Slide K.I.S.A.H
RRC 1970 – 1989
Setelah mengalami pelbagai peristiwa besar selama lebih dari satu dasa warsa ; Gerakan Loncatan Jauh ke Depan dan Revolusi Kebudayaan menjadikan keadaan yang tak menentu bagi Partai Komunis dan Rakyat Nasional untuk melakukan kongres. Setelah meredanya Revolusi Kebudayaan awal tahun 1969 Mao Tse Tung menghendaki diselenggarakannya Kongres Partai Komunis dengan tujuan pokok untuk menegaskansikap politisnya dan menertibkan jajarannya.
Kongres Partai Komunis Cina IX diselenggarakan pada tanggal 1 April 1969, Mao Tse Tung pemimpin Partai Komunis Cina mengetuai sidang tersebut. Sidang pertama ini terpiliuh 24 orang anggota Presedium Kongres, dengan Mao Tse Tung sebagai Ketua, Lin Bao sebagai Wakil Ketua, dan Zhou En Lai sebagai Sekretaris Jenderal. Agenda dalam kongres ini meliputi :
1)Laporan Politik yang disampaikan oleh Lin Bao
2)Perubahan Anggaran Dasar Partai
3)Pembaharuan anggota Komite Sentral
Dalam laporan politik yang disampaikan Lin Bao diterima baik oleh kongres, bahkan dinilai sebagai dokumen penting bagi ajaran Marxisme-Leninisme-Pikiran Mao Tse Tung, dan merupakan tuntutan bagi Revolusi Kebudayaan. Selanjutnya Kongres mengadakan pemilihan anggota Komite Sentral yang baru, yang diantaranya terdapat 4 marsekal dan 6 jenderal ditambah dengan istri dari Lin Biao, yaitu Ye Qun. Notabennya mantan tokoh-tokoh unsur pimpinan dari Revolusi Kebudayaan. Kongres ini ditutup dengan pengukuhan Anggaran Dasar baru Partai Komunis Cina (14 April 1969). Mengenai AD/ ART baru ini, yang paling menarik perhatian adalah tercantumnya 2 nama tokoh yitu Mao Tse Tung dan Lin Bao yang pada masa-masa sebelumnya tidak pernah dicantumkan.
Garis Baru Partai Komunis
Pasca Revolusi Kebudayaan, maka Mao Tse Tsung menunjukan kecenderungan memperbaiki ekonomi dan politiknya, dan berusaha menggalang persahabatan internasional terutama guna menanggulangi tekanan dari Uni Sovyet. Sebagai langkah awal, Mao Tse Tsung memanfaatkan perundingan berkala RRC-Amerika Serikat dengan perantara Duta Besar masing-masing di Warsawa. Jika selama itu berhubungan berkala tersebut berlangsung dengan serba saling memaki dan mengecam semata-mata, maka kemudian dari pada itu Duta Besar RRC mulai mengajak untuk menciptakan hubungan antara “rakyat Cina dan rakyat Amerika”.
Pada awal 1970 Presiden Richard Nixon menyambutnya dengan menciptakan usaha baik dengan menyatakan kehendaknya untuk menarik tentara Amerika dari Vietnam disusul dengan pernyataan bahwa “masalah-masalah besar Asia tidak akan dapat diselesaikan tanpa diikut-sertakannya RRC”. Selang waktu enam bulan berlangsung kunjungan antara kedua negara tersebu, kunjungan Amerika ke RRC dikenal dengan “Diplomasi Ping-Pong”. Lebih nyatanya pendekaran RRC-Amerika Serika, terjadi ketika Menteri Luar Negeri Harry Kissinger berkunjung ke Beijing (Juli 1971) dan bertemu Zhou En Lai yang menghasilkan rencana kunjungan Presiden Richard Nixon ke RRC (sebelum Mei 1972).
Perkembangan pendekatan RRC-Amerika Serikat yang sedemikian cepat membawa pengaruh terhadap Sidang Umum PBB bulan Oktober 1971; RRC diakui sebagai negara sah yang berkuasa Cina sehinggga diberi hak untuk menjadi anggota PBB. Dibalik itu maka secara tragis kedudukan Pemerintahan Nasionalis Cina menjadi batal keanggotaannya dari PBB. RRC belum lam berselang masih dicap sebagai “negara agresor” dan dianggap menghantui dunia karena ulahnya untuk mengobarkan revolusi didunia, secara mendadak menjadi negara pemegang hak VETO di PBB.
Pada tanggal 28 Februari 1972 pasca kedatangan Richard Nixon ke RRC, dikeluarkan Pernyataan Bersama antara RRC-Amerika Serikat, yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :
1.Amerika Serikat dalam menjalankan perannya dalam Perang Vietnamtidak dimaksud untuk mencampuri urusan dalam negeri Vietnam, dan Amerika Serikat tetap akan memenuhi janjinya untuk membantu Korea Selatan.
2.RRC menghendaki penarikan segenap tentara asing ke negara masin-masing, dan agar Korea Selatan dan Korea Utara menjadi satu sesuai dengan yang disarankan oleh Korea Utara.
3.Kedua belah pihak menyadari terdapatnya perbedaan dalam sistem sosila dan politik luar negeri, sehingga tidak mungkin untuk mencapai persetujuan di segala bidang
4.Mengenai masalah Taiwan, pihak RRC menilainya sebagai suatu kendala bagi hubungan RRC-Amerika Serikat.
5.Amerika Serikat mengakui prinsip hidup berdampingan secara damai rumusan Konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955.
Kongres Partai Komunis Cina X
Partai Komunis Cina kembali mengadakan Kongres yang ke sepuluh daari tanggal 24-28 Agustus 1973. Agenda pokoknya adalah :
1)Pembentukan Presidium Pimpinan Kongres ;
2)Laporan komite sentral
3)Perombakan Anggaran Dasar
4)Pemilihan anggota Pucuk Pimpinan Partai Komunis Cina
Kongres yang dipimpin oleh Ketua Partai Komunis Cina, MaoTse Tsung amat penting karena pada waktu itu terjadi pergulatan antara kelompok penganut aliran radikal dan penganut aliran moderat. Dalam hal ini Mao Tse Tsung memepersilahkan Zhou En Lai (aliran pragmatis moderat) menyampaikan laporan politik ; sedangkan Wang Hang Wen (aliran dogmatis-radikal) dibebani tugas untuk menyampaikan laporan megenai perombakan Anggaran Dasar Partai Komunis cina. Zhou En Lai dalam laporan politiknya menyatakan bahwa Partai Komunis Cina akan tetap berpegang teguh pada teori Marxisme-Leninisme-Pikiran Mao Tse Tsung dan meneruskan kesinambungan revolusi di bawah diktatur protektariat. Zhou En Lai mengingatkan bahwa di dalam tubuh Partai terjadi pergulatan antara “jalan sosial dan jalan kapitalis”. Di samping itu masih terdapat kemungkinan akan kembalinya kapitalisme, subversi, dan agresi dari imperialisme maupun imperialisme sosial.
Wang Wo Hen sebagai Wakil Ketua II Kongres mengemukakan perombakan Anggaran Dasar Partai Komunis Cina mengemukakan :
1.Bahwa pada dasarnya iceologi dan garis-garis besat dari Anggaran Dasar yang lama masih dipertahankan. Komite Sentral Partai Komunis adalah pemegang Kekuasaan Tertinggi.
2.Segala seseuatu yang menyangkut peranan Lin Bao dihapus sama sekali.
3.Revolusi kebudayaan yang dinilai amat berhasil diharapkan masih dilancarkan lagi di masa depan.
4.Kepemimpinan pusat diperkokoh dengan mengintegrasikan teori dengan praktek, dan mempererat hubungan dengan rakyat massa serta melakukan kritik-ottao-kritik.
5.Menentang Chauvenisme adi-kuasa.
Kongres selanjutnya memilih anggota Komite Sentral Baru Komite Sentral baru nampak nyata bahwa perwakilan dari tentara Pembebasan Rakyat amat diperkecil. “Peristiwa Lin Biao” yang melibatkan Menteri Pertahanan dan beberapa pimpi nan Angkatan Bersenjata menjadi latar belakang pengurangan tentara dalam Komite Sentral. Sebaliknya, Mao Tse Tsung tetap terpilih sebagai Ketua Komite Sentral; sedangkan segenap wakil ketua dari Presidium Kongres terpilih pula sebagai Wakil Ketua Komite Sentral Partai Komunis Cina, ditambah seorang tokoh pragmatis ulung Deng Xiao Ping. Dengan demikian jajaran pimpinan Ko mite Sentral menjadi : Mao Tse Tsung, Zhou En Lai, Wong Hong Wen, Kang Sheng, Ya Jian Ying, Li De Sheng, dan Deng Xiao Ping. Kongres Momite Sentral X ini pada pokoknya menekankan :
1)Bahwa Partai Komunis tetap merupakan penguasa mutlak ;
2)Bahwa jajaran pimpinan Partai Komunis terdidiri atas campuran dari unsur tua, unsur usia menengah, dan usia muda.
Setelah Kongres Komite Sentral X berakhir, terjadilah persaingan keras antara aliran pragmatis dan aliran dogmatis. Zhou En Lai yang dapat dikatakan sebagai pimpinan dari aliran pragmatis tidak membuang waktu untuk menghidupkan kembali Rencana Lima Tahun ke-4. Sarana-sarana ekonomi dan pendidikan ditata ulangdan diberlakukan kembali fungsinya. Sebaliknya aliran dogmatis pada waktu itu mengambil prakarsa mengorbankan kembali gerakan-gerakan massa. Yang pada kesempatan ini topiknya adalah :
Kecaman terhadap Confusius, mulai awal 1974 aksi kritik dan kecaman terhadap Confusius dikembangkan menjadi kampanye rakyat massa. Satuan-satuan tentara, kader Partai Komunis, kaum cendikiawan, dan buruh didorong untuk mengadakan diskusi pendalaman. Kampanye tersebut kemudian juga dikait-kaitkan dengan tindakan makar Lin Biao, yang dalam hal ini dituduh sebagai penyanjung Confusius.
Kongres Rakyat Nasional IV tahun 1975
Menurut Undang-Undang Dasar RRC, Kongres harus di selenggarakan setiap 5 tahun. Akan tetpi dari Kongres rakyat nasional III (1965) menuju Kongres Rakyat nasinal IV (1975) rentan waktunya 10 tahun. Hal ini disebabkan dari adanya dua peristiwa besar, yaitu Revolusi Kebudayaan dan Peristiwa Tindak MAkar Lin Biao. Pada kongres ke Iv, Zhu De terpilih menjadi Ketua Dewan Harian Kongres Rakyat nasional. Dalam laporannya Zhou menilai Pemerintah RRc masih berhasil meraih sasaran-sasaran programnya yang memuaskan di bidang politik, ekonomi, maupun diplomatik.
Hasil di bidang politik berupa kesinambungan revolusi yang mengarahkan Pemerintah RRc ke haluan “kiri”, dan bahwa rakyat terus mempelajari pikiran Mao dan bahwa jajaran Dewan Revolusi baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah terdiri dari pola tri-tunggal, unsur tua, unsur tengah baya, dan unsu mudsa. Hasil di bidang ekonomi berupa angka-angka produksi tahun 70-an yang melebihi angka-angka produksi tahun 60-an. Zhou meletakkan landasan bagi rencana pembangunan ekonomi terpadu, yaitu Tahap I (pengembangan sistem industri yang mandiri bagi tahun 80-an) dan Tahap II (moderinasi di bidang pertanian, industri, pertahanan nasional, dan ilmu dan tekhnologi yang harus dicapai sebelum abad ke XX berakhir). Slain itu rencana modernisasi 4 bidang.
Di bidang diplomatik Zhou En Lai melaporkan bahwa politik luar negeri yang dianut RRc pada dasarnya tidak berbeda dengan yang dilaporkan pada Kongres Partai Komunis X (1973).
Tahun Kelabu 1976, Gugurnya Tiga Pahlawan Legendaris dan Runtuhnya “Kelompok Empat Serangkai”
Ketika Perdana Menteri Zhou En Lai meninggal pada tanggal 8 Januari 1976, Dewan Harian Biro partai Komunis Cina menampilkan kekuatan dega Mao Ze Dong, Zhang Chun Qiao, dan Wang Hong Wen dari aliran radikal serta Deng Xiao ping, ye Jian Ying, dan Zhu De dari aliran moderat pragmatis di lain pihak. Pada tanggal 14 Februari 1976, Mao ze Dong sebagai Ketua PKC menunjuk Hua Guo feng sebagai Perdana Menteri RRC. Hua Guo Feng Guo Feng adalah seorang yang berasal dari Propinsi Hu Nan, sama dengan Mao Ze Dong. Kebesaran Zhou En lai juga terbukti pada 4 April 1976, yaitu pada hari raya Qing Ming mana kala sejumlah banyak orang berbondong-bondong berdatangan di lapangan Tian An Men untuk memberi penghormatan kepada almarhum. Di tempt itu terjadi bentrokan antara rakyat dengan polisi karena rakyat merasa tersinggung atas tindakan polisi yang menyingkirkan bunga yang dibawa oleh rakyat. Dalam keadaan yang tegang itu Mao Ze dong mengundang Biro Politik Komunis untuk mengadakan sidang darurat. Dalam sidang itu diambil 2 resolusi, yaitu mengukuhkan status Hua Guo Feng sebagai Wakil Ketua Utama Dewan Harian Biro Politik Partai Komunis dan membebaskan Deng Xiao ping dari egala jabatannya.
Pada tanggal 28 Juni 1976 Jiang Qing, Zhang Chun Qiao, Yao Wen Yuan, dan Wang Hong Wen memprakarsai suatu kampanye untuk mengkritik Deng Xiao Ping sebagai “penganut jalan kapitalisme”. Saat Mao semakin jompo, Jiang Qing yang selema ini amat mengendalikan pada kekuasaan dan kewibawaan Mao dalam memainkan politiknya, dengan demikian perlu memacu kegiatannya untuk mematahkan aliran moderat. Marsekal Zhu De yang selalu mendampingi Mao sejak awal kebangkitan PKC, di mulai dengan Panglima Tertinggi Tentara Merah, kemudian sebagai Menteri Pertahanan RRC yang pertama, sampai mengakhiri jabatannya sebagai Ketua Kongres Rakyat nasional RRC meninggal dunia pada tanggal 8 Juli 1976 yang perlu di perhatikan adalah Zhu De cenderung menganut aliran moderat. Kemudian di susul dengan meninggalnya Pemimpin Besar Rakyat dan Ketua Partai Komunis Cina, Mao Ze Dong pada tanggal 9 September 1976.
Dengan meninggalnya Mao Ze Dong, hal ini berarti terdapat kekosongan dalam pimpinan Partai Komunis, dan ini menjadi rebutan di kalangan para tokoh yang berkecimpung dalam partai tersebut. Pada tanggal 4 Oktober 1976 Hua Guo Feng yang menjabat sebagai ketua Biro Politik memanggil para anggotanya untuk mengadakan sidang darurat guna mengisi kekosongan pada jabatan Ketua Biro Politik dan juga merangkap Ketua Komite Sentral yang telah ditinggalkan oleh Mao Ze Dong. Dalam sidang tersebut mayoritas yang datang bersepakat untuk berpegang pada Anggaran Dasar Partai Komunis tang intinya menganggkat Wakil Ketua Utama beralih menjadi Pejabat Sementara Ketua Partai sampai Komite Sentral menetapkannya secara definitif. Hal ini juga disetujuio oleh Ye Jian Ying yang berarti menyutujui Hua Guo Feng yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua diangkat menjadi Ketua Partai Partai Komunis Cina.
Namun keputusan ini tidak menjadi jelas setelah adanya sikap penolakan yang dilakukan oleh Jiang Qing. Penolakan tersebut berimbas kepada jalannya sidang yang menemui jalan buntu. Untuk mengatasi hal tersebut, Ye Jian Ying mengambil prakarsa untuk mengajak Hua Guo Feng dan Wang Dong Xing untuk menangkap “kelompok 4 serangkai” karena sikapnya yang dinilai sebagai anti-Partai Komunis.
Pengukuhan Hua Guo Feng sebagai Ketua Partai Komunis tidak berjalan mulus karena masih adanya tentangan dari 2 anggota Biro Politik yang menduduki jabatan Panglima Daerah Militer dan notabene merupakan simpatisan dari Deng Xiao Ping. Ketegangan dalam pimpinan Partai Komunis Cina memuncak ketika pada bulan Januari 1977 diadakan upacara peringatan satu tahun wafatnya Zhou En Lai di Lapangan Tian An Men. Pada kesempatan tersebut terjadi demonstrasi besar-besaran yang menuntut pembatalan terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada Deng Xiao Ping dan merehabilitasikannya ke semua jabatannya semula. Hal ini kemudian membuat Hua Guo Feng mengadakan suatu Rapat Kerja Partai Komunis pada bulan Maret 1977 yang dihadiri oleh Sekretaris Utama partai komunis Cabang Propinsi, Kota Besar dan Regional. Dalam rapat kerja tersebut Marsekal Ye Jian Ying merumuskan konsep yang berisi sebagai berikut;
•Hua Guo Feng dikukuhkan sebagai Ketua Partai Komunis
•Deng Xiao Ping direhabilitasi
•Kebijaksanaan Pembangunan Lima Tahun, sehingga “Politik Modernisasi 4 Bidang” lebih ditingkatkan.
Usul yang dikeluarkan oleh Ye Jian Ying tersebut dapat diterima oleh semua pihak dan Hua Guo Feng dalam fungsinya sebagai Ketua Partai Komunis Cina kemudian mengamanatkan untuk merehabilitasikan Deng Xiao Ping. Dengan demikian maka Deng Xiao Ping muncul kembali di pentas kepemimpinan Partai Komunis dan Negara RRC. Pada akhirnya setelah era Mao Ze Dong, pucuk pimpinan Partai Komunis dan Negara RRC diwariskan kepada Hua Guo Feng, Deng Xiao Ping dan Ye Jian Ying.
Dari Dogmatisme ke Pragmatisme
Partai Komunis Cina dan negara RRC setelah ditinggalkan Mao Ze Dong, yang begitu besar kharisma itu mendadak di hadapkan masalah yang serba rumit. Adapun yang menjadi sumber masalah adalah kericuhan pada jajaran pucuk pimpinannya sendiri. Hua Guo Feng yang menduduki jabatan Ketua Partai Komunis merangkap perdana menteri RRC adalah seorang tokoh yang dilahirkan oleh Revolusi Kebudayaan. Dia dipilih oleh Mao Ze Dong, semula untuk dijadikan Menteri Keamanan Umum, dan kemudian dijadikan perdana menteri, menggantikan Zhou En Lai (dengan melompati Deng Xiao Ping).
Pada masa-masa terakhir dari kekuasaan Mao Ze Dong , tampak sekali bahwa Hua Guo Feng menganut aliran dogmatik radikal bersama Jiang Qing dan kelompoknya. Hanya saja, ketika Mao Ze Dong meninggal duniam, Hua Guo Feng tidak menghendaki Jiang Qing mewarisi kedudukan suaminya sebagai ketua Partai Komunis Cina. Untuk keerluan inilah maka Hua Guo Feng terpaksa bergandengan tangan dengan marsekal Ye Jian Ying untuk bersama-sama menangkap kelompok 4 serangkai. Kemudian dari pada itu, setelah terbentuknya triumvirat Hua Guo Feng berada pada kedudukan yang terpencil. Masalahnya ialah karena kedua rekannya itu pernah menjadi korban kebudayaan, sedangkan Hua Guo Feng justru muncul dan menjadi tokoh berkat Revolusi Kebudayaan. Sementara itu pada bulan November 1978 diadakan rapat-rapat dalam rangka mempersiapkan Sidang III dari Komite Sentral ke 11. Dalam rapat-rapat tersebut tampak benar adanya dua kelompok kekuatan, yaitu: (1). Kelompok yang terdiri dari para ahli waris dari revolusi kebudayaan yang berada di bawah pimpinan Hua Guo Feng dan (2). Kelompok yang terdiri atas korban dari revolusi kebudayaan yang berada di bawah Deng Xiao Ping.
Sidang III dari Komite Sentral yang dimulai pada awal Bulan Desember 1978 itu pertama-tama menambah anggota komite sentral dengan 9 orang yang semuanya adalah korban dari Revolusi Kebudayaan. Hal ini sudah memberi petunjuk bahwa jajaran Deng Xiao Ping bertambah kuat kedudukannya. Selanjutnya, sidang juga menyepakati kebijakan untuk membatalkan semua keputusan yang menghukum mereka yang dituduh terlibat dalam peristiwa Tian An Men 1976, dan merehabilitasi mereka pada jabatannya semula. Sebaliknya kelompok 4 serangakai secara resmi dikeluaran dari Partai Komunis Cina.
Selanjutnya sidang membentuk Komisi Pusat Pengawasan Disiplin Parat dibawah pimpinan seorang kader senior, Che Yun dengan Deng Ying Chao sebagai wakilnya. Kemudian Deng Xiao Ping menduduki kembali jabatannya dalam Partai Komunis sebagai wakil ketua sentral, merangkap anggota dewan harian biro politik serta wakil ketua komisi militer. Sedangkan dalam pemerintah RRC dia juga memperoleh kembali jabatannya sebagai wakil utama Perdana Menteri merangkap Kepala Staf Umum Tentara Pembebasan Rakyat. Demikianlah maka hasil sidang Pleno III dari Komite Sentral Partai Komunis Cina bulan Desember 1978 itu merupakan titik balik arah perkembangan dari era dogmatisme dengan gerakan-gerakan masalnya yang beralih menuju pragmatisme dan sekaligus merupakan awal dari kepemimpinan Deng Xiao Ping.
Sedangkan yang dijadikan sasaran pertama dari diplomasinya adalah negara-negara barat. Secara berturut-turut para pemimpin Partai Komunis maupun Pemerintah RRcmengadakan kunjungan ke luar negeri. Deng Xiao Ping memanfaatkan normalisasi hubungan diplomatik RRC-Amerika Serikat dengan mengadakan kunjungan 9 hari ke Washington 28 Januari 1979. Sebelum berada di Amerika Serikat Deng Xiao Ping tak habis-habisnya mencela Uni Soviet sebagai sumber perang.
Pada sidang pleno V dari komite sentral ke 11 (Febuari 1980) 4 tokoh aliran dogmatis yaitu: Wang Dong Xing, Ji Deng Hui, Wu De, Chen Xi Lian tidak terpilih lagi sebagai anggota biro politik. Mereka bahkan kehilangan jabatannya di pemerintah sebagai wakil Perdana Menteri, dan Wu De sebagai Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional. Sebaliknya yang bermunculan terpilih adalah kader-kader dari aliran pragmatis, misalnya: Hu Yao Bang, dan Zhao Yi Yang menjadi anggota biro politik. Bahkan kemudian Dewan Harian Kongres Rakyat Nasional dalam sidangnya 16 April 1980 memilih Zhao Yi Yang dan Wan Li sebgai Wakil Perdana Menteri. Kemudian diamanatkan oleh Deng Xioa Ping untuk menghapus kultus individu, sebagai akibat dari pada itu gambar-gambar besar dari Karl Marx, Lenin dan Mao Ze Dong yang bergelantugan di tempat-temapt umum diturunkan, begitu pula slogan-slogan.
Modernisasi 4 bidang
Pada bab-bab terdahulu telah disebutkan bahwa tahun 1976 merupakan titik-titik dari kehidupan politik RRc, ialah karena pada tahun itu 3 tokoh legendaris Cina, yaitu Mao Ze Dong, Zhu De, Zhou En Lai meninggal dunia. Tak lama kemudian 4 orang tokah aliran dogmatis-radikal yang pernah memegang pimpinan revolusi kebudayaan yang dikenal dengan sebutan 4 serangkai (yaitu Jiang Qing, Yao Wen Yuan, Wang Hong Wen, dan Chang Chun Qiao) telah ditangkap oleh Ketua Partai Komunis Cina Hua Guo Feng atas desakan para perwira tinggi aliran konservatif.
Adapun yang lebih menentukan lagi adalah bahwa kemudian daripada itu para pemimpin aliran konservatif dan aliran pragmatis berhasil mendesak PArtai Komunis Cina, Hua Guo Feng, untuk memulihkan Deng Xiao Ping pada jabatannya semula, yaitu sebagai wakil ketua biro politik partai komunis, dan wakil perdana menteri utama RRC. Sejak itulah makanya aliran pragmatis moderat menjadi semakin berpengaruh. Dalam suasana politik tersebut di atas maka Partai Komunis Cina maupun pemerintah RRC mulai memikirkan untuk mengejar ketinggalan di bidang pembangunan yang telah terhambat oleh satu dasawarsa revolusi kebudayaan dan pelbagai pergolakan politik lainnya. Demikianlah maka pada tanggal 12 September 1977 perencanaan negara mulai merupuskan garis-garis besar pembangunan sosialis.
Pada pokoknya diutarakan titik berat dari pembangunan nasional RRC diletakkan di bidang pembangunan ekonomi. Dalam hal ini sesungguhnya dua tahun sebelumnya perdana menteri Zhou En Lai dalam laporannya kepada kongres rakyat nasional III tahun 1975 telah mengemukakan rencananya mengenai pembangunan ekonomi terpadu yang meliputi bidang-bidang: industri, pertanian, ilmu dan teknologi dan pertahanan nasional. Febuari 1978 Deng Xiao Ping dalam pidatonya dalam pidatonya pada konferensi ilmu pengetahuan nasional menyatakan bahwa bangsa cina hanya akan dapat maju bila mengembangkan ilmu dan teknologi.
Sejarah itu masih terdapat perselisihan tentang pelaksanaannya, karena partai komunis cina masih mempertahankan prinsip-prinsip diktator plotetariat dan penguasaan segenap alat produksi.
Adapun momentum yang amat menentukan mengenai modernisasi RRC adalah sidang pleno III komite sentral ke 11 bulan desember 1978. Sidang tersebut antara lain memutuskan revolusi kebudayaan dinyatakan berakhir, dan bahwa kemudian dari pada itu segala upaya akan dipusatkan pada pelaksanaan modernisasi sosialis.
Komunike yang dikeluarkan oleh sidang tersebut menyatakan:…….”…… pelbagai ketidakseimbangan belum sepenuhnya dapat diatasidan disorganisasi dalam produksi, konstruksi, dan distribusi juga belum dapat diakhiri. Atas dasar kondisi historis yang baru dan pengalaman praktis yang telah diperoleh maka pelbagai tindakan ekonomi yang berbobot harus dilakukan untuk merombak secara menyeluruh segenap sistem manajemen ekonomi. Dalam rencana pembangunan ekonomi terpadu tersebut yang mendapat prioritas pertama adalah bidang pertanian, oleh karena pertanian dinilai sebagai sendi ekonomi nasional Cinanyang dalam dasa warsa terakhir itu mengalami kerusakan berat.
Rencana pembangunan nasional RRC yang kemudian dikenal dengan modenisasi 4 bidang itu menjadi jelas ketika Deng Xiao Ping memberi pengarahan pada rapat kader partai komunis Cina pada 16 Januari 1980. Inti sarinya adalah sebagai berikut: dalam dasa warsa 1980-1990 bangsa Cina harus menjalankan 3 tugas utama yaitu:
1.Di bidang internasional bangsa Cina harus terus menentang hegemonisme dan berupaya untuk memelihara perdamaian dunia.
Dalam hal ini perlu diperhatikan:
a.Sebuan tentara Uni Sovyet terhadap afganistan pada akhir 1979
b.Tindakan diskriminasi pemerintah vietnam terhadap penduduk cina dan sikap
permusuhannya terhadap RRC.
c.Serbuan tentara Vietnam terhadap Kamboja.
d.Sikap agresif Israel terhadap negara-negara teangganya.
2.Dalam rangka keutuhan wilayah Cina, maka bangsa Cina harus berupaya agar Taiwan masuk ke dalam wilayah Cina.
3.Dalam rangka pembangunan nasional bangsa Cina harus melaksanakan modernisasi 4 Bidang.
Mengenai modernisasi 4 bidang maka perlu disadari bahwa titik balik dari situasi berpangkal tolak pada: ditumbangkannya gerombolan 4 serangkai dan sidang pleno III dari komite sentral ke 11 Desember 1978. Den Xiao Ping menegaskan pula bahwa kiat bagi keberhasilan pembangunan nasional adalah ilmu dan teknologi di samping itu pembangunan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan maupun politik dan hukum.
Senafas dengan kebijakan modernisasi 4 bidang tersebut RRC menganut Politik Pintu Terbuka. RRC yang selama itu menutup diri terhadap dunia luar, sehingga dikenal dengan sebutan negara tirai bambu, sejak saat itu membuka diri dengan menarik penanaman modal asing. Untuk kepentingan tersebut RRC pada tahun 1980 menciptakan Zona Ekonomi Khusus di Propinsi Guang Dong. Pada tahun 1984 pulau Hai Nan ialah pulau terbesar di RRC mulai di buka untuk penanaman modal asing.
Share This!
Related Post :
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Translate Bahasa
Total Tayangan Laman
Note
Setiap tulisan di posting KISAH memiliki daftar pustaka yang lengkap. Jadi bukan bacaan kosong..
Semua Artikel yang ada di Posting ini untuk di BACA bukan untuk di COPY PASTE
mohon maaf untuk kekurang nyamanan pengunjung.
mungkin kami nanti akan memberikan cara mendapatkan artikel kami.
Terima Kasih
TEAM KISAH
Semua Artikel yang ada di Posting ini untuk di BACA bukan untuk di COPY PASTE
mohon maaf untuk kekurang nyamanan pengunjung.
mungkin kami nanti akan memberikan cara mendapatkan artikel kami.
Terima Kasih
TEAM KISAH
Most Popular
-
Terusan Suez (bahasa Arab, Qana al-Suways) pada dasarnya walaupun pada abad yang sudah mengenal angkutan udara dan ruang angkasa sekalipun,...
-
WILAYAH PERAIRAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. TINJAUAN GEOGRAFIS Wilayah Negara Republik Indonesia Indonesia meru...
-
A. MENURUT LUAS WILAYAH OPERASI PELAYARAN Sebagai Negara kepulauan yang sangat besar, Indonesia memiliki bentuk usaha pelayar...
-
A. MASYARAKAT PRA SEJARAH INDONESIA 1. Lingkungan Alam Antara lingkungan alam dan masyarakat tidak bias dipisahkan dan besa...
-
PENDAHULUAN Pada permulaan abad ke-20, kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan arah yang paling mendasar dalam sejarahnya. Kebija...
0 komentar
Post a Comment
Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..