Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

Partai Komunis Adalah Kelompok Berandalan Profesional


Partai Komunis menerapkan strategi dua sisi, satu sisi lembut dan fleksibel serta sisi lain keras dan tegas. Strategi lembutnya meliputi propaganda, garis depan yang bersatu, memata-matai, bermuka dua, mencekoki pikiran orang, mencuci otak, berbohong dan menipu, menutupi kebenaran, melakukan teror mental dan menciptakan kondisi penuh teror. Dalam melakukan hal-hal ini PKT menciptakan sindrom ketakutan di dalam hati anggota partai yang membuat mereka mudah untuk melupakan kesalahan yang telah dilakukan partai. Berbagai metode ini menghilangkan sifat dasar manusia dan membentuk kebrutalan dalam diri manusia. Taktik keras dari PKT meliputi kekerasan, penindasan, gerakan politik, membunuh dan menghancurkan kehidupan, menculik, menekan pendapat orang lain, serangan bersenjata, penyingkiran pihak lain yang dilakukan setiap kurun waktu tertentu, dan lain-lain. Metode-metode agresif ini adalah jaminan bagi partai untuk terciptanya teror.
PKT menggunakan kedua metode halus dan kasar secara bersamaan. Sesaat mereka lakukan dengan ringan sesaat kemudian dengan tegas, atau mereka akan ramah untuk urusan eksternal tetapi kaku bagi urusan internal. Dalam suasana ringan, PKT mendorong orang untuk mengeluarkan pendapat yang berbeda, tetapi bagaikan memancing ular keluar dari sarangnya, yang mengeluarkan pendapatnya kemudian akan ditindas dan dilakukan pengawasan yang ketat. PKT sering menggunakan demokrasi untuk menantang KMT, tetapi ketika para intelektual PKT yang berada di bawah pengawasan ketat tidak setuju dengan partai, mereka akan disiksa dan bahkan dipenggal kepalanya. Misalnya kita bisa melihat "Insiden Bunga Lili Liar" yang terkenal, yang mana intelektual Wang Shiwei terkena gerakan penataan Yan'an dan dihukum mati oleh PKT pada tahun 1947.
Seorang pejabat korban gerakan penataan Yan'an mengingat kembali ketika dia di bawah tekanan berat, diseret dan dipaksa untuk mengaku, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah mengkhianati hati nuraninya sendiri dan berbohong. Pada awalnya, dia merasa tidak enak untuk menyebutkan dan memfitnah teman-temannya sendiri. Dia begitu membenci dirinya sendiri sampai ingin bunuh diri. Kebetulan ada sepucuk pistol ada di atas meja. Diambil dan diarahkan ke kepalanya, dan menarik pelatuknya. Pistolnya kosong tak berpeluru! Orang yang menginterogasi masuk dan berkata, "Adalah baik karena kamu telah mengaku bersalah. Aturan-aturan partai sangatlah ringan." Melalui ujian yang diberikan, Partai Komunis tahu bahwa kamu telah mencapai batas, dan tahu bahwa kamu "setia" terhadap Partai, maka kamu telah lulus ujian. Begitulah caranya Partai Komunis menempatkan anda pada ambang kematian, setelah menikmati segala kesengsaraan dan penderitaan anda, di saat anda sekarat, dengan ramah ditawarkan buah simalakama dan menjadi malaikat penyelamat anda. Puluhan tahun berlalu, dan pejabat ini berkesempatan mempelajari Falun Gong di Hongkong, sebuah qigong dan latihan kultivasi yang diperkenalkan di Tiongkok. Dia menganggap latihan ini baik. Namun ketika penindasan Falun Gong dimulai, kenangan lama yang menyakitkan datang lagi, maka dia pun tidak berani lagi berkata bahwa Falun Gong baik.
Pengalaman dari Kaisar Puyi mirip dengan pejabat tersebut. Di penjara dalam tahanan PKT dan melihat orang lain dibunuh, dia pikir dia juga akan segera mati. Agar tetap hidup, dia membiarkan dirinya dicuci otak dan bekerjasama dengan sipir penjara. Kemudian dia menulis otobiografi "Paro Pertama Kehidupan Saya", yang digunakan oleh PKT sebagai contoh dari pembentukan ideologi.
Menurut ilmu kedokteran modern, di bawah tekanan psikologis berat dan terisolasi, banyak korban cenderung jatuh pada kondisi di mana ia sangat tergantung pada pelaku siksaan, kondisi ini disebut Sindrom Stockholm. Kondisi emosional si korban ditentukan oleh pelaku, sedikit saja kebaikan diberikan, si korban akan membalas dengan rasa terima kasih yang meluap-luap. Juga terjadi hal di mana si korban bahkan jatuh cinta pada pelaku. Fenomena psikologis ini telah lama diketahui dan digunakan dengan sukses oleh PKT untuk melawan musuh dan mengontrol pikiran dari rakyat.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..