Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DAN BELANDA


Pasca Perang Dunia ke-II berakhir dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945 hal itu membuat Belanda yang ingin menguasai wilayah itu kembali tidak senang. Belanda masih menganggap Kepulauan Nusantara masih merupakan Hindia belanda dan Belandala-lah penguasanya. Segera setelah itu Belanda mulai mengerahkan kekuatan militernya untuk berusaha menguasai Indonesia. Usaha-usaha ini terus dilakukan hingga pada akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia lewat Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 27 Desember 1949.
Setelah pengakuan kedaulatan itu tidak berarti hubungan antar Belanda dan Indonesia membaik, masih ada beberapa masalah yang menyangkut kedua negara ini seperti pengakuan wilayah Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Selain peristiwa itu masih banyak masalah antara Belanda-Indonesia yang membuat hubungan kedua negara dalam kondisi naik turun.
Veteran Belanda
Pengaruh veteran Belanda terasa ketika Ratu Beatrix berencana berkunjung ke Indonesia 17 Agustus 1995. Para veteran menyatakan keberatan Beatrix datang sewaktu peringtatan 50 tahun kemerdekaan Indonesia. Keberatan itu disampaikan lewat ayah Beatrix, almarhum Pangeran Bernhard kepada parlemen Belanda.
Sebelumnya ketua parlemen Belanda, Deetman, mendukung rencana Beatrix, tetapi kemudian menentangnya, sehingga rombongan keluarga kerajaan Belanda baru tiba di Indonesia 21 Agustus 1995. Itu 4 hari terlambat dan di Indonesia orang menganggapnya 50 tahun terlambat. Kunjungan kenegaraan Ratu Belanda ke Indonesia tahun 1995 dianggap sebagai drama besar, bahkan suami Beatrix, almarhum Pangeran Claus menganggapnya sebagai kunjungan kenegaraan terburuk yang pernah dialaminya.
Di tahun 2005, veteran Belanda tidak menghalangi niat menlu Bernard Bot untuk menghadiri peringatan 60 tahun kemerdekaan Indonesia. Sampai saat ini menlu tersebut dipuji karena kecakapan diplomasinya sehingga hubungan kedua negara dipandang mulus. Martin Sanders, pakar ekonomi yang lama bekerja di Indonesia menyatakan keheranannya, mengapa Belanda bisa mengakui kemerdekaan negara-negara lain, tetapi menolak untuk mengakui 17 agustus sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan Pemerintah Belanda
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005, sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung Deplu. Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Pada 4 September 2008, juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Perdana Menteri Belanda, Jan Peter Balkenende, menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh KBRI Belanda di Wisma Duta, Den Haag. Kehadirannya didampingi oleh para menteri utama Kabinet Balkenende IV, antara lain Menteri Luar Negeri Maxime Jacques Marcel Verhagen, Menteri Yustisi Ernst Maurits Henricus Hirsch Ballin, Menteri Pertahanan Eimert van Middelkoop, dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri, parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27 Desember 1949, yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele acties (agresi militer) pada 1945-1949 adalah ilegal. Belanda sesalkan siksa Rakyat Indonesia pasca 17-8-1945, akhirnya mengakui Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Belanda pun mengakui tentaranya telah melakukan penyiksaan terhadap rakyat Indonesia melalui agresi militernya pasca proklamasi.
"Atas nama pemerintah Belanda, saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas terjadinya semuanya ini," begitulah kata Menlu Bernard Bot dalam pidato resminya kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Menlu Hassan Wirajuda, di ruang Nusantara, Gedung Deplu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat. "Fakta adanya aksi militer merupakan kenyataan sangat pahit bagi rakyat Indonesia. Atas nama pemerintah Belanda saya ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan ini," kata Menlu Belanda Bernard Bot kepada wartawan dalam pidato kenegaraan tersebut, hari Selasa 16 Agustus 2005. Bot tidak menyampaikan permintaan maaf secara langsung, hanya berupa bentuk penyesalan. Ketika ditanya mengenai hal ini, Bot menjawab diplomatis. "Ini masalah sensitif bagi kedua negara. Pernyataan ini merupakan bentuk penyesalan yang mendalam. Kami yakin pemerintah Indonesia dapat memahami artinya," kilah Bot.
Bot mengakui, kehadiran dirinya merupakan pertama kali sejak 60 tahun lalu di mana seorang kabinet Belanda hadir dalam perayaan kemerdekaan. "Dengan kehadiran saya ini, pemerintah Belanda secara politik dan moral telah menerima proklamasi yaitu tanggal RI menyatakan kemerdekaannya," tukas pria kelahiran Batavia (Jakarta) ini.
Pasca proklamasi, lanjut Bot, agresi militer Belanda telah menghilangkan nyawa rakyat Indonesia dalam jumlah sangat besar. Bot berharap, meski kenangan tersebut tidak pernah hilang dari ingatan rakyat Indonesia, jangan sampai hal tersebut menjadi penghalang rekonsiliasi antara Indonesia dan Belanda. Meski menyesali penjajahan itu, Belanda tidak secara resmi menyatakan permintaan maaf. Indonesia pun tidak secara resmi menyatakan memaafkan Belanda atas tiga setengah abad penjajahannya. Pidato ini dilakukan dalam rangka pesan dari pemerintah Belanda terkait peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 RI. Turut hadir Menlu Hassan Wirajuda, Jubir Deplu Marty Natalegawa, dan sejumlah mantan Menlu. Dari pihak Belanda, hadir Dubes Belanda untuk Indonesia dan disaksikan para Dubes dari negara-negara sahabat.

Hubungan Belanda-Indonesia
Hubungan Indonesia dengan Belanda pada saat ini bisa dikatakan berjalan baik dan bersahabat, walaupun masih mengandung masalah residual, yang belum diketahui cara penyelesaiannya yang tepat.
Posisi Belanda di Eropa sangat menentukan. Dari seluruh negara-negara Eropa, 'Mr. Kompeni'' itu memiliki database yang sangat lengkap mengenai Indonesia. Mulai kekayaan alamnya, budayanya, ilmu pengetahuan, sejarah, politik, penduduk, dan sebagainya. Belanda, mengembangkan dan selalu meng-up date tiap perkembangan yang terjadi di Indonesia.
Yang paling menarik adalah Belanda ternyata menjadi pintu masuk bagi opini publik dan negara-negara di Eropa berkaitan dengan Indonesia. Sikap resmi pemerintah Belanda menjadi acuan bahkan rujukan resmi negara-negara Eropa untuk melakukan sikap yang sama, dalam semua bidang, baik politik maupun ekonomi. Itulah mengapa, posisi Belanda dianggap sangat penting bagi Indonesia.
Kenyataan lain, dengan keadaan dunia yang begitu kompleks telah menarik hubungan RI-Belanda tidak hanya ditentukan oleh kepentingan resmi kedua negara. Acap kali kepentingan lembaga nonpemerintahlah yang menyita perhatian cukup besar antarkedua negara. Akibatnya, hingga kini hubungan kedua negara masih mengandung elemen-elemen kepekaan psikologis yang tiap saat bisa menjadi hambatan bilateral. Maka kepekaan psikologis harus ditangani secara tepat.

Masalah Belanda-Indonesia
Secara umum, hubungan bilateral RI-Belanda dipengaruhi dua faktor, yakni faktor objektif dan subjektif. Faktor objektif yaitu adanya pengaruh timbal balik antara perkembangan internasional atau perkembangan global pada hubungan antara Indonesia-Belanda. Faktor subjektif yakni masalah internal dua bangsa yang ikut mempengaruhi hubungan bilateral kedua negara.

Faktor objektif yang paling penting adalah perkembangan abad ke-17 yang mempengaruhi negara-negara Eropa untuk menjalankan misi kolonisasinya. Belanda berhasil menjadikan Indonesia sebagai negeri jajahannya hingga tiga setengah abad lamanya. Dari sinilah, Belanda sampai sekarang tetap tak mengakui kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Belanda hanya mengakui ''kemerdekaan'' pada saat penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949 sebagai hasil Konferensi Meja Bundar.
Bagi Belanda, sebagai negara yang pernah ikut Perang Dunia II, Indonesia tetap milik Belanda yang harus dikembalikan lagi ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada 15 Agustus 1945. Tetapi, Indonesia berpendirian, jatuhnya Belanda oleh Jepang 8 Mei 1942 merupakan akhir perjalanan Belanda di Tanah Air. Dan, Indonesia melakukan kemerdekaannya sendiri pada 17 Agustus 1945.

Faktor-faktor subjektif yang mempengaruhi hubungan RI-Belanda terutama karena masih adanya berbagai masalah residual yang belum tuntas penyelesaiannya akibat persoalan masa lalu yang muncul kembali atau sengaja dimunculkan sebagai komoditi politik. Seperti masalah Maluku dan Papua.
Belanda acap menjadikan isu Maluku dan Papua sebagai isu bilateral. Republik Maluku Selatan (RMS) misalnya, pernah didukung Belanda tetapi gagal. Pada tahun 1951, Belanda atas persetujuan Indonesia membawa bekas orang KNIL di Maluku, sekitar 3.500 orang ke Belanda. Hingga sata ini, diperkirakan 40 ribu orang Maluku di sana. RMS tetap menjadi gerakan yang merongrong kewibawaan Indonesia di sana. RMS radikal di Belanda bahkan sempat melakukan penyerangan di Wisma Indonesia di Wassenar dan KBRI dan sempat jatuh korban, menjelang kedatangan Soeharto pada 1972.
OPM juga berada di sana dengan suburnya. Bahkan, media massa Belanda cukup memberikan ''tempat'' bagi gerakan-gerakan ini untuk melakukan tekanan-tekanan kepada dunia internasional melalui isu-isu hak asasi manusia dan semacamnya. Belanda dijadikan sebagai tempat perjuangan separatis Indonesia di dunia internasional. Sebab, Belanda, sekali lagi, merupakan kunci masuk bagi negara-negara Eropa untuk mengetahui lebih banyak tentang Indonesia. Kematian wartawan Belanda juga menjadi penyebab runcingnya hubungan kedua negara. Menurut Belanda, kematian Sander Thoenes, wartawan The Financial Times di Timor Timur merupakan kesalahan Indonesia dan hingga kini terus dipersoalkan. Indonesia dinilai kurang serius menangani masalah ini. Di balik itu, ada upaya media massa Belanda mempromosikan kenegatifan Indonesia di dunia internasional. Caranya, dengan menggunakan Bebas Visa Kunjungan Sengkat (BVKS) wartawan Belanda memanfaatkan liputan di berbagai penjuru daerah di Indonesia secara live ke seluruh dunia. Mereka membawa satelit khusus yang bisa mengudara setiap saat dan menjangkau seluruh bumi.

Peran Persatuan Pelajar Indonesia di Belanda
Belanda memiliki arti yang penting dalam hubungan diplomatik Indonesia karena beberapa hal. Pertama, dari segi sejarah dan sosial budaya, Belanda punya tempat yang khusus karena memiliki hubungan yang khas dengan Indonesia. Hubungan Indonesia Belanda juga khas karena sejak tahun 1900-an, ada puluhan ribu pelajar Indonesia yang belajar dan menimba ilmu di Belanda.
Kedua, dari sisi ekonomi, Belanda merupakan pintu gerbang Eropa. Pelabuhan Rotterdam menjadi pelabuhan tempat masuknya barang dagangan Indonesia ke Belanda dan Eropa.
Ketiga, secara politik saat ini hubungan Indonesia dan Belanda sedang dalam kondisi yang sangat harmonis. Untuk pertama kalinya Perdana Menteri Belanda Jan Balmemende hadir dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia 2008. PPI Belanda sebagai organisasi pelajar Indonesia di Belanda telah berperan aktif dalam diplomasi publik dan mengkomunikasikan Indonesia ke masyarakat Belanda dan masyarakat Indonesia di Belanda. PPI Belanda membangun hubungan yang baik dengan mereka lewat transfer informasi dan kebudayaan. Peran diplomatik PPI Belanda telah mengalami perjalanan yang panjang dan mengalami mengalami pasang surut. Karena sejarahnya yang panjang, peran PPI Belanda juga memiliki kekhasan dan dinamikanya sendiri. Peran itu sudah dimulai sejak berdirinya Perhimpunan Indonesia (Indische Vereniging) tahun 1908, yang menjadi cikal bakal Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda.

Di era perjungan kemerdekaan, peran diplomasi PPI Belanda menjadi bagian tak terpisahkan dari upaya konfrontasi melawan Belanda. Bung Hatta dan kawan-kawan menjalankan aksi dan diplomasi untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Paska kemerdekaan, peran diplomatik PPI Belanda juga tetap penting. Misalnya, ketika terjadi konfrontasi Irian Barat tahun 1960-an, mahasiswa Indonesia, salah satunya diwakili oleh Kwik Kian Gie, secara langsung maupun tidak langsung mendapat imbas dari perubahan politik itu. Kwik, sebagai salah satu aktivis PPI Belanda, bahkan melibatkan diri untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia. Kini, dalam situasi hubungan diplomatik Indonesia-Belanda yang sedang dalam tahap “kemesraan”, PPI Belanda turut ambil bagian dalam diplomasi publik. PPI Belanda berupaya membangun citra dan kesan yang baik tentang Indonesia. Di sisi lain PPI Belanda tetap menjunjung sikap kritis terhadap dinamika pembangunan dan pemerintahan Indonesia.

Ada beberapa peran diplomatik yang secara aktual dimainkan oleh PPI Belanda. Pertama, PPI Belanda berperan aktif memainkan fungsinya dalam diplomasi budaya. Keragaman budaya, tradisi, kesenian dan barang kerajinan merupakan daya tarik yang dapat menunjang promosi wisata Indonesia, sebagai bagian dari diplomasi budaya di luar negeri. PPI Belanda menjadi ikon Indonesia yang memperkenalkan Indonesia lewat kegiatan-kegiatan kebudayaan, seperti Malam Indonesia (Indonesian Night) dan keterlibatan PPI dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat lintas negara dan lintas budaya.
Kedua dalam bidang sosial politik, PPI Belanda juga turut ambil bagian. Ketika kasus film Fitna yang diproduksi oleh Geert Wilders, PPI Belanda membuat pernyataan yang mengedepankan bahwa muslim Indonesia adalah pro perdamaian dan anti kekerasan, tidak seperti yang digambarkan oleh Geert Wilders lewat filmnya.
Ketiga PPI Belanda turut menginisiasi terbentuknya Jaringan Kerja Diaspora Indonesia (JKI) sebagai rumah bersama dan ruang dialog antara pelajar Indonesia di Belanda, pemuda Indonesia yang lahir dan besar di Belanda, serta orang-orang Indonesia yang hidup dan menetap di Belanda. Salah satu kepedulian JKI adalah menjalin kontak, memberi bantuan hukum, dan melindungi para pekerja tak tercatat (undocumented workers) asal Indonesia yang tinggal di Belanda. Hal ini ditujukan agar mereka mendapatkan hak-haknya.
Keempat PPI Belanda mewakili para pelajar dan pemuda Indonesia untuk berhubungan dengan komunitas-komunitas di Belanda dan juga komunitas Internasional di Belanda. Posisi PPI Belanda sangat strategis dalam proses diplomasi ini, mengingat komposisi masyarakat di Belanda yang sangat beragam (multinasional dan multikultural).
Didukung oleh hubungan sejarah yang panjang antara Indonesia dan Belanda, PPI bisa belajar dari para pendahulu yang mengawali pergerakan pemuda Indonesia di Belanda, sebagai cikal bakal pergerakan pemuda Indonesia melalui PPI di seluruh dunia. Proses pembelajaran tersebut akan sangat bermanfaat bagi kemajuan PPI dan peranan pemuda Indonesia di luar negeri untuk masa yang akan datang.

Kerja Sama Indonesia Belanda
Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Bot dalam kunjungan kerjanya di Indonesia, bersama rekannya Hassan Wirajuda, telah menandatangani sebuah Letter of Intent, Naskah Pernyataan Kehendak, di Yogyakarta. Sebelumnya Menlu Belanda berada di Bali untuk mengenang 200an korban bom Bali, termasuk empat warga Belanda. Naskah Pernyataan Kehendak kedua negara akan dikembangkan menjadi suatu pernyataan bersama tentang "comprehensive partnership" atau kemitraan menyeluruh, yang akan ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Jan Peter Balkenende, pertengahan tahun depan di Den Haag. Inilah puncak hubungan yang dua negara yang berbagi sejarah yang panjang, tetapi sekarang ingin melongok jauh ke depan.
Belum pernah dua menteri Belanda dan Indonesia saling berkunjung dan tatap muka begitu sering seperti Menlu Bernard Bot dan rekannya Hassan Wirajuda, dan juga sejumlah menteri kedua negara lainnya. Intensitas yang tinggi dan hangat itulah, yang kini membuahkan pernyataan itikad kerjasama menyeluruh. Demikian Menlu Hasan Wirajuda.
Hassan Wirajuda: "Dalam rangkaian konsultasi yang begitu intensif, kami sepakat untuk mengembangkan hubungan bilateral Indonesia ke arah suatu kemitraan menyeluruh, comprehensive partnership. Pada hari ini kami menandatangani dokumen letter of intend atau naskah kesepakatan untuk merampungkan dan menandatangani dokumen comprehensive partnership pada tahun depan. Dengan comprehensive partnership kita maksudkan upaya mengembangkan dan memperdalam, to expand and deepen berbagai aspek hubungan bilateral Indonesia-negeri Belanda. Bayangkan ini suatu tingkatan hubungan yang tidak hanya menyeluruh tapi juga menandakan pentingnya hubungan bilateral kedua negara."
Rekan Hassan, Menlu Bernard Bot, juga tak lupa menekankan hangatnya hubungan kedua negara. Apalagi, sebagai orang yang lahir di negeri ini, saya merasa memiliki perasaan khusus dengan Indonesia ini, katanya.
Bernard Bot: "Kunjungan terakhir saya ke Indonesia 17 Agustus 2005 menandai perubahan dalam hubungan antara dua negara. Sangat penting untuk tidak melihat ke belakang pada apa yang sudah terjadi, melainkan melihat ke masa depan untuk mencari tahu apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hubungan yang sudah sangat baik ini antara dua negara. Saya bahagia hari ini kita dapat menandatangani nota kesepahaman yang sangat penting ini, karena menandakan awal hubungan baru di atas hubungan yang telah kami jalin, yang telah kami jaga tahun-tahun belakangan."
Yang juga penting, perluasan hubungan kedua negara ini juga akan mencakup bidang kerjasama agama. Menlu Bot mengakui pentingnya Indonesia sebagai negara demokratis yang bermayoritas Muslim sebagai pemain politik global. Bernard Bot: "Indonesia merupakan negara Islam terbesar dengan lembaga-lembaga demokratisnya. Ini menandakan bahwa Islam adalah agama perdamaian. Apabila negara-negara seperti Belanda dan Indonesia bisa bekerja sama, kami bisa menunjukkan kepada negara-negara lain di dunia bahwa di masa mendatang kami ingin membangun kerjasama antar agama. Selain itu kami juga ingin menunjukkan bahwa benturan antar peradaban tidak perlu. Malah sebaliknya, yaitu bahwa kami bisa bekerjasama untuk dunia yang damai." Jakarta tentu gembira dan terpuji karena pandangan dan niat politik globalnya yang menentang dan memerangi "clash of civilization" yaitu benturan antar peradaban, kini juga disambut Belanda, negara yang menjadi jembatan penting Indonesia dengan Uni Eropa.
Duta besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk negara Belanda Jusuf Habibie mengakui, hubungan kerjasama dengan negara Belanda semakin membaik, bahkan secara de-facto dan de jure sangat bagus. "Kalau secara ekonomi sekarang lagi surplus, eksport ke Belanda dapat mencapai 3 miliar Euro..," kata Jusuf saat transit dari Aceh di ruang Vip Bandara Polonia Medan, Rabu (4/3).
Menurutnya, hubungan diplomatik Belanda - RI juga dalam kondisi membaik. Belanda dinilai lebih banyak membantu RI khusunya dalam syarat dari negara Uni-Eropa terkait masalah penerbangan. Dimana sebelumnya, Indonesia mendapat larangan terbang ke Eropa.
Selain itu, pertukaran pelajar dan perbaikan dunia pendidikan juga mendapat dukungan yang optimal dari negara Belanda. Para dosen di Roterdam dan perguruan tinggi terkenal di Belanda, mengadakan pertukaran dengan dosen dari Indonesia. Sementara informasi dari KBRI di Belanda, menurutnya, pada tahun 2007 turis dari Belanda datang ke Indonesia berjumlah 70 ribu, tahun 2008 naik mencapai 130 ribu. "Ya.., kita pastikan untuk tahun 2009 akan mengalami kenaikan..," katanya
Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah pemerintah Belanda bersedia mendukung SBY, sehingga bisa melanjutkan perannya sebagai perantara perdamaian. Karena Indonesia sangat cocok untuk menjadi sebuah negara yang berperan penting di Timur Tengah. Hans van Baalen berpendapat pemerintah Belanda harus mendukung peran internasional Indonesia ini. Menurutnya kabinet baru Belanda belum mengerti sepenuhnya arti peran Indonesia di pentas dunia itu.

Sementara di parlemen Belanda, pengetahuan tentang Indonesia juga harus ditingkatkan, karena sebagian besar anggota parlemen adalah dari generasi pasca perang dunia kedua, jadi tidak begitu mengenal Indonesia. Pengetahaun tentang Indonesia bisa ditingkatkan misalnya dengan melakukan kunjungan kerja ke Indonesia. Pada prinsipnya pemerintah dan parlemen Belanda harus belajar mengenal Indonesia yang moderen. Berbagai harian Belanda pagi ini mengulas rangkaian demonstrasi di Belanda menentang kekerasan di Gaza yang sudah berlangsung berminggu-minggu ini di berbagai kota di Belanda. Para pengunjuk rasa terdiri dari generasi muda Muslim Belanda yang didominasi oleh remaja keturunan Maroko. Mereka mengutuk Israel dan menyatakan simpati pada warga Palestina. Mereka juga mengecam pemerintah Belanda yang belum juga mengutuk aksi Israel di Gaza.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..