggalan yang sangat penting artinya dalam memahami suatu peristiwa bersejarah. Benda-benda itu merupakan khasanah peninggalan yang sangat erat kaitannya dalam proses perjalanan manusia ¬dalam sejarahnya. Benda tersebut mempunyai nilai penting, tetapi seberapa jauh sejarah memanfaatkan benda-benda tersebut, tergantung kepada faktor seperti tujuan pengungkapan, latar belakang sosial, dan asal usul sejarawan.

Benda purbakala adalah benda yang dianggap mempunyai nilai penting dalam sejarah, khususnya dalam historiografi tradisional. Pengaruh kuat unsur mikrokosmos dan makrokosmos inilah yang menjadikan benda purbakala memiliki peranan penting dalam historiografi tradisional.

Ciri khas penulisan sejarah tradisional di Indonesia yang mengedepankan dongeng, mitos, legenda, dan fabel yang walaupun kesemuanya itu kurang dapat dipertanggungjawabkan fakta historisnya, tapi tetap saja tersisa sarinya yaitu berita kesejarahan yang sangat penting itu. Naskah-naskah tradisional seperti Arjuna wiwaha, dan babad Cirebon misalnya, memang tidak sepenuhnya merupakan naskah sejarah, namun ada maksud tertentu dari para penulisnya, terutama jika mereka termasuk “pujangga Istana”. Tujuan utama penulisan mereka adalah untuk kepentingan dan penyanjungan kepada raja.

Benda purbakala tidak dengan sendirinya berperan penting dalam historiografi tradisional, melainkan hubungan benda tersebut dengan peristiwa sejarah melalui perantara. Sekurang-kurangnya ada tiga perantara yang berperan, yaitu a) cerita rakyat/sastra lisan, b) naskah (filologi), c) prasasti (epigrafi).

a)Cerita Rakyat/ Sastra Lisan
Cerita Rakyat atau sastra lisan berhubungan dengan benda-benda, baik yang merupakan karya manusia maupun benda alam. Kisah Rorojongrang adalah contoh yang berkenaan dengan karya manusia, sedangkan Sangkuriang merupakan contoh yang kedua (benda alam). Cerita-cerita tersebut erat kaitannya dengan manusia dengan lingkungannya. Manusia tidak hanya mempercayainya saja, tetapi juga mempengaruhi tingkah laku mereka.

b)Naskah (filologi)
Dalam hubungannya dengan benda (baik alam maupun karya manusia), naskah merupakan semacam “pencatatan” sastra lisan yang sudah beredar sebelumnya. Naskah tersebut berasal dari tiga lingkungan, yaitu istana, mandala (keagamaan), dan rakyat biasa.

c)Prasasti (Epigrafi)
Prasasti adalah suatu informasi dari bangunan hasil karya manusia. Prasasti dari suatu segi, sama kedudukannya dengan naskah yang berasal dari istana. Prasasti menjadi perantara antara benda dengan kisah sejarah. Melalui embaran (informasi) dalam prasasti itulah kisah sejarah dapat disusun.
Jadi, dengan demikian,

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..