Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

SEJARAH INTELEKTUAL


Sejarah intelektual seringkali disebut dalam istilah yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat dinamakan sejarah kebudayaan, sedangkan di negara-negara barat (Eropa) disebut dengan sejarah ide-ide. Penggunaan istilah ini bukan sekedar suka-suka, melainkan terkait dengan perkembangan ilmu di kedua wilayah tersebut. Sejarah intelektual di Amerika disebut dengan sejarah kebudayaan, mengingat munculnya sejarah intelektual baru terjadi ketika pengetahuan sosiologi sudah mapan. Dalam hal ini penamaan sejarah kebudayaan terkait dengan sosiologi yang mengartikan bahwa budaya adalah hasil pemikiran. Sementara di negara-negara Barat (Eropa) lebih terpengaruh oleh filsafat, yang menekankan pada ide dan gagasan. Dengan demikian, sejarah intelektual di Eropa lebih menekankan pada ide-ide, gagasan dan pemikiran.
Subject matter (pokok persoalan) dalam sejarah intelektual mencakup aktivitas fikiran-fikiran manusia, seperti karya filsuf, seniman, penulis, ilmiawan spesifik seperti filsafat kesusasteraan, agama, ilmu pengetahuan dan kesenian. Walaupun demikian, lingkup sejarah intelektual bukanlah terbatas pada rangkuman dari berbagai data tadi, melainkan mencari kembali dan menelaah penyebaran ide dan pemikiran dari seorang tokoh pada masyarakat tertentu dan mengerti hubungan antara ide dan kepentingan adanya ide yang bercorak non-intelektual. Telaah yang disebut terakhir ini adalah bagaimana fikiran seseorang mempengaruhi gerak sejarah suatu masyarakat tertentu. Sedangkan dari sudut pemikiran, sejarah intelektual mencoba menceritakan siapa yang menghasilkan karya apa dan bagaimana hasil karyanya menjadi sebuah pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Sejarah intelektual lebih menekankan pada muncul ide dan pemikiran dari seseorang dan berkembangnya ide dan pemikiran tersebut serta pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Dengan demikian, sejarah filsafat mencari sebab dan akibat dari munculnya sebuah ide, pemikiran dan gagasan dari karya seseorang. Seperti misalnya pemikiran Karl Marx tentang sosialisme muncul pada saat Eropa mengalami industrialisasi, dan pemikirannya berkembang ke seluruh Eropa yang mendorong munculnya gerakan-gerakan buruh di Eropa.
Sejarah intelektual berbeda dengan sejarah filsafat dan sejarah ilmu pengetahuan. Biasanya sejarawan filsafat berkepentingan untuk menerangkan kepada filsuf-filsuf atau para mahasiswa filsafat ide-ide dari filsuf lain, bisa dalam bentuk kritikan, ecaluasi, memuji, atau bahkan menyalahkannya. Bisa jadi mencoba mendapatkan penjelasan tentang berbeda ide pada sejarah pribadi filsuf tertentu dan dalam seluruh lingkungannya, tetapi ia dapat juga membahas ide-ide yang sedang digodok atau dipikirkan. Sementara sejarah intelektual, selain memaparkan apa yang dilakukan oleh sejarawan filsafat, tetapi perhatian utamanya terletak pada apa yang terjadi dengan ide-ide ini di antara orang yang berpendidikan biasa dan juga diantara orang-orang yang tidak berpendidikan. Dengan demikian, sejarah intelektual lebih menekankan pada pengaruh dari ide seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.
Begitu juga halnya dengan sejarah ilmu pengetahuan. Sejarawan intelektual tidak hanya mencatat penemuan-penemuan teori-teori dan menempatkannya dalam urutan yang kronologis, lebih dari itu sejarah intelektual menerangkan kapan teori-teori itu muncul dan berada diantara banyak orang. Ia tidak hanya membahas munculnya sebuah teori, akan tetapi bagaimana teori yang dihasilkan terjadi perubahan atau perkembangan. Sebagai contoh, sejarawan intelektual tidak hanya menjelaskan bagaimana munculnya teori evolusi Darwin, tetapi bagaimana teori evolusi Darwin bisa berkembang dari evolusi biologi menjadi evolusi sosial. Terlebih dari itu bagaimana teori Darwin bisa menggelorakan Eropa untuk melakukan penjajahan ke seantero dunia.
Dengan demikian, letak perbedaannya adalah bahwa sejarah intelektual mengkonsentrasikan pada munculnya ide-ide dari para ahli, seorang profesional dalam bidang tertentu dan pengaruhnya terhadap kehidupan banyak orang. Sejarawan intelektual mencoba menjadi seorang pemikir, dibandingkan sebagai seorang pencerita, ia tidak saja mensintesakan data sebagai bahan sumber, akan tetapi menganalisa data tersebut untuk dipaparkan dalam sebuah tulisan yang menuntut pemaparan yang bersifat analisis, bukan naratif.
Sejarah intelektual baru diakui secara umum sebagai suatu bentuk penulisan sejarah kira-kira pada akhir abad ke-19 dari organisasi profesi akademis sejarah (Masyarakat Sejarawan Amerika). Istilah ini dipopulerkan oleh James Harvey Robinson dalam karyanya yang berjudul Mind in The Making (1921). Di Jerman, ada Withlem Dilthey dan ada Max Weber dalam karyanya yang berjudul Protestan Ethic and the Spirit Capitalism.
Sementara di Perancis, sejarawan yang menulis sejarah intelektual diantaranya adalah Henri Beer dan Lucien Febvre, Paul Hazard dalam kesusasteraan. Sejarawan Inggris J.B Hury, R.H. Tawney dan Chritopher Dawson dimasukan ke dalam sejarawan intelektual bersama-sama dengan Leslie Stephen., T.H. Buckle dan lain sebagainya.
Sebelum diakui secara umum, Herodotus dan Thucydides dapat dikategorikan sebagai sejawaran intelektual. Herodotus menuliskan tentang berbagai macam kepercayaan dari orang-orang Mesir, sementara Thucydides memaparkan tentang perbedaan prinsipil antara dua polis di Yunani yaitu Athena dan Sparta.
Dari berbagai contoh penulisan sejarah intelektual, setidaknya ada tiga tipe sejarah intelektual, yaitu :
1.Sejarah tentang bilamana siapa menulis apa dan dalam bentuk apa dipublikasikan dan karya apa saja yang dihasilkannya.
2.Sejarah pemikiran yaitu pemetaaan dari ide-ide yang dihasilkan oleh seseorang, dalam lingkungan seperti apa dan bagaimana hasil pemikirannya.
3.Bentuk yang ketiga merupakan konvergensi antara bentuk yang satu dengan bentuk yang lainnya. Bentuk ketiga ini adalah studi hubungan antara apa yang dikatakan oleh seseorang dan apa yang dilakukannya.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..