Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN HISTORIOGRAFI INDONESIA


Tradisi mencatat berbagai peristiwa unik ataupun yang kelak nantinya kan menjadi sumber sejarah ternyata sudah berlangsung lama di Indonesia. Hal itu bisa kita lihat dengan begitu banyaknya prasasti-prasasti yang ditemukan dan menjadi sumber sejarah. Namun sayangnya tradisi menulis tidak begitu banyak diminati bangsa Indonesia. Tinjauan dunia sejarah di Indonesia menunjukkan bahwa Negara ini mempunyai kekayaan yang beraneka ragam, akan tetapi hal ini menjadi berbeda ketika bangsa colonial datang.
Begitu banyak peristiwa yang dialami oleh bangsa Indonesia. Dari zaman kemegahan kerajaan, zaman colonial, dan zaman kemerdekaan. Sayangnya sedikit sekali penduduk Indonesia yang menjadi actor sejaman tidak menulis peristiwa-peristiwa tersebut. Tradisi menulis bangsa Indonesia memang sudah berkembang lama namun sayangnya kurang begitu diminati. Penulisan sebuah peristiwa merupakan sesuatu yang penting, karena untuk merekam sebuah keadaan zaman agar bisa diketahui oleh masa selanjutnya.
Pada perkembangannya sejarah di Indonesia menjadi bias. Hal ini karena tidak ada bukti yang valid, dan kalupun ada ternyata kebanyakan yang menulis adalah bukan orang Indonesia sendiri.Hal ini sangat berkaitan erat dengan historiografi. Historiografi merupakan tulisan-tulisan yang menceritakan peristiwa sejarah.Pola historiografi adalah struktur gagasan yang ditentukan terutama oleh realitas utama yang tidak berakar pada kebutuhan untuk menggambarkan realitas tersebut. Historis bermula dari pertanyaan dan berkembang dari peningkatan kematangan pertanyaan histories sendiri.
Penulisan adalah puncak dari sejarah, sebab apa yang dituliskan itu merupakan peristiwa sejarah. Sejarah sebagaimana yang diceritakan dalam penulisan tersebut mencoba memahami sejarah sebenarnya. Sedangkan untuk periodesasi hanyalah tahap awal dari sejarah. Kecenderungan pada peristiwa yang menyangkut manusia. Dan hal itu hanya bias diketahui dengan melihat rekaman sejaman yang bisa dibaca melalui tulisan.
Dalam penulisan Sejarah Indonesia banyak permasalahan yang dihadapi oleh para penulis terutama dalam mendapatkan sumber dan menujukkan subjektifitas yang terjadi dalam penulisan sejarah. Sebabnya antara lain adalah ketidak tegasan objek ssejarah nasional, pendidikan ahli-ahli tanpa konsepsi yang pasti dan tegas: ahli sejarah bagaimanakah yang hendak dihasilkan, sumber-sumber sejarah yang tersebar dimana-mana tanpa organisasi perlindungan/ penggunaan tertentu, lembaga-lembaga yang ada sangkut pautnya dengan penyelidikan/ penulisan sejarah: universitas, museum, Dinas Purbakala, Arsip Nasional, lembaga-lembaga sejarah dan sebagainya. Kurang menunjukkan koordinasi dan kerja sana.
Fokus utama dala makalah ini yaitu permasalahan apa saja yang menjadi penghambat dalam historiografi Indonesia. Banyaknya permasahan yang terjadi dalam Historiografi Indonesia menimbulkan kerancuan dalam memilih buku-buku sejarah yang ada. Dalam makalah ini pula akan di bahas tentang Historiogarfi Indonesia juga yang terlalu bersifat Indonesiasentris.

PERMASALAHAN DALAM HISTORIOGRAFI INDONESIA
Sejak tahun 1942 sejarah Indonesia mendapat tempat resmi dalam kurikulum saekolah di Indonesia. Sebelum tahun 1942, terdapat Geshidenis van Nedelands-Indie (Sejarah Hindia Belanda) dan Indische Geschidenis (Sejarah Tanah Hindia). Hal ini menjadi titik utama dalam perkembangan penulisan sejarah Indonesia khususnya dlama bidang pengajaran di tingkat sekolah di Indonesia. Dengan momentum sejarah Indonesia masuk kedalam kurikulum dimulailah era dimana penulisan sejarah Indonesia dimualai.
Tetapi dengan banyaknya penerbitan buku yang ada memuncuklkan kekacauan dalam bidang pelajaran sejarah di sekolah-sekolah maupun dikalangan masyarakat umum. Kekacauan tersebut terutama timbul karena buku-buku sejarah itu pada umumnya menggunakan sumber yang sama, yaitu karya Dr. F.W. Stapel yang diterbitkan pada tahun 1939. dengan hal tersebut timbul permasalahan yaitu apakah sejarah Indonesia tak ubahnya merupakan antitesis sejarah Hindia Belanda?
Keseragaman merupakan factor yang penting dalam pembentukan kepribadian bangsa, sehingga sejarah nasional diharapkan mempunyai fungsi penting dala system pendidikan nasional. Karena sejarah dapat ditafsirkan secara beraneka ragam dan dapat ditinjau dari kepulauan Indonesia meperlihatkan kegiatan politik, diplomasi, peperangan, perniagaan, perssekutuan, permusuhan, intimidasi, dan sebagainya diantar kerajaan –kerajaan Indonesia, Portugis, Belanda dan Inggris. Mejadikan cakupan sejarah Indonesia cukup luas. Bahkan apabila dihubungkan dengan hubungan geografis, sejarah Indonesia menjadi semakin meluas mejadi bagian dari Asia Tenggara. Karena itu, dapat dapat disimpulkan bahwa obyeksejarah Indonesia, bahkan dlam segi kewilayahannya, adalah tidak pasti.
Apa yang biasa disebut sejarah bnagsa Indonesia sebetulnya merupakan kumpulan cerita sejarah daerah/ suku bnagsa ynag sudah dikenal maupun yang masih harus diselidiki: babad, sejarah, kisah, silsilah, riwayat, dan sebagainya. Perbandinagn dengan sejarah Kolonial merupakan sebuah penunjang yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Perbandingan antara sejarah bangsa Indonesia dengan sejarah colonial memperlihatkan perbedaan di antara keduanya. Perbedaan itu adalah bahwa sejarah bangsa Indonesia tidak merupakan suatu kesatuan, dalam bentuk maupun isinya, lagi pula tidak lengkap.
Maslah pokok historiografi Indonesia adalah menemukan titik temu antara berbagai sejarah local dari bangsa Indoneia dengan sejarah colonial, dan menentukan bagaimana cara mempersatukannya. Criteria apa yang harus digunakan untuk mendapatkan ssebuah cerita tunggal dari sekian banyak cerita itu? Mungkinkah memadukan sejarah Indonesia yang Indonesiasentris dari sejarah-sejarah local yang bersifat regiosentris atau etnosentris serta dari sejarah-sejarah colonial yang bersifat asing? Penyatuan alur-alur sejarah ini ke dalam “Sejarah Indonesia” yang memenuhi standar ilmiah yang ketat, akan menjadi ujian untuk menilai untuk menilai mutu penulisan sejarah di Indonesia. Syarat pokok historiografi Indonesia ialah adanya suatu pandangan yang bercorak Indonesia dan tersedianya fakta-fakta hasil penyelidikan ilmiah.
Dengan mengingat pendapat de Casparian dan van Leur, kita perlu memikirkan soal disiplin ilmu di bidang riset khususnya untuk sejarah bangsa Indonesia. Sejarah ini sudah diminati dengan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu, namun kita jarang menemukan studi oleh sejarahwan. Tanpa mengecilkan aerti penting karya mereka, studi sejarah bangsa Indonesia pada umumnya didominasi oleh mereka yang tidak mempunyai disiplin ilmu sejarah. Sebab itu, dari sudut pandang sejarawan, bidang ini belum dipelajari dan diselidiki sedemikian rupa sehingga tersedia fakta-fakta yang diperlukan.
Subjektivitas sangat terlihat dalam penulisan sejarah Indonesia yang lebih terlalu menganut subjektivitas yang tinggi. Ini terlihat seperti dalam tulisan-tulisan Nugroho Notosusanto. Dalam tulisannya ia menolak kemungkinan mencapai objektivitas sejarah. Ia menekankan nilai edukatif dari sejarah sampai-sampai membenarkan pembelokan sejarah.

HISTORIOGRAFI INDONESIASENTRIS
Historiografi Indonesia sentris adalah penulisan sejarah yang bersudut pandang Indonesia mudahnya karya sejarah yang ditulis oleh bangsa Indonesia sendiri dengan sudut pandang bangsa Indonesia sendiri. Historiografi Indonesiasentris merupakan antithesis dari historiografi kolonialsentris. Artinya historiografi Indonesiasentris seharusnya menulis apa yang tidak ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Rakyat Indonesia sebagai pelaku sejarahlah yang tidak pernah ditulis dalam historiografi kolonialsentris. Jadi, sudah seharusnya sejarawan Indonesia menulis sejarah mereka yang dipinggirkan dalam historiografi kolonialsentris. Sehingga dapat diartikan bahwa penulisan sejarah yang mengusung Indonesiasentris tetapi masih belum menyajikan hal yang dipinggirkan sebenarnya tidak berbeda dari historiografi kolonialsentris.
Selama ini historiografi Indonesiasentris dapat dikatakan sering mengabaikan sikap kritis dalam penbuatannya. Pada periode awal penulisan sejarah Indonesiasentris, para sejarawan menulis sejarah bangsa Indonesia dengan egosentrisme yang sangat tinggi dan semuanya berujung kepada ultranasionalisme bahkan karya-karya sejarah yang dibalut ultranasionalisme masih terus diproduksi oleh sejarawan Indonesia. Sudah seharusnya kritik sejarah digunakan dengan baik dan benar dalam penulisan sejarah Indonesia.
Banyak bagian penting yang telupakan dalam penulisan sejarah Indonesia. Sejarawan seringkali lupa akan hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial. Hal yang terpinggirkan dalam historiografi kolonial adalah peran rakyat dalam sejarah. Berangkat dari definisi historiografi Indonesiasentris, penempatan rakyat sebagai subjek atau pelaku sejarah dalam historiografi Indonesiasentris merupakan suatu keharusan. Permasalahan yang kemudian timbul adalah definisi rakyat dalam penulisan sejarah Indonesia selama ini masih sangat sempit. Dalam perjalanan penulisan sejarah Indonesia, sebagian besar karya sejarah para sejarawan Indonesia masih berkutat dalam hal-hal yang “istimewa” atau “luar biasa” seperti tokoh-tokoh besar atau pun peristiwa-peristiwa yang besar, sedangkan hal-hal yang “biasa” tidak mendapatkan tempat dalam penulisan sejarah.
Disamping memungkiri peranan pribumi, penulisan sejarah Indonesia selama ini hanya mengangkat sejarah tokoh-tokoh atau peristiwa-peristiwa besar saja. Peranan wanita tidak pernah dibahas, membuat sejarah ini terkesan hanya dimiliki oleh laki-laki, wanita tidak memiliki sejarah walaupun mereka mempunyai masa lalu. Hal tersebut semakin sempurna ketika sejarawan wanita pun hanya menuliskan sedikit sejarah mengenai peran wanita, selabihnya (tentu lebih banyak) mengenai peran laki-laki. Disamping peran wanita yang marginal peran anak-anak pun sulit ditemukan dalam karya-karya sejarawan Indonesia. Selain sejarah itu milik laki-laki, sejarah juga milik orang dewasa. Hal yang patut disayangkan adalah peran wanita dan anak-anak kemudian ditulis oleh sejarawan asing

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..