Slide K.I.S.A.H
INDO CHINA
Selayang Pandang Indo-China
Zaman Kuno
Setelah Indo-China pada abad pertama Masehi di pengaruhi oleh kebudayaan India, dibawah India Indo-China mulai mengalami perubahan dari sistem politik dan kebudayaan. Pengaruh India ini menimbulkan kerajaan-kerajaan yang pertama di Indo-China. Mula-mula terbentuklah disekitar lembah muara sungai Mekong yang subur, yang pertama yaitu Kamboja dan kemudian Kerajaan Champa. Raja-raja Kamboja adalah keturunan raja-raja Sriwijaya karena mula-mula Kamboja adalah daerah Sriwijaya.
Kemudian datanglah bangsa-bangsa baru dari utara menyusuri sungai Mekong dan pantai timur Indo-China. Mereka ini adalah bangsa Thai dan bangsa Annam, mereka berasal dari Tiongkok selatan. Bangsa Thai tidak berhasil merebut Kamboja, karena itu mendirikan negara sendiri, ialah Laos, bangsa Annam sebaliknya berhasil merebut Champa (1470) dan lenyaplah kerajaan Champa untuk selamanya. Bangsa Annam mendirikan kerajaan Annam yang meliputi seluruh daerah pantai timur Indo China dari utara (Tongkin) sampai selatan (Cochin China). Dengan ini di Indo China terdapat 3 kerajaan: Annam, Kamboja, Laos.
Kerajaan Annam
Bangsa Annam yang pindah dari Tiongkok ke Indo China, mula-mula belum merupakan bangsa yang merdeka. Mereka tunduk kepada bangsa Tiongkok. Tetapi pada tahun 968 bangsa Annam memberontak Tiongkok dan mendirikan Kerajaan Annam dengan ibu kota Hanoi. Raja Annam pertama ialah: Dinh Bo Linh, yang memimpin pemberontakan Annam itu. Annam harus selalu mempertahankan diri terhadap serbuan-serbuan Tiongkok yang selalu ingin menguasai Annam. Dua kali Annam diduduki Tiongkok, ialah pada tahun 1283 oleh kaisar Ku Bilai Khan dan pada tahun 1407 oleh kaisar Yung Lo. Tetapi Annam selalu dapat melepaskan diri dari tangan Tiongkok. Kemudian pada tahun 1673 kerajaan Annam pecah menjadi dua ialah: kerajaan Annam Utara (ibu kota Hanoi) dibawah dinasti Le Loi dan kerajaan Annam Selatan (Ibu kota Hue) dibawah dinasti Nguyen Hoang.
Kerajaan Vietnam
Pada tahun 1765 timbullah pemberontakan dibawah Tai Son yang mengamuk diseluruh Annam, baik di Annam Utara maupun di Annam Selatan. Dinasti Le Loi dan Nguyen Hoang jatuh. Seluruh Annam kacau balau. Putera mahkota Annam Selatan berhasil melarikan diri masuk Siam. Putera mahkota ini ialah Nguyen Anh. Ia di Siam jatuh dalam pendeta-pendeta Katholik Roma Perancis dan dididik oleh seorang pendeta Perancis, Pigneau de Behaine. Perancis hendak, menggunakan Nguyen Ahn sebagai alat untuk masuk Indo China. Karena itu Nguyen Anh dibantu membentuk tentaranya untuk merebut kembali kerajaan Annam dari tangan Tai Son.
Pada tahun 1802 Nguyen Anh menyerbu Indo China dan berhasil merebut kerajaan Annam kembali. Kerajaan Annam dipersatukan kembali dan disebutnya Vietnam. Nguyen Anh naik tahta sebagai kasisar Gai Long. Bersama dengan Gia Long ini mulailah sejarah imperialisme Perancis di Indo China.
Imperialisme Perancis
Pengganti-pengganti Gia Long ialah: Minh Mang (1820-1840), Thicu Tri (1840-1847) dan Tu Duc (1847-1883), semuanya anti Kahtolik Roma dan menindasnya. Karena penindasan itulah mereka memberi alasan kepada Perancis untuk meyerbu Indo China. Ini terjadi dibawah pemerintahan Tu Duc.
Tu Duc yang memerintah Vietnam dari tahun 1847-1883, menindas kaum Khatolik dan mencoba menutup Indo China bagi bangsa asing. Ini adalah reaksi dari kejadian-kejadian di Tiongkok, salah satunya yaitu Perang Candu di Tiongkok yang membuka Tiongkok bagi bangsa asing.
Dengan alasan, melindungi warga negaranya perancis menyerbu Cochin China pada tahun 1858, Tentara Vietnam dapat dikalahkan tetapi Perancis gagal dalam serbuannya ke Hue, ibu kota Vietnam. Perang ini berlansung 4 tahun (1858-1862).
Pada tahun 1862 terjadilah perjanjian Saigon yang memuat:
1. Bagian timur Cochin China menjadi milik Perancis.
2. Pelabuhan-pelabuhan Tourane, Balat, Kurang An dibuka untuk Perancis.
3. kebebasan beragam Katholik Roma.
Pada tahun 1863 Perancis menempatkan Kemaboja dibawah naungannya. Pada tahun 1867 Perancis menduduki juga bagian barat Cochin China. Dengan ini seluruh Indo China Selatan jatuh dalam tangan Perancis. Tinggal Vietnam dan Laos. Segera Perancis bersiap-siap untuk merebut Laos dan Vietnam. Tetapi Perancis pada tahun 1870-1871 Perancis mengalami kemunduran di Eropa. Kesempatan baik ini tidak di manfaatkan oleh raja Tu Duc.
Kesalah Tu Duc ini bahkan ditambahdengan kesalahan yang lebih besar lagi. Pada tahun 1873-1874 Francis Garnier, atas kehendaknya sendiri dan tanpa sepengetahuan Perancis menyerbu Tongkin dan menduduki Hanoi. Tetapi Garnier mengalami kekalahan Perancis dengan segera melakukan perjanjian yang dinamakan perjanjian Saigon 1874, perjanjian ini memuat:
1. Hanoi dikembalikan oleh Perancis kepada Vietnam.
2. Vietnam mengakui Chochin China seluruhnya sebagai milik Perancis
3. Vietnam berjanji akan menyesuaikan politik luar negerinya dengan politik luar negeri Perancis.
Tu Duc terlambat menyadari semua itu. Akhirnya Vietnam melakukan pemberontakan, ini yang menjadi dasar Perancis menuduh Tu Duc melanggar perjanjian Saigon 1874. timbullah perang antara Vietnam dengan Perancis yang mengakibatkan Vietnam kalah dan terjadilah perjanjian Hue 1883 yang menetapkan, bahwa Vietnam mengakui naungan Perancis atas dirinya.
Indo China Di Bawah Perancis
Perancis di Indo China melakukan politik Asimilasi dengan melakukan Perancisnisasi. Dengan jalan melarang orang-orang Indo China menggunakan bahasa loka, melarang melakukan kebudayaan loka. Perancis mewajibkan seluruh rakyat Indo China melakukan pendidikan dengan model Perancis.
Tetapi politik ini gagal di lakukan oleh Perancis karena pendidikan masyarakat Indo China dibatasi dalam bidang pendidikan, karena Perancis khawatir akan timbulnya kaum-kaum terpelajar dan akan mengakibatkan mudahnya melakukan kemerdekaan.
Nasionalisme Indo China
Nasionalisme Indo China pada dasarnya belum pernah padam dan sering meletus sebagai pemberontakan kecil-kecil yang dapat ditindas oleh Perancis dengan kejam yang sering melampaui segala batas peri kemanusiaan. Dalam hal ini Perancis sangat terkenal didunia ini. Kegagalan nasionalisme Indo China ini disebabkan oleh kurangnya koordinasi dan konsolidasi. Barulah nanti Ho Chi Minh yang dapat melaksanakan ini. Sebab-sebabnya meluapnya kembali Nasionalisme Indo China ialah:
1. Penindasan Perancis di Indo China, baik politis maupun ekonomis.
2. Timbulnya kaum terpelajar yang telah mempelajari demokrasi tetapi dilarang memperaktekannya.
3. Perang Jepang Rusia 1905 yangmembangkitkan nasionalisme diseluruh Asia.
4. Revolusi Nasional Tiongkok 1911 memperkuat keinginan untuk merdeka.
5. Dalam Perang Dunia I Perancis mengirimkan orang-orang Indo China ke Eropa sebagai tentara dan pekerjaperang. Mereka ini kembali ke Indo China dengan membawa faham-faham liberalisme.
Gerakan-Gerakan Nasionalisme Indo China
a. Lembaga Pembangunan Vietnam
Dididrikan dan di pimpin oleh Cuong De pada tahun 1907. gerakan ini Timbul karena pengaruh kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1907 itu juga Perancis menindas segala gerak-gerik yang bersifat kebangsaan dan mengadakan pembersihan diseluruh Indo China. Coung de melarikan diri ke Jepang untuk kelak di jadikan pion oleh Jepang dalam usahanya untuk menguasai Asia Timur raya.
b. Partai Nasionalis Indo China (V.N.Q.D.D. = Viet Nam Quak Dan Dang)
Dididrikan pada tahun 1927 dan mencontoh Kuo Min Tang dari Tiongkok dan berpusat di Indo China utara. Partai ini menerima bantuan dari Chiang Kai shek.
c. Partai Komunis Indo China (Donduong Cong San Dang)
Partai Komunis ini didirikan pada tahun 1929 di Hongkong oleh Nguyen Ai quoc atau nama baru: Ho Chi Minh. Partai Komunis Indo China ini tidak berada di Indo China tetapi di Hongkong.
d. Partai Demokrat Indo China (Viet Nam Dan Chu Dang)
Didirikan pada tahun 1944 oleh mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Hanoi. Tujuan mereka menyetujui Ho Chi Minh sebagai pemimpin Indo China.
PERANG DUNIA II
Pada tanggal 20 Juni 1940 Perancis menutup semua jalur dari serangan Tiongkok. Pada tanggal 22 September 1940 mengizinkan Jepang masuk ke Indo China, tanggal 25 Juni 1941 seluruh Indo China dikuasai. Pada tahun 1945Jepang menjatuhkan Perancis di Indo China dan menciptakan kerajaan-kerajaan Vietnam dibawah Bao Dai (11 Maret 1945), Kamboja dibawah Norodom Sihanouk (13 Maret 1945), dan Laos di bawah Sisavong Vong (20 April 1945). Imi semua dikerjakan Jepang untuk mengikat rakyat Indo China yang ingin memerdekakan diri dari Perancis.
INDOCHINA DALAM PENGARUH KOMUNIS
Vietnam
Masa Pra-dinasti
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue. Setelahnya, Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi di selatan. Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin terpuruk ke dalam kekacauan. Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu. Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou sekarang. Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang).
Masa Dinasti-dinasti
Pada 939 M, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian. Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer.
Masa kolonialisme Perancis
Kemerdekaan Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan perubahan signifikan dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam. Pengembangan ekonomi perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis mengabaikan permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak sipil yang terus meningkat. Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh memimpin permintaan akan kemerdekaan kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa). Tetapi, Perancis memelihara dominasi kontrol terhadap koloni-koloninya hingga Perang Dunia II, ketika perang Jepang di Pasifik memicu penyerbuan ke Indochina. Sumber daya alam Vietnam dieksploitasi untuk kepentingan kampanye militer Jepang ke Burma, Semenanjung Malay dan India. Pada tahun terkahir perang, pemberontakan nasionalis berpasukan muncul di bawah Ho Chi Minh, melakukan kemerdekaan dan komunisme. Menyusul kekalahan Jepang, pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis pada Perang Indochina Pertama yang dimulai pada tahun 1945 hingga 1954. Perancis mengalami kekalahan besar pada Pertempuran Dien Bien Phu dan dalam waktu singkat setelah itu ditarik dari Vietnam. Negara-negara yang berperang dalam Perang Vietnam membagi Vietnam pada 17th parallel menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sesuai Perjanjian Geneva (Geneva Accords).
Perang Vietnam
Pada tanggal 2 September 1945 di Hanoi, Ho Chi Minh secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam. Ketika para komunis di Vietnam Selatan Viet Minh mengikutsertakan pemerintahan kolonial Perancis pada perang gerilya, bermula tepat setelah deklarasi kemerdekaan tersebut, Ho Chi Minh, pada posisinya sebagai pemimpin pergerakkan kemerdekaan di Vietnam Utara, memutuskan untuk bernegosiasi dengan Perancis. Alasannya adalah : pada waktu itu lebih dari 180.000 pasukan nasionalis Cina di Vietnam Utara; Viet Minh di Vietnam Utara merasa secara simultan liberalisasi mereka untuk melawan kekuatan dari kolonial Perancis dan pasukan Cina. Pada tahun 1946, setelah Perancis membangun kembali pemerintahan kolonial mereka di Vietnam, para nasionalis Cina setuju diberlakukannya kembali pasukan Cina dari Vietnam. Hal ini telah terjadi, Viet Minh menambah serangan mereka terhadap kekuatan kolonial Perancis dan memasangnya juga di bagian Selatan dan Utara Vietnam. Ketika Perancis berhasil dalam menahan kota dibawah kekuasaan mereka, peraturan di daerah pedalaman makin bertambah karena Viet Minh.
20 November 1953, kekuatan kolonial Perancis menempatkan sebanyak 16.000 pasukannya di Bien Phu, yaitu sebuah lembah pegunungan di sepanjang perbatasan Vietnam Utara dan Laos Utara. Dari Dien Bien Phu, Perancis bermaksud untuk mengawasi daerah perbatasan di antara kedua negara. Hal ini dianggap perlu karena Viet Minh melakukan pergerakan komunis dilengkapi dengan persenjataan di Laos, Pathet Lao.
Militer Perancis percaya bahwa Lembah Dien Bien Phu yang memiliki panjang 19 kilometer dan lebar 13 kilometer, aman dari serangan Viet Minh. Namun pada minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, pasukan Vietnam dibawah pimpinan Jenderal Giap, menyiapkan penyerangan ke Dien Bien Phu. Dengan bantuan lebih dari 200.000 orang kuli pengangkut barang, Viet Minh mengatur pengangkutan artileri berat ke gunung-gunung yang mengelilingi lembah Dien Bien Phu. Pada bulan Maret 1954, Viet Minh memulai penyerangan mereka terhadap pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Pada tanggal 7 Mei 1954, mereka berhasil menaklukan pusat komando Perancis. 9.500 anggota pasukan kolonial Perancis ditangkap. Ini merupakan kekalahan paling buruk dalam sejarah pasukan kolonial Perancis. Lebih dari 20.000 orang Viet Minh dan lebih dari 3.000 orang Perancis terbunuh dalam pertempuran di Dien Bien Phu. Perang antara Viet Minh dengan Perancis yang berlangsung selama sembilan tahun, telah menelan korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari satu juta warga sipil, 200.000 hingga 300.000 orang Viet Minh dan lebih dari 95.000 anggota pasukan kolonial Perancis telah kehilangan nyawanya.
Pada tanggal 20 Juli 1954 di Jenewa, negosiator Viet Minh dan Perancis setuju membagi Vietnam menjadi dua negara bagian : komunis Vietnam Utara dan kapitalis Vietnam Selatan. Pada tahun 1959-1963, setelah gerilya komunis Vietnam Selatan dapat menjatuhkan pemerintahan Diem, pemerintahan komunis Vietnam Utara mengendalikan jalannya konfrontasi militer. Lebih dari 40.000 gerilya Vietnam Utara masuk ke wilayah selatan, dan memberikan persenjataan dan amunisi kepada komunis Vietnam Selatan, yang dibawa melalui jalan-jalan kecil Ho Chi Minh di wilayah Laos dan Kamboja. Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan 100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara. Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.
Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan pada Perang Dunia II. Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah orang dari kota-kota. Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam. Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan berjumlah 1,5 juta orang. Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan.
Pada tanggal 1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam. Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS. Setelah serangan Tet, pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan militer terhebat. Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam.
Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam. Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam. Tanggal 30 Maret 1972, terjadi serangan komunis, tapi bukan oleh Vietkong melainkan oleh pasukan Vietnam Utara yang melewati garis demarkasi (17 derajat garis lintang utara) melanggar wilayah Vietnam Selatan. Pengeboman yang dilakukan secara terus-menerus oleh pesawat tempur AS, telah menyebabkan mundurnya pasukan Vietnam Utara.
Pada tanggal 27 Januari 1973, persetujuan gencatan senjata ditandatangani di Paris dan mulai diberlakukan sejak hari itu. Pada bulan Maret 1973, pasukan terakhir Amerika, meninggalkan Vietnam. Dua tahun kemudian, Vietnam Utara dan kekuatan komunis Selatan memulai serangan dengan maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan. Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1975, pasukan Vietnam Utara menduduki Saigon dan mengakibatkan berakhirnya perang yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
Pasca perang Vietnam
Dampak dari pengambil-alihan kontrol, komunis Vietnam melarang partai politik lain, menahan tersangka yang dipercayai berkolaborasi dengan Amerika Serikat dan memulai kampanye masal tentang kolektifisasi pertanian dan pabrik-pabrik. Rekonstruksi negara yang porak poranda akibat perang terjadi sangat lambat dan masalah kemanusiaan serius dan masalah-masalah ekonomi menghadapi rezim komunis. Pada 1978, Militer Vietnam menginvasi Kamboja untuk melepaskan bekas rekan mereka, Khmer Rouge, dari penindasan. Aksi ini memperburuk hubungan dengan RRT, yang meluncurkan serangan mendadak kepada Vietnam Utara pada 1979. Konflik ini menyebabkan Vietnam lebih semakin bergantung terhadap bantuan ekonomi dan militer dari Soviet.Dalam sebuah perubahan sejarah pada 1986, Partai Komunis Vietnam mengimplementasikan reformasi pasar bebas (free-market) yang dikenal sebagai Doi Moi (Renovasi). Dengan kekuasaan negara tetap tak tertandingi, kepemilikan pribadi atas pertanian-pertanian dan perusahaan-perusahaan, deregulasi dan investasi asing dipicu. Namun demikian, kekuatan Partai Komunis Vietnam atas semua organ-organ pemerintahan tetap kuat.
Pada perubahan sejarah pada tahun 1986, Partai Komunis Vietnam menerapkan reformasi pasar bebas yang dikenal sebagai Đổi Mới(Renovasi). Dengan kekuasaan negara yang tetap tidak terlawankan, kepemilikan swasta atas pertanian dan perusahaan-perusahaan, deregulasi dan investasi asing dipacu. Ekonomi Vietnam mencapai pertumbuhan yang cepat dalam produksi bidang pertanian dan perindustrian, konstruksi dan perumahan, ekspor dan investasi asing. Vietnam sekarang adalah satu diantara negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
KAMBOJA
Kemerdekaan Kamboja
Kamboja merupakan negara di Asia Tenggara yang pernah menjadi negara Protektorat Perancis pada tahun 1863 ketika raja Noroudom memerintah. Pada masa Perang Dunia II, ketika Jepang menguasai Indocina, Perancis tersingkir dari Kamboja. Pada bulan Maret 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Kamboja, akan tetapi mengalami kekalahan pada Perang Dunia II dan kemerdekaan yang dijanjikana oleh Jepang tidak pernah terealisasi.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Perancis kembali ke Kamboja untuk menanamkan pengaruhnya. Pada tanggal 7 Januari 1946 Kamboja dibentuk Free State dibawah raja Noroudom Sihanouk dan menjadikan negara Kamboja protektorat Perancis kembali. Keadaan seperti itu membuat Kamboja belum menjadi negara merdeka sepenuhnya. Terdapat pertentangan dimana Raja Noroudom Sihanouk menginginkan mendapatkan kemerdekaan melalui jalur diplomasi, karena perekonomian masih tergantung pada Perancis. Akan tetapi berbeda dengan Son Ngol Than dan para pengikutnya yang menginginkan mendapatkan kemerdekaan melalui jalur kekuatan senjata. Kumpulan orang-orang yang bersenjata dipimpin oleh Son Ngol Than disebut Khmer Issarak atau orang-orang bebas Kamboja.
Viet Minh (golongan pembebas Indocina) datang dari Vietnam yang terdiri dari kalangan orang-orang Vietnam Selatan dan Tenggara Kamboja yang sangat menentang penjajahan Perancis di Kamboja.Viet Minh menyokong Khmer Issarak dalam menentang kolonialisasi Perancis di Kamboja. Secara de jure Kamboja menjadi negara merdeka pada tahun 1949. Akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November 1953 dan menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk. Pada tahun 1955, Noroudom Sihanouk melepaskan dirinya sebagai raja karena banyak pelarangan yang dibuat untuk raja oleh perundang-undangan Kamboja dan raja hanya dijadikan simbol, Perdana Menteri-lah yang menjalankan pemerintahan. Akhirnya ia mendirikan partai Sangkum Reastr Hiyum (Pergerakan Rakyat Sosialis) yang akhirnya menguasai dunia politik Kamboja, karena berturut-turut memenangkan pemilihan umum pada tahun 1955, 1958,1962, dan 1966. Politik Noroudom Sihanouk yang konservatisme kedalam, sedangkan keluar ia lebih memegang pada netral. Sikap netral inilah yang nantinya menjatuhkan kekuasaannya.
Kamboja Dibawah kekuasaan Lon Nol
Pelabuhan Sihanoukville di wilayah Kerajaan Kamboja, yang waktu itu netral, dipakai sebagai jalan untuk menyuplai perbekalan tentara Vietnam Utara melawan Vietnam Selatan. Hal ini membuat Amerika Serikat yang mendukung Vietnam Selatan khawatir. Pada tanggal 18 Maret 1970, ketika Noroudom Sihanouk sedang kunjungan kenegaraan ke Moskow. Marsekal Lon Nol di Kamboja mengambil kesempatan ini untuk mengkudeta pemerintahan di Phnom Penh. Ia mengangkat dirinya sebagai presiden pertama Kamboja dan membentuk suatu Republik. Akan tetapi, di Utara, Lon Nol terancam oleh keberadaan Vietnam Utara komunis, sedang di dalam negeri, gerilyawan kiri Kmer Merah tengah tumbuh pesat. Untuk mengokohkan kekuasaannya, Jenderal Lon Nol meminta Barat dan negara-negara di Asia Tenggara yang sehaluan dengannya agar dapat memberi bantuan nyata. Pemerintahan Lon Nol sangat didukung oleh Amerika Serikat. Hal ini dikarenakan Amerika Serikat berusaha menghancurkan tentara-tentara Viet Cong di Kamboja dan Khmer Merah yang beraliran komunis. Pada tanggal 30 April 1970, Pesiden Amerika Serikat, Nixon, memberi izin invasi terhadap Kamboja oleh tentara gabungan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan yang pro Amerika untuk menghancurkan komunis Vietnam di kamboja.
Noroudom Sihanouk yang telah dikudeta memilih untuk menetap di Peking dan membentuk sebuah pemerintahan dengan beraliansi dengan Khmer Merah. Keduanya bermaksud untuk menggulingkan pemerintahan Lon Nol yang pro dengan barat. Khmer Merah mendapatkan dukungan dari Cina yang akhirnya mampu menguasai pemerintahan kembali pada tahun 1975.
Kamboja Dibawah Kekuasaan Khmer Merah
Setelah berhasil menguasai Phnom Penh pada tanggal 17 April 1975 dan menggulingkan Lon Nol, Khmer merah yang dipimpin oleh Pol Pot atau Saloth Sar membentuk Republik Demokrasi Kamboja. Tanggal 17 April 1975 dimaknakan sebagai Hari Pembebasan (Liberation day), dan ia juga menyebutnya sebagai “Tahun Nol” karena ia memurnikan keadaan sosial Kamboja dari kapitalisme, budaya barat, agama dan semua pengaruh asing dalam rangka pengisolasian. Pada masa kekuasaan Pol Pot situasi dan kondisi Kamboja sangat tragis, hal ini tidak terlepas dari upaya Khmer Merah yang mengusahakan Kamboja menjadi Komunis walaupun dengan kekerasan. Saat Pol Pot berkuasa tindakan yang paling nyata ialah mengevakuasi penduduk dari seluruh perkotaan ke pedasaan, dimana mereka terpaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali bersama. Rezim Pol pot sangat kritis terhadap oposisi dan kritik politik. Ribuan politikus dan ilmuwan, serta orang-orang yang dianggap pro-barat dan bekas orang-orang pemerintahan di bawah rezim Lon Nol dibunuh. Phonm Penh akhirnya menjadi kota hantu akibat penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit, dan eksekusi. Ranjau-ranjau darat banyak disebar ke seluruh pedesaan. Selama kurang lebih empat tahun jutaan orang Kamboja menjadi korban dan teror kelompok Khmer Merah. Banyak rakyat Kamboja mengungsi ke Thailand dan pulau Singalang di Sumatera.
Pada tanggal 25 Desember 1978, terjadi beberapa pelanggaran diperbatasan antara Kamboja dan Vietnam, dan tentara Vietnam menyerang Kamboja. Pertikaian ini tidak terlepas dari konflik dunia komunis, dimana Vietnam lebih cenderung dekat pada Uni soviet dan Kamboja pada Cina. Akibatnya pada tahun 1979 pemerintahan Pol pot dapat digulingkan oleh pasukan Kamboja yang mendapat dukungan dari Vietnam dan berhasil menduduki Phnom Penh pada tanggal 17 Januari 1979. Setelah Pol Pot tersingkir maka dibentuk pemerintahan yang pro Vietnam dengan Heng Samrin sebagai presiden dan Hun Sen sebagai perdana menteri.
Amerika dan Tiongkok memveto alokasi perwakilan kamboja di sidang umum PBB yang berasal dari heng samrin. Noroudom Sihanouk yang dijatuhkan dari kekuasaannya, pada tahun 1982 membentuk Coalition Goverment Democratic Khmer (CGDK). Koalisi ini merupakan gabungan antara kelompok Khmer Merah pimpinan Khieu Samphan, kelompok pendukung kerajaan Noroudom Sihanouk dan kelompok geriliyawan pimpinan Son Sann. Noroudom Sihanouk dengan pasukan koalisinya menyerang tentara Vietnam yang mendukung pemerintahan Heng Samrin pada tahun 1985 namun pasukan tersebut gagal dan dipukul mundur tentara Vietnam.
Pada tahun 1989, pasukan tentara Vietnam mundur dari kamboja. Pada tanggal 23 Oktober 1991, pemerintah sebelumnya ditempatkan di Phnom Penh oleh pemerintah Vietnam, bersama-sama dengan koalisi dari partai yang masih bertahan, diantara partai itu terdapat Khmer Merah yang menandatangani perjanjian damai di Paris. Tiga minggu kemudian, tepatnya 14 November 1991 Pangeran Sihanouk kembali ke Phnom Penh dan ditunjuk sebagai Presiden.
LAOS
Jepang membentuk kerajaan Laos dibawah kekuasaan raja Sisavong Vong pada tanggal 20 April 1945. Setelah Perang dunia II berakhir, Laos kembali menjadi jajahan Perancis. Pada bulan September 1945, daerah-daerah di Luang Prabang dan Champassak bersatu untuk membentuk organisasi bernama Lou Issara atau Pergerakan Pembebasan laos yang bertujuan untuk mengusir pemerintahan Perancis. Souphanouvong dengan pasukan geriliya bersenjatanya yang dilatih Viet Min melawan pemerintah Sisavong Vong dan pasukan Perancis, yang dimenangkan pasukan Perancis. Souphanouvong lari ke perbatasan Thailand.
Setelah menguasai Laos sepenuhnya, Perancis membentuk negara bagian Laos dalam Federasi Indocina, pada tanggal 27 Agustus 1946 dibawah Raja Sisavong Vong dan perdana menteri Souvanarath. Pemerintah ini berhasil mengadakan pemilihan umum dan membentuk majelis konstituante. Pembentukan lembaga ini seolah menandakan penyatuan seluruh daerah laos dibawah raja Sisavong Vong. Sedangkan pihak laou Issara pada tahun 1949 memilih membubarkan diri dan mengambil bagian dalam usaha-usaha pembangunan Laos dibawah Sisavong Vong. Disisi lain Souphanouvong lebih memilih mengelola sebuah pergerakan yang bernama Pathet lao atau kebangsaan lao yang bertujuan untuk menghancurkan kekuasaan Perancis di Laos dan juga pemerintahan di Laos.
Pada akhir tahun 1953, Pathet laou telah menjadi penentang yang sangat kuat. Atas bantuan pasukan Vietnam Utara melakukan perlawanan bersenjata dan menguasai kota-kota penting yang mengakibatkan perang saudara di Laos. Pada konfrensi jenewa pada tahun 1962, memberikan jaminan netralitas kemerdekaan Laos. Suatu pemerintahan koalisi dibentuk yang terdiri atas tiga fraksi politik di Laos (golongan Netral, Konservativ dan Komunis). Namun koalisi ini ternyata tidak mengembalikan keamanan, karena sering timbulperasaan saling mencurigai dan usaha-usaha saling menjatuhkan. Pada tahun 1975 menyusul kemenangan komunis Vietnam dan Kamboja, tentara Komunis Laos yang dipimpin Pathet Lao dengan dukungan Uni Soviet dan Komunis Vietnam, mengambil kendali penuh laos. Akibatnya banyak tentara Laos yang melarikan diri ke Thailand. Selain itu berhasil menggulingkan souvana Phouma yang didukung AS dan Perancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti bentuk negaranya menjadi Republik Demokratik laos.
Share This!
Related Post :
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Translate Bahasa
Total Tayangan Laman
Note
Setiap tulisan di posting KISAH memiliki daftar pustaka yang lengkap. Jadi bukan bacaan kosong..
Semua Artikel yang ada di Posting ini untuk di BACA bukan untuk di COPY PASTE
mohon maaf untuk kekurang nyamanan pengunjung.
mungkin kami nanti akan memberikan cara mendapatkan artikel kami.
Terima Kasih
TEAM KISAH
Semua Artikel yang ada di Posting ini untuk di BACA bukan untuk di COPY PASTE
mohon maaf untuk kekurang nyamanan pengunjung.
mungkin kami nanti akan memberikan cara mendapatkan artikel kami.
Terima Kasih
TEAM KISAH
Most Popular
-
Terusan Suez (bahasa Arab, Qana al-Suways) pada dasarnya walaupun pada abad yang sudah mengenal angkutan udara dan ruang angkasa sekalipun,...
-
WILAYAH PERAIRAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA A. TINJAUAN GEOGRAFIS Wilayah Negara Republik Indonesia Indonesia meru...
-
A. MENURUT LUAS WILAYAH OPERASI PELAYARAN Sebagai Negara kepulauan yang sangat besar, Indonesia memiliki bentuk usaha pelayar...
-
A. MASYARAKAT PRA SEJARAH INDONESIA 1. Lingkungan Alam Antara lingkungan alam dan masyarakat tidak bias dipisahkan dan besa...
-
PENDAHULUAN Pada permulaan abad ke-20, kebijakan penjajahan Belanda mengalami perubahan arah yang paling mendasar dalam sejarahnya. Kebija...
0 komentar
Post a Comment
Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..