Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

Kebenaran Sejarah: Generalisasi Dan Klasifikasi


Beberapa filosof sejarah menyetujui/menerima kebenaran sejarah lewat deskripsi peristiwa secara khusus, tetapi mereka (filosof sejarah) mengingkari/tidak menerima deskripsi melalui generalisasi dan klasifikasi. Karena bagian general tidak menunjukkan peristiwa khusus pada dunia, tapi hanya mewakilkan konsep kejadian yang dikemukakan oleh sejarawan. Selain itu, sejarawan menggunakan metapora dalam menggambarkan peristiwa, sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Generalisasi dan klasifikasi dapat menjadi sebuah kebenaran ketika telah melewati proses pengujian dari beberapa alasan-alasan yang mendukungnya.
Ada empat hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan argumen-argumen skeptik dalam mendiskusikan kebenaran pada pernyataan umum (general) terhadap dunia.
1. ada ringkasan umum pada pernyataan tentang apa yang disebut sebagai “ada” (eksis)
2. ada pernyataan atribut (ciri) yang tentu saja merupakan ciri dari anggota dari referensi kelas
3. ada pernyataan umum pada proses sebab akibat dimana kejadian tersebut terjadi dan terjadi lagi
4. ada pernyataan ciri pada kelas terhadap aktivitas individu
selain itu, ada sejumlah gambaran/deskripsi klasifikasi sejarah, sesuatu diklasifikasi sebagai keseluruhan, seperti:

a. klasifikasi terhadap individu
b. klasifikasi model dalam kelakuan sebagai jenis tindakan
c. klasifikasi disusun dalam tindakan yang termasuk bagian dari peranan, ritual atau rutinitas
d. klasifikasi model pada peristiwa sebagai konstitusi beberapa bagian kelompok terhadap perubahan
e. terakhir adalah klasifikasi sosial, ekonomi, struktur politik, seperti masyarakat feodal, kapitalis dan demokratis.

Semua statmen dikelompokkan pada sesuatu yang digunakan secara umum/general untuk menghasilkan kaidah generalisasi, maka penggambaran peristiwa hanya satu atau terbatas pada koleksi.
Sejarawan seringkali menyimpulkan subyek sejarah yang diketahui melalui statmen generalisasi dan klasifikasi. Sehingga kesimpulan selalu mengandung kekinian dengan mellihat secara general/umum pada subyek yang menarik perhatian sejarawan.
Untuk menarik kesimpulan secara umum dalam menghasilkan deskripsi sejarah diperlukan interpretasi terhadap subyek, sehingga para pembaca mampu memahami apa yang disajikan dan apa yang terjadi lewat argumen/opini sejarawan.
Namun, interpretasi yang general, sejarawan secara reflek harus membuka diri terhadap fokus/perhatian pada subyek untuk merangsang pemikiran pada keseluruhan yang melingkupi subyek. Sehingga hasil yang diinginkan bersifat relatif, apakah benar atau salah, interpretasi subyek harus didukung dengan fakta-fakta.
Dalam menjelaskan fakta-fakta secara umum/general, bisa benar dan salah. Jadi butuh waktu yang lama untuk mengidentifikasi keadaan/kondisi kebenaran.
Salah seorang filosof sejarah F.R. Ankersmith memaparkan bahwa mendeskripsikan kembali peristiwa masa lampau secara umum tidak dapat dikatakan benar, karena tidak menunjukkan setiap kenyataan dunia. Ankersmith menyatakan bahwa peristiwa khusus/partikular adalah nyata, tapi generalsiasi hanya merupakan konstruksi konsep. Ankersmith menambahkan bahwa untuk menggambarkan kelampuan, sejarawan bisa menggunakan metapora statmen yang mendapat dukungan dari Max Black dan Donald Davidson.

Kebenaran General/Umum
Ankersmith dalam bukunya “Logika Naratif” (1983), menjelaskan bahwa sejarawan harus belajar dari fakta-fakta yang tersedia dan menggunakan ilmu pengetahuan pada beberapa fakta khusus tentang kelampauan. Dan melihat bahwa setiap fakta mengandung ide, sebuah model dan konsep yang kadang-kadang menunjukkan istilah general/umum, dan pola penggambarannya harus dituliskan. Contoh yang relevan misalnya istilah “Renaissance” atau Pencerahan, “Kapitalisme Modern Eropa adalah fakta-fakta yang memberikan citra dan gambaran tentang masa lampau. Ankersmith menyebutnya sebagai model “Substansi Cerita” atau “Substansi Naratif”.
Apa yang dikemukakan oleh Ankersmith tentang interpretasi general/umum adalah pernyataan yang mempunyai kondisi kebenaran. Sebab sejarawan selalu menguji interpretasi untuk menemukan kebenaran ataupun kesalahan. Olehnya itu, Ankersmith menambahkan bahwa interpretasi terhadap subyek sejarah diusahakan seobyektif mungkin dengan menggunakan formulasi dalam kata-kata, untuk menjelaskan sebuah struktur, sistem analog, aktual dan ideal. Sebab penggunaan kata-kata “pada masa kini” misalnya kata “demokrasi” menunjukkan peristiwa revolusi pada dekade tertentu atau demokrasi pada abad ke-20 berarti “anti-aristokrat”.
Ada beberapa istilah yang sangat umum mengalami kesalahan karena menggunakan pemikiran yang homogen yang tidak eksis dan memiliki perbedaan yang signifikan, misalnya penggunaan kata “kelas atas dan kelas menengah pada stratifikasi sosial”, Harrison dan Similarly misalnya mengklasifikasikan perbedaan-perbedaan tersebut.
Jadi, untuk menentukan konsep apa yang digunakan untuk menggambarkan masyarakat, sejarawan terlebih dahulu melakukan identifikasi orang-orang dalam kelompok yang ikut andil dalam periode tertentu dan mempunyai pemikiran-pemikiran tentang perubahan-perubahan yang signifikan. Hal ini sangat relevan dengan buku Peter Mandler tentang “Pemerintahan Aristokrasi pada Periode Reformasi dan Liberal”. Buku Mandler memberi contoh yang baik jika sejarawan ingin membatasi untuk mencari istilah umum dan klasifikasi yang baik dan terinci tentang fakta yang mereka ketahui. Ia menjelaskan bahwa sejarawan tidak harus memuaskan diri dengan deskripsi generalnya, tetapi mereka harus mencari beberapa fakta yang terkait dengan menggambarkan umum. Untuk menghasilkan sejarah yang kualified dan seimbang oleh Mc Cullagh menyatakan untuk mencoba dan menentukan generalisasi yang jelas/adil.sejarawan harus membangun penggunaan prosedur inquiry, dari ilmu sosial mereka harus mengetahui teknik sampling dan populasi.

Kebenaran Metapor dalam Sejarah
Sejumlah filosof memberi perhatian penuh terhadap sejarawan dalam penggunaan metapora untuk menggambarkan kelampauan. H. Kellner mencatat: “penulisan sejarah secara metapor berada pada tingkat menengah, di mana penjelasan turunannya seperti pertumbuhan organik.”
Klasifikasi pikiran bukan berdasarkan exakta tapi menggunakan ide. Kellner memilki kecenderungan bahwa setiap deskripsi umum tentang masa lampau adalah proses metapor, dan bukan sebab musabab. Setiap penggambaran peristiwa sejarah merupakan sebuah penulusuran bukan pengandaian / ibarat.
Ankersmit dalam bukunya “logika naratif” dan Kellner menyangga bahwa penggambaran metapor dapat menjadi benar, yang didukung oleh beberapa alasan. Fakta-fakta khusus masa lampau harus menggunakan konsep untuk menghasilkan daya cipta, dan tidak mewakili setiap realita tapi merupakan sebuah konstruksi. Ankersmit menyimpulkan bahwa interpretasi metapor tentang masa lampau bukanlah merupakan deskripsi tapi sebuah rencana kerja atau proposal, sedangkan masa lalu melihat sebuah kepastian dan proposal sesuai dengan tabiat atau perangai yang tidak akan pernah memberi kebenaran atau kesalahan secara empirik dan bahwa sejarawan tidak “mencari” kebenaran tentang masa lampau, tapi mereka mencipta karya sebuah peristiwa dan memaknainya.
Tentang fakta-fakta Ankersmit sepakat dengan Max Black, ia mengatakan bahwa sebuah pernyataan metapor merupakan”sebuah tindakan verbal lisan yang esensial dan merupakan tuntutan sebagai sebuah daya cipta terhadap respons dari pembaca.
Lain halnya dengan Donal Davidson, ia mengatakan bahwa pernyataan metapor tidak mampu memberikan pemaknaan metaphor dan juga tidak memberi kebenaran dalam pemikiran metaphor dan menambahkan bahwa tidak ada batasan dalam memfokuskan perhatian dengan apa yang disebut dengan metaphor. Karena metaphor tidak mengandung catatan sebab musabab sebagai penggambaran karakter yang proporsional.

1 komentar:

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..