Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

DISINTEGRASI YUGOSLAVIA DAN TRAGEDI BOSNIA


KILAS BALIK SLAVIA SELATAN
Pada mulanya masyarakat Slavia merupakan masyarakat primitif, dan belum memiliki sistem pemerintahan. Mereka pada umumnya masaih hidup secara berkelompok dalam hubungan keluarga dan suku. Lambat laun seiring dengan perjalanan waktu suku-suku Slavia ini menyebar dan menempati wilayah Eropa Selatan, Eropa Tengah, Eropa Timur. Proses penyebaran ini pun terjadi diikuti dengan asimilasi kebudayaan dengan masyarakat setempat. Suku-suku bangsa Slavia ini kemudian menerima sebagian tradisi, unsur-unsur bahasa dan budaya dari bangsa tempat mereka menetap. Hal ini pada gilirannya menimbulkan berbagai perbedaan diantara masyarakat Slavia itu sendiri, dan lambat laun munculah kelompok-kelompok Slavia Selatan, Slavia Barat, Slavia Timur, yaitu :
a.Suku-suku Slavia Selatan seperti Bolgars, Serbs, Khrovats, Slovens, dan mendiami daerah selatan Danube.
b.Slavia Barat terdiri dari : duku bangsa Polandi, Vislan, Moravia, Slovakia, yang bermukim antara laut Baltik dan sungai Dunabe.
c.Slavia Timur : menempati pesisir sungai Dniepr dan daerah sekitar Danau Ilmen.
Suku Slavia Selatan adalah suku yang berasal dari daerah Krimea, dan bermigrasi kedaerah Balkan pada abad VI. Suku Slavia Selatan mulai mendiami daerah yang dikenal dengan nama Yugoslavia, sebuah istilah yang baru muncul pada abad 20.

a.Kekuasaan Turki Usmani 1360-1918
Dinasti Ottoman atau sering disebut dinasti Turki Utsmani berkuasa pada abad 13 sampai abad 19. Sejak Dinasti Turki Utsmani berdiri, Sultan yang berkuasa mulai gencar melakukan perluasan wilayah. Mula-mula Kesultanan Turki Utsmani melakukan penaklukan di wilayah Asia, setelah Asia, Kesultanan Utsmani kemudian merambah sampai ke bagian Timur Mediterania dan Balkan. Berangsur-angsur wilayah Eropa mulai masuk dalam pemerintahan kesultanan Utsmani. Pada masa Sultan Murad I ( 1360 ) Turki mampu menaklukan Balkan dan negara-negara disekitarnya yaitu Macedonia dan Bulgaria, lalu di susul dengan Konstantinopel, Serbia dan Albania dalam ekspedisi yang dilakukan oleh sultan Turki Utsmani yang bernama Muhammad II ( 1451 ). Dan dalam kepemimpinan Sultan Sulaiman I( 1520) Turki Utsmani berhasil menguasi Bosnia, Yunani, serta tiga laut yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam. Karena keluasan wilayahnya Kekaisaran Turki Utsmani menjadi adi kuasa ketika itu.
Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan kesultanan Utsmani dalam perluasan wilayah Islam :
1.Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang
2.Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan terbiasa hidup dengan sederhana.
3.Semangat Jihad dan semangat untuk mengembangkan Islam.
4.Setelah Turki Utsmani berhasil menguasai Konstantinopel ( 1453 ), dan mengganti nama menjadi Istambul serta di jadikan ibukota memudahkan bagi Turki dalam usahanya melakukan perluasan ke wilayah Eropa dan Asia karena letak Istambul yang strategis.
5.Kondondisi kerajaan-kerajaan disekitar yang kacau, sehingga memudahkan Turki untuk mengalahkannya.

Wilayah Kekuasaan Turki Utsmani

Kekaisaran Turki Utsmani dalam memerintah senantiasa mementingkan hak kesamarataan tanpa memandang pangkat dan derajat. di bawah pemerintahan Turki Utsmani, umat Islam & umat lain hidup dengan aman dan damai.
Kerajaan Turki Utsmani yang dahulu merupakan kekaisaran yang kuat mulai merosot, sehingga diberi julukan The Sick Man. Ini disebabkan oleh :
1.Tidak ada lagi sultan-sultan yang bersifat besar dan kuat
2.Pemerintahan melemah, sehingga banyak negara bagian berani memberontak untuk melepaskan diri darai Turki.
3.Timbulnya nasionalisme, yang menimbulkan keinginan negra-negra bagian untuk merdeka ( Yunani, Bulgaria, Serbia, Rumania, Mesir ).
Wilayah Turki yang luas dan dengan adanya Terusan Suez, karena itulah dunia Barat menunggu-nunggu adanya The Sick Man, untuk dapat merebut warisannya. Dengan melemahnya Turki munculah perhatian tentang status jajahan Turki. Rusia dan Austria menenai Balkan, Inggris dan Perancis mengenai Mesir.
Wilayah yang masuk dalam merasa telah mampu untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki, salah satunya adalah Serbia. Pada tahun 1804, bangsa Serbia melancarkan serangan heroik dibawah pimpinan Karadjordje Petrovic, namun pemberontakan tidak mencapai sasaran. Tetapi pemberontakan yang ke dua pada tahun 1815 dibawah pimpinan Milos Obrenvic, akhirnya dapat memaksa Turkio memberikan status otonomi kepada Serbia. Terlebih lagi saat akhir Perang Dunia I ( 1918 ) berakhir Turki mengalami kekalahan dan wilayahnya banyak di ambil oleh pemenang perang.

b.Kekuasaan Austria-Hungaria 1867-1918

Kerajaan Austria yang sudah kalah perang melawan Prussia pada tahun 1867 dan memutuskan agar kerajaan menjadi Kerajaan Kembar (Dual-Monarchy) dengan Hungaria. Kerajaan Austria berubah namanya menjadi Kerajaan Austria-Hungaria. Pemerintahannya pun dua. Satu bagian Jerman yang berpusat di Wina, satunya lagi bagian Hungaria yang berpusat di Budapest. Perdana Menteri atau kanselir Austria-Hungaria ada dua pula. Satu yang Jerman dan satu-nya lagi dari Kaum Magyar Hungaria.
Ketika Austria kehilangan pengaruhnya di Jerman 1867 ( kalah terhadap Perusia ), maka Austria memusatkan perhatiannya di Balkan. Daerah Slovenia dan Kroasia menjadi bagaian dari kerajaan Austria-Hungaria, diamana sebagian besar dari mereka adalah Katolik. Pada kongres Berlin 1878 Bismarck memberikan Bosnia-Herzegovina yang semula merupakan wilayah kekuasaan Turki Utsmani kepada Kerajaan Austria-Hungaria.
Pada tanggal 28 Juni 1914, Franz Ferdinand, pewaris untuk pamandanya Kaisar Franz Josef (satu-satunya putra Franz Josef telah tewas dalam keadaan yang tetap misterius, dan republiken Meksiko telah menghukum mati saudara kaisar), mengunjungi ibukota Bosnia Sarajevo di mana militan Serbia Bosnia dari kelompok nasionalis Bosnia Muda membunuhnya.
Peristiwa itu membawa Kekaisaran ke dalam konflik dengan Serbia dan lebih dari selama bulan Juli dan Agustus 1914, menyebabkan mulainya PD I, sebagaimana yang dimobilisasi Rusia dalam mendukung Serbia, memulai rangkaian kontra-mobilisasi. Awalnya pasukan Austria-Hongaria menundukkan Serbia, mempertahankan jalan ke dalam Hongaria dan memukul mundur majunya Italia di Gorizia. Pasukan Austria-Hongaria menderita berat sepanjang perang, khususnya pada tahun 1914. Bagaimanapun, mereka sangat sukses (walau dengan bantuan dan arahan Jerman) tetap berlanjut ke wilayah musuh menyusul kemenangan yang dipimpin Jerman di Galisia (Mei 1915) dan di Caporetto di front Italia (Oktober 1917). Sepanjang perang, usaha perang Austria-Hongaria telah menjadi kian menurun pada arahan perencana Jerman. Kurangnya bekal, moril rendah, dan tingkat korban yang tinggi sunggu telah mempengaruhi kemampuan operasional pasukan dari akhir perang.
Di musim panas 1918 pasang surutnya perang berbalik secara meyakinkan melawan Kekuatan Tengah. Walaupun kepemimpinan minoritas nasional dalam telah tetap setia pada Habsburg sepanjang perang, nasib buruk memaksa mereka mempertimbangkan kembali pilihan mereka. Seperti menjadi nyata bahwa Sekutu akan menang, secara politis menjadi bijaksana untuk para nasionalis untuk meninggalkan ikatan pada negara yang sudah tua dan merangkul paham nasionalis kekuatan yang menang. Pada puncaknya, kekaisaran tak bisa lebih lama menyediakan dorongan untuk kebangsaan untuk bekerja bersama. Kelompok lain juga kehilangan kepercayaan pada kekaisaran. Kemakmuran telah lenyap, kekecewaan kepentingan bisnis, sosialis menjadi tumbang oleh hilangnya kebijakan liberal yang telah mencirikan pemerintahan Cisleithania sebelum perang. Dalam keadaan itu para nasionalis radikal menemukannya mudah untuk mengumpulkan dukungan pada alasan mereka, dan sejumlah deklarasi kemerdekaan yang disusul pada September - Oktober 1918. Secara resmi perang itu mengakhiri Austria-Hongaria saat memasuki gencatan senjata dengan Sekutu pada tanggal 3 November 1918.
Dengan berakhirnya Kerajaan Austria-Hungaria, mengakibatkan : orang-orang Ceko menyatakan kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1918. Hongaria menysul pada tanggal 31 Oktober, walau kebanyakan orang Transilvania bersatu dengan Rumania, membawa dengan mereka minoritas Hongaria yang besar. Bangsa Slavia Selatan telah membentuk Negara Bangsa Slovenia, Kroasia, dan Serbia pada tanggal 29 Oktober, segera bersatu (1 Desember 1918) dengan Serbia dan Montenegro sebagai Kerajaan Bangsa Serbia, Kroasia, dan Slovenia.

Peta Kekuasaan Austria-Hungaria


c.Kerajaan Yugoslavia Pasca PD I (1918-1941)
Setelah kemenangan sekutu dalam Perang Dunia I, dan disintegrasi kerajaan Austria-Hungaria. Tanggal 29 Oktober 1918 parlemen Kroasia memutuskan Hubungan dengan Austria-Hungaria sekaligus memproklamirkan persatuan Kroasia dan Slovenia dengan Serbia. Resminya Kingdom of Serbs, Crots and Slovenes di proklamirkan pada tanggal 1 Desember 1918. Raja pertama dari Kerajaan Serbia-Kroasia-Slovenia adalah Peter I dari Serbia. Sambil menunggu terbentuknya parlemen nasional, dewan perwakilan yang berada di Zegreb akan berfungsi sebagai parlemen sementara. Pada akhirnya parlemen nasional dapat terbentu pada 28 November 1920, pertikayan antara negara-negara yang memutuskan bergabung mulai muncul, antara Kroasia dan Slovenia versus Serbia. Kroasia dan Slovenia menuntut otonomi yang seluas-luasnya namun Serbia menolak.
Raja Peter I diganti oleh Alexander I, yaitu putra mahkotanya. Pada mana pemerintahan raja Alexander I kroasia menuntut hak-hak yang sama,karena merasa Serbia terlalu menonjol. Namun raja Alexander I tidak mengabulkan. Kemudian pada tahun 1929, Alexander I merubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Yugoslavia ( Yugo : Selatan dan Slavia : Bangsa Slav ) di dalamnya terdapat 6 negara yaitu : Slovenia, Kroasia, Bosnia-Herzegovina, Montenegro, Macedonia, dan Serbia ).
Setelah Perang Dunia I, Italia dengan cepat tampil sebagai kekuatan Dominan di Eropa Selatan. Mussolinni sejak awal memandang Yugoslavia sebagai penghambat ambisinya menguasai Adriatik. Untuk itu ia sengaja memberi dukungan pada musuh-musuh Yugoslavia yaitu Albania, Hungaria dan Bulgaria. Hubungan Itali Yugoslavia semakin memburuk karena sejak rezim fasis di Roma mulai menindas etnis Yugoslavia yang tinggal di Italia. Mussolini diam-diam mendukung kepada sebuah organisasi teroris bernama Ustasha. Organisasi ini dipimpim oleh Ante Pavolic. Mereka memiliki cita-cita untuk membangun sebuah negara Kroasia yang merdeka sekaligus menghancurkan Yugoslavia.
Pembunuhan Raja Alexander I pada tanggal 9 Oktober 1934 membangkitkan amarah besar rakyat Yugoslavia. Pembunuhan ini, tampaknya dilaksanakan oleh Ustasha serta memperoleh dukungan dari Mussolini dan Hungaria. Raja Alexander diganti oleh putranya yang baru berusia 11 tahun, Raja Peter II. Namun yang menjalankan kekuasaan adalah Paul Karadjordjevich sepupu dari Raja Alexander. Paul tetap melaksanakan kebijakan yang ketat terhadap rakyat. Paul melaksanakan kebijakan luar negeri Yugoslavia yang pro fasis, hal ini dilatarbelakangi oleh kekuatan komunis yang semakin besar.
Menjelang Perang Dunia II, Yugoslavia mengalami krisis terburuk, standar hidup rendah, pengangguran. Akhirnya terjadi kudeta oleh Jenderal Dusan Simovic terhadap Prince Paule dan kemudian diangkat Petar II Karadordevic. Dusan berusaha mendekati Uni Soviet dan Inggris. Hitler marah mendengar kudeta terhadap pemerintahan Yugoslavia yang pro Nazi. Tanggal 6 April 1941 Yugoslavia pun diserbu lewat serangan udara dan darat yang dahsyat dalam tempo sepuluh hari seluruh Yugoslavia jatuh ke tangan Jerman.

MASA PERANG DUNIA II DAN TERBENTUKNYA REPUBLIK FEDERASI SOSIALIS YUGOSLAVIA (1945-1991)

a.Perlawanan terhadap Nazi Jerman dalam PD II
Kebijakan Raja Yugoslavia Alexander I pada tahun 1929 yang membubarkan parlemen dan menggantinya dengan pemerintahan diktator monarki menyebabkan negeri itu semakin dekat dengan kekacauan. Hal ini menumbuhkan gerakan oposisi di kroasia menjadi semakin radikal bahkan militan. Kelompok perlawanan ini dikenal dengan nama ustase yang dipimpin oleh Ante Pavelic. Mereka memiliki cita-cita untuk membangun sebuah Negara Kroasia yang merdeka, sekaligus menghancurkan Yugoslavia.
Sementara itu, setelah PD I selesai, Italia dengan cepat tampil sebagai kekuatan di Eropa Selatan dibawah Mussolini. Italia menganggap Yugoslavia sebagai penghambat besar untuk menguasai daerah adriatik. Di Kroasia, Mussolini diam-diam mendukung Ustase untuk mengacaukan Kerajaan Yugoslavia. Pembunuhan terhadap Raja Alexander I di Marseille oleh teroris Macedonia Vlada Crnocemski diduga kuat dilaksanakan oleh kelompok ustase yang didukung Italia dan Hungaria. Raja Alexander diganti oleh puteranya yang baru berusia 11 tahun, Raja Peter II. Namun yang menjalankan kekuasaan sehari-hari adalah Pangeran Paul Karadjordjevich, sepupu Alexander. Paul tetap melaksanakan kebijakan yang represif terhadap rakyat.
Paul mengubah kebijakan luar negeri Yugoslavia : dari yang pro Perancis menjadi pro Fasis terbukti dengan perjanjian persahabatan dengan Hungaria, Jerman, Bulgaria dan Italia tahun 1940. Perjanjian ini dilakukan karena ketakutan Paul terhadap kekuatan Komunis yang berkembang di Yugoslavia.
Pada tanggal 24 Maret 1941 Yugoslavia harus tunduk terhadap kekuasaan Nazi Jerman, setelah Jerman terus menerus melakukan tekanannya terhadap wali Raja Paul terpaksa menandatangani persetujuan kerja sama. Namun, dua hari berikutnya, tepatnya tanggal 26 Maret 1941 pejabat angkatan Udara Yugoslavia Jendral Dusan Simovic mengadakan kudeta, dan kemudian mengangkat Peter II menjadi Raja. Jerman tidak tinggal diam. Pada tanggal 6 April 1941, Jerman melakukan serangan balasan yang dinamakan “Blitzkrieg” yaitu pengeboman di Ibu kota Yugoslavia, Belgrade. Dalam tempo 10 hari, seluruh Yugoslavia jatuh ke tangan Jerman. Orang-orang Serbia menuduh semua itu hasil konspirasi orang-orang Kroasia dengan Hitler.
Raja Peter II bersama sejumlah pembantunya melarikan diri ke London. Di sana mereka mendirikan pemerintahan pengasingan. Pada akhir 1941 Yugoslavia sudah dikapling oleh kekuatan Axis. Jerman harus membagi wilayah yang dimenangkannya dengan ketiga Negara tersebut. Pembagian wilayah juga didasarkan atas bantuan ketiga Negara tersebut dalam melaksanakan invasinya ke Yugoslavia. Maka ditetapkan, Jerman mendapatkan Kroasia, menduduki sebagian besar Serbia dan menggabungkan dengan Slovenia bagian utara. Italia mengambil Slovenia bagian Selatan, sebagian besar Dalmatia, Albania, Montenegro, dan menggabungkan Kosovo dengan Negara buatan Italia. Hungaria menduduki sebagian Vojvodina dan Slovenia. Bulgaria mendapatkan Macedonia dan Serbia bagian Selatan. Jerman kemudian menggabungkan bekas provinsi Kroasia, Serbia, Bosnia dan Herzegovina kedalam Negara boneka yang disebut Negara Independen Kroasia atau lebih dikenal dengan NDH.
Dr. Vlatko Macek, ketua Partai Tani Kroasia yang menggantikan Pavle Radic, menolak bekerja sama dengan Hitler. Jerman, kemudian mengangkat Ante Pavelic – ketua Ustase, sebagai penguasa Negara Independen Kroasia (NDH) yang diproklamirkan pada tanggal 10 April 1941. Macek pada hari yang sama menyerukan kepada segenap pendukungnya untuk mengakui dan bekerjasama dengan pemerintah baru. Seruan serupa juga diumumkan oleh pemimpin-pemimpin Gereja di Zagreb serta beberapa tokoh muslim di Bosnia-Herzegovina.
Di hadapan parlemen Kroasia, Pavelic dengan gambling mengemukakan bahwa prioritas kebijakan yang akan ditempuhnya ialah memusnahkan semua orang Serbia di Kroasia. Menurut taksiran barat, korban orang Serbia yang dibunuh ustase mencapai 600.000 jiwa. Salah satu orang yang paling bertanggung jawab dalam pembantaian orang Serbia adalah Menteri dalam negeri NDH Artukovic yang bertugas mengelola seluruh kamp konsentrasi pro-Nazi ustase pada akhir PD II Artukovic dijatuhi hukuman mati.

Chetnik dan Partisan Komunis
Selain mendirikan NDH, Jerman juga mendirikan sebuah rezim di Serbia yang dipimpin oleh Jendral Milan Nedic, namun pendudukan Jerman bukan tidak menghadapi perlawanan dari rakyat Yugoslavia. Perlawanan pertama diorganisir oleh seorang perwira yang bernama Draza MIhajlovic. Ia mendirikan apa yang disebut Chetnik, terdiri atas gerilya bersenjata Serbia. Para gerilya Chetnik kemudian diketahui melakukan balasan terhadap anasir-anasir fasis Kroasia yang tergabung dalam ustase. Sejumlah orang besar Kroasia dan muslim dibantai.
Gerakan perlawanan juga datang dari orang-orang Komunis yang membentuk komisi militer pimpinan Josep Broz Tito. Gerilya Tito dikenal dengan sebutan Partisan. Kelompok Chetnik dan Partisan selalu berseteru dan saling membunuh. Hal ini terkait dengan perbedaan pandangan ideologi mereka mengenai nasionalis dan komunis. Chetnik loyalis terhadap pemerintahan pengasingan Peter II di London, sedangkan partisan merupakan gerilyawan komunis yang dibantu Soviet. Sikap kaum Loyalis Kerajaan selalu memusuhi segala pergerakan Komunis. Pada bulan November 1942 Tito mendirikan Dewan Nasional Pembebasan Anti Fasis (AVNOJ) yang merupakan cikal bakal Parlemen Yugoslavia pasca PD II. Hingga Oktober 1943, anggota partisan sudah mencapai 300.000 dan terbagi dalam 25 divisi.
Tentara sekutu semula berpihak terhadap Chetnik. Setelah mendengar santernya spekulasi bahwa pasukan MIhajlovic malah bekerjasama dengan tentara pendudukan untuk menghantam kaum partisan, sekutu berbalik memihak Tito. November 1943 AVNOJ mendirikan pemerintahan sementara dibawah Tito.
Sementara itu di Teheran, Roosevelt, Churchill dan Stalin mengadakan prtemuan rahasia tanggal 28 November. Beberapa keputusan penting diambil dalam upaya menyatukan barisan untuk menghadapi Hitler. Khusus mengenai Yugoslavia, ketiga pemimpin sepakat bahwa kaum partisan perlu dibantu sebesar-besarnya, baik dalam logistic maupun operasi komando. Sejak itu, sekutu beraliansi dengan Tito dan posisi Mihajlovic terus tersudut. Jendral ini ditangkap di Bosnia Maret 1946 atas tuduhan berafiliasi dengan fasis.
Pada tahun 1944 Inggris mencoba menjembatani kedua pemerintahan sementara Yugoslavia masing-masing dipimpin oleh Raja Peter II dan Tito. Usaha ini tidak mudah, sebab pemerintahan di pengasingan didominir oleh orang-orang Serbia anti Komunis. Lewat beberapa kali perundingan, kesepakatan akhirnya dicapai. Raja Peter mengakui pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Tito, sementara Tito menyetujui formasi pemerintahan Yugoslavia di pengasingan dipimpin oleh Subasic, pembantu Raja Peter II.
Tatkala Beograd dibebaskan oleh tentara Rusia yang dibantu oleh kaum partisan tanggal 20 Oktober 1944, orang-orang Komunis dengan cepat menguasai aparat politik dan militer. Dibandingkan pemerintahan di pengasingan, kaum partisan mempunyai keunggulan berjuang dari dalam. Desakan sekutu supaya dibentuk sebuah pemerintahan baru yang bersifat sementara, disusul dengan pemilu yang demokratis, tidak diindahkan oleh Liga Komunis Yugoslavia (LKY). Tito hanya memasukkan beberapa orang Raja Peter, antara lain Subasic kedalam pemerintahan. Subasic dan dua orang menteri terpaksa berhenti dari pemerintahan pengasingan. Partai-partai anti komunis dan Partai Tani Kroasia memboikot pemilu. LKY dengan mudah memenangkan pemilu.
Parlemen yang didominir oleh komunis pada tanggal 29 November 1945 memproklamirkan Republik Federasi Sosialis Yugoslavia. Konstitusi baru, yang meniru konstitusi 1931 Soviet, diberlakukan tanggal 31 Januari 1946. Sejak saat itu, Yugoslavia menjadi negara diktator proletariat dengan sistem partai tunggal, yaitu partai komunis yang bernama Liga Komunis Yugoslavia.

b.Republik Federasi Sosialis Yugoslavia masa Joseph Broz Tito (1945-1980)
Sosok Joseph Broz Tito memang begitu dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan Yugoslavia. Dengan kepemimpinannya yang tegas dan berani, Tito bersama partisan komunis yang dibantu Soviet dan Sekutu berhasil membebaskan Beograd dari kedudukan Nazi Jerman. setelah Yugoslavia menyatakan kemerdekaannya 29 November 1945 yang dilanjutkan diadkan Pemilihan umum dengan hasil yang cukup signifikan, kemenangan Komunis dengan mutlak. Pada tanggal 29 Desember 1945 Ivan Ribar, ketua LKY menjadi Presiden Yugoslavia dan Joseph Broz Tito menjadi Perdana Menteri.
Peran Joseph Broz Tito semasa menjadi Perdana Menteri Yugoslavia begitu baik dalam menjalankan pemerintahan sampai pada tanggal 14 Januari 1953 ia menjadi Presiden menggantikan Ivan Ribar. Terbukti dengan kebijakan-kebijakannya dalam upaya membangkitkan Yugoslavia sebagai negara yang menerima dampak peperangan. Tito dikenal sebagai pribadi yang pemberani, di dalam negeri Yugoslavia, terlebih dahulu ia melenyapkan anasir-anasir fasis seperti menangkap ustase dan chetnik. Para pemimpin mereka diadili dan dieksekusi. Termasuk Mihajlovic pemimpin kelompok chetnik yang dipenjarakan tahun 1946. Dalam politik luar negeri, Tito lebih memilih non-blok seiring dengan berkecamuknya Perang Dingin setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Dalam perjalanannya, Tito berusaha menyatukan Yugoslavia termasuk Kroasia dan Serbia sesuai dengan paham komunis. Paham komunis seakan menjadi alternatif paham negara setelah kedua federasi itu bersitegang. Serbia masih menginginkan Yugoslavia menjadi negara kesatuan, sebaliknya Kroasia menginginkan bentuk negara federal. Bagi Tito negara kesatuan bukan menjadi solusi karena tentu akan muncul etnis dominan, yaitu etnis Serbia. Di lain sisi bentuk negara federal juga memiliki kelemahan yaitu tidak adanya rasa kesatuan yang mengikat, mengingat secara sejarah kedua kubu ini sudah berkonflik. Rasionalisasinya adalah Tito memilih paham komunis untuk menyatukan Yugoslavia seperti apa yang dilakukan Uni Soviet, juga sebagai konsekuensi politik dari keterlibatan Soviet dalam membantu perjuangannya.
Solusi yang kongkrit adalah membentuk negara federal yang ditarik berdasarkan etnisitas, yaitu dengan membagi wilayah Serbia yang memiliki populasi lebih besar menjadi dua republik federal, yaitu Montenegro dan Macedonia, serta dua provinsi otonom, yaitu Vojvodina dan Kosovo. Kebijakan ini membuat populasi antar wilayah berimbang. Untuk menghadapi ketidakpuasan atas kebijakan ini, Tito menggunakan tangan besi dalam menyelesaikan persoalan.

Pemerintahan Tito pada masa Perang Dingin dan Perpecahan dengan Stalin
Masa Perang Dingin yang terjadi setelah tahun 1945 yang memunculkan dua kubu yaitu Barat Sekutu dan Timur Soviet berdampak terhadap posisi politis negara Yugoslavia. Kedekatan Tito dengan Komunis pastinya berpengaruh terhadap hubungan yang erat dengan Uni Soviet. Tetapi dalam kebijakan politik luar negeri, Tito tidak memihak salah satu blok. Pemikiran ini dikenal dengan nama Titoisme (Nasionalisme-Komunis) demi memprioritaskan atas kemajuan Federasi Sosialis Yugoslavia. Perpecahan Tito dengan Stalin terjadi pada tahun 1945, yaitu masalah Trieste yang ingin disatukan ke dalam negara Yugoslavia, tetapi ditentang oleh Sekutu. Hal ini menyebabkan beberapa insiden bersenjata, yaitu serangan udara pesawat tempur Yugoslavia terhadap pesawat Transportasi Amerika, yang kemudian menyebabkan kritik dari pihak barat bahwa Soviet ada dibelakangnya. Stalin menentang provokasi ini, karena Uni Soviet belum siap untuk menghadapi barat karena masih menanggung kerugian setelah PD II.
Pada tahun 1948 Tito melepaskan diri dari Kominform. Ketika dituduh memihak pada imperialisme barat dan menjalankan politik bebas dari Uni Soviet. Ia tetap pada pendiriannya meskipun berakibat permusuhan dengan Uni Soviet dan negara-negara satelit lain. Ia tetap menjalankan ide komunisnya. Yugoslavia mulai bekerjasama dengan negara demokrasi barat. Uni Soviet menghapuskan perjanjian persahabatan dan kerjasama begitupun negara satelit lain. Perjanjian-perjanjian perdagangan dilakukan dengan Italia dan Inggris. Dengan demikian Yugoslavia adalah negara Komunis pertama yang memberontak dengan Uni Soviet dan menentukan diri tidak menjadi boneka “kremlin’.
Tak seorang pun di Moskow bersedia mendengar pendirian Tito. Sebaliknya, justru ia harus mendengar gaya pemerintahannya dikritik oleh Moskow. Karena itu ia berketetapan bertindak mandiri, dengan pengetahuan penuh bahwa pemimpin negara Eropa Timur lainnya pun berpikir demikian, hanya barangkali berbeda keberanian saja. Ia merencanakan politik pertaniannya sendiri dan menentang teori Uni Soviet sepanjang mengenai pertanian. Tito yakin sekali, para petani tidak mungkin dinasionalisasikan ketika tanah dinasionalisasikan semua perangsang untuk meninggikan produksi menjadi sirna dan para petani yang sudah dinasionalisasikan hanya mendapat bagian yang sangat minim dari hasil jerih payahnya. Hasil pertanian menjadi berkurang. Tanpa memperdulikan lagi hukum kepemimpinan Soviet, ia memberlakukan hukumnya sendiri yang memperbolehkan para petani memiliki tanah sampai seluas 25 acre atau kurang lebih 11,6 Hektar. Hasilnya, Yugoslavia mampu memproduksi kebutuhan pangan dan mengekspor ke negara-negara Eropa Barat.
Pembaruan ekonomi dengan corak kebarat-baratan mendapat rangsangan baru ketika pemerintah menetapkan konstitusi ke 3 pada tahun 1963. Konstitusi inilah yang menjadi dasar bagi sistem ekonomi pasar. Perusahaan diberi wewenang lebih besar untuk mengatur dirinya sendiri. Organisasi-organisasi swa-kelola didirikan di kalangan petani dan buruh. Republik-republik yang lebih makmur diwajibkan membantu republik yang lebih miskin.
Yugoslavia, dengan demikian, adalah negara komunis pertama yang melaksanakan ekonomi pasar, sebuah konsep ekonomi yang tumbuh subur di negara-negara kapitalis. Realisasi ini memberikan wajah lain kepada Yugoslavia. “Tampang komunis” tidak begitu kelihatan dalam kehidupan masyarakat, apalagi di kedua republik yang paling makmur : Slovenia dan Kroasia.

c.Yugoslavia Pasca Tito dan provokasi Serbia di Kosovo
Kematian Tito pada bulan Mei 1980 benar-benar menandai awal sebuah kontroversi yang hebat tentang masa depan sistem politik dan ekonomi Yugoslavia. Josep Broz selama kepemimpinannya Yugoslavia yang sarat dengan gejolak konflik etnis di redam dengan pemerintahan tangan besi ala Tito. Sesungguhnya permasalahan krisis pemimpin yang terjadi setelah Tito yakni karena kegagalan Tito juga dalam mempersiapkan penerusnya. Kegagalan ini membawa buntut yang panjang pada kehidupan politik ekonomi yang mencapai klimaks pada pemisahan diri Krosia dan Slovenia dari negara Federal, disusul oleh perang saudara.
Pelaksanaan politik liberalisasi dan desentralisasi menimbulkan konsekuensi politik yang serius. Ia member angin pada pertumbuhan nasionalisme. Gerakan separatis tiba-tiba muncul dari beberapa wilayah, khususnya di Kroasia. Sekitar 30.000 Mahasiswa melakukan mogok kuliah pada bulan November 1971. Kroasia harus diperbolahkan menjadi anggota PBB sebagai negara sendiri.
Tito mengambil jalan keras, unsur-unsur LKY dipecat segera. Ratusan lainnya ditahan karena demonstrasi dan tidak segan-segan untuk memerintahkan tentara demi keutuhan Yugoslavia.
Sebelumnya, tahun 1968 kerusuhan etnis pecah di Kosovo. Tentara ikerahkan untuk meredamnya. Kerusuhan disebabkan bangkitnya jiwa nasionalisme warga keturunan Albania yang menjadi mayoritas. Karena diberi status otonomi penuh oleh konstitusi tahun 1963, orang-orang keturunan Albania senaknya mencopot paara birokrat Serbia. Di ibukota Pristina sebuah perguruan tinggi didirikan. Bahasa Albania menjadi bahasa yang utama di seluruh Kosovo.

Provokasi Serbia di Kosovo
Sejak tahun 1970, Kosovo seakan-akan tidak pernah berhenti dari pergolakan rasial. Sepanjang decade 70-an bentrokan antara orang Albania dengan Serbia (plus Montenegro) sering terjadi. Orang-orang Serbia menuduh orang Albania, untuk merealisasikan tujuan orang-orang 100% Albania, maka mereka mulai meneror kehidupan orang Serbia dan Montenegro sehingga terpaksa meninggalkan kampong halaman mereka.
Selama berabad-abad Kosovo dijajah oleh Turki. Sebelum Turki datang, Kosovo menjadi pusat kerajaan Serbia yang dinamakan Kosovo Polje (ladang burung-burung hitam). Baru pada tahun 1912 Serbia mampu mengalahkan Turki di Kosovo. Dengan kejadian yang bergolak terus, Kosovo tidak pernah berhenti dari ketegangan rasial. Orang-orang Serbia merasa kesal an marah bagaimana mungkin mereka diusir oleh etnis yang dahulunya minoritas.
Maslah Kosovo menjadi Turning Point yang berdampak politis amat luas ketika Slobodan Milosevic menjabat sebagai ketua LKY Serbia pada 30 April 1986. Ia menjabat anggota Komunis sejak 1959, karirnya menanjak dalam partai dengan pesat. Hanya setahun setelah duduk di CC LKY Serbia, ia diangkat menjadi kepala LKY Beograd. Dua tahun kemudian pun ia terpilih sebagai Presiden Republik Serbia.
Milosevic 51 tahun, adalah seorang komunis sejati tetapi juga nasionalis sejati. Inilah yang tidak disukai oleh Pemimpin Slovenia dan Kroasia. Sebelum Milosevic juga terdapat tokoh nasionalis Serbia yaitu Dragisa Pavlovic yang telah menanamkan benih anti-Serbia di republik federasi lain. Nampaknya Milosevic selain tokoh nasionalis Serbia ia juga berambisi menggantikan Tito dan berambisi membangun kerajaan Great Serbia. Tuntutannya supaya Kosovo dan Vojvodina dikembalikan kepada Serbia adalah langkah awal untuk menguasai Yugoslavia. Menurut Milosevic, Serbia harus memiliki wewenang untuk mengatur masalah pertahanan, keamanan, hukum, perencanaan. Serbia harus sederajat dengan republik lain atau Serbia tidak eksis. Hanya dengan amandemen konstitusi, hukum dapat ditegakkan kembali di Kosovo, dan eksodus orang Serbia dan Montenegro di Kososvo dapat dihentikan.
Kedua usulan dari Serbia adalah amandemen prinsip-prinsip dasar konstitusi 1974, dan perubahan konstitusi Serbia, memperoleh tantangan sengit dari etnis Albania, dengan melakukan demonstrasi besar-besaran di Pristina. Ketua LKY Kosovo Azem Vlasi di pecat karena dituduh mengorgnisir gelombang demonstrasi. Dewan kepresidenan Federal menyatakan berlakunya keadaan darurat di Kosovo 1989. Amandemen republik Serbia disahkan. Selanjutnya kerusuhan pecah lagi di Kosovo. Milosevic cerdik sekali memanfaatkan dengan memprovokasi seluruh etnis Serbia untuk tetap memegang identitas Serbia nya guna mewujudkan hak-hak orang Serbia. Kadangkala ia menggunakan permsalahn historis orang Serbia di Kosovo terhadap muslim Albania

DISINTEGRASI YUGOSLAVIA
Pada masa kepemimpinan Tito Republik Federasi Sosialis Yugoslavia cukup populer didunia internasional, hal ini tidak lepas berkat popularitas kepemimpinan pribadi Tito. ketokohan Tito dalam hal ini sebagai tokoh pemersatu bangsa Yugoslavia memang tepat karena disamping bakat kepemimpinan dan kewibawaannya, sebagai keturunan dari etnis Kroasia, Tito menikah dengan warga etnis Serbia. Akan tetapi keadaan kemudian berubah yaitu ketika pada bulan 4 Mei 1980 Tito meninggal dunia bahkan tanpa sempat mempersiapkan pengganti yang sekuat dirinya.
Maka Yugoslavia dengan sepeninggal Tito, memang benar-benar dalam keadaan sebuah negara yang seakan-akan kehilangan arah. Dalam hal kepemimpinan Yugoslavia kemudian dipimpin secara kolektip oleh suatu badan Presidensi berjumlah delapan orang dan partai juga dipimpin Presidium beranggotakan 24 orang. Namun ternyata dalam hal praktek pengambilan keputusan sering terjadi berbenturan satu sama lain, sesuai dengan kepentingan masing-masing dan dalam hal ini memunculkan kembali perpecahan yang telah sekian lama diredam oleh “Tangan Besi” Tito. Selain itu juga pengaruh pimpinan Federal ( partai maupun Negara ) menjadi semakin berkurang, dan dilain pihak pengaruh dalam hal ini kekuasaan Republik bagian menjadi bertambah kuat. Maka dari sinilah muncul benih-benih menuju sebuah disintegrasi Yugoslavia.
a.Keluarnya Kroasia dan Slovenia
Pada awal pembentukan hingga pertengahan tahun 1991 Slovenia dan Kroasia menghendaki pembubaran Federasi Yugoslavia yang diikuti adanya Republik-Republik Bagian yang merdeka. Dari Republik-Republik yang merdeka tersebut kemudian dibentuk negara berdaulat yang mendapat pengakuan satu sama lain maupun dari masyarakat internasional dan selanjutnya bergabung kembali dalam suatu negara baru dengan bentuk Konfederasi. Pihak Serbia (Republik Serbia dan Republik Montenegro) dan Propinsi Otonom Vojvodina maupun Kosovo menentang ide Kroasia dan Slovenia tersebut diatas dengan alasan bahwa Kroasia dituduh ingin melegalisasi perbatasan-perbatasan yang memisahkan antar Republik-Republik satu sama lain menjadi perbatasan negara yang diakui oleh masyarakat internasional.
Pihak Serbia tidak mengakui perbatasan-perbatasan administrasi menjadi perbatasan negara serta tidak akan mengakui pembentukan negara-negara berbentuk apapun sebelum membicarakan masalah perbatasan, karena menyangkut nasib etnis Serbia didalam wilayah-wilayah perbatasan administrasi tersebut. Sementara itu bentuk negara Konfederasi yang merupakan gabungan negara-negara merdeka dan berdaulat yang dibentuk berdasarkan persetujuan maupun dapat dibubarkan secara unilateral dipandang merugikan blok Serbia karena berarti akan memperkecil wilayahnya dimana selama ini etnis Serbia telah tersebar di semua Republik Bagian Yugoslavia.
Dari perkembangan-perkembangan yang terjadi, semakin membawa Yugoslavia kearah jurang perpecahan nasional, apalagi ketika pada tahun 1991 Slovenia dan Kroasia menarik anggotanya dari badan kolektip tersebut dan kemudian diikuti oleh wakil-wakil dari Republik Makedonia dan Bosnia Herzegovina. Maka puncak dari memburuknya situasi politik di Yugoslavia tersebut adalah ketika pada tanggal 25 Juni 1991 Slovenia dan Kroasia memproklamirkan kemerdekaan dan kedaulatannya secara sepihak yang diikuti dengan pembentukan mata uang sendiri, bahkan dalam hal ini termasuk pembentukan Angkatan Bersenjata dan penentuan tapal batas wilayah negara sendiri.
Setelah itu Republik Bosnia Herzegovina pada bulan Maret 1992 mengadakan referendum untuk menentukan nasib antara sebagai negara merdeka atau masih tetap dalam Federasi Yugoslavia. Namun, Referendum tersebut diboikot oleh etnis Serb di Bosnia Herzegovina ( karena etnis Serb di Bosnia Herzegovina tanggal 30 Maret 1992 telah mengadakan referendum sendiri dan memutuskan Bosnia Hezergovina masih tetap tinggal dalam Federasi Yugoslavia). Tetapi dari referendum tersebut menghasilkan suatu keputusan Bosnia Hezergovina untuk merdeka. Pada tanggal 6 April 1992 kelompok negara-negara ME dan AS kemudian memberikan pengakuan dengan segera kepada Republik Slovenia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina, walaupun disatu pihak tidak menunggu tercapainya stabilitas politik di wilayah-wilayah tersebut dalam hal ini Yugoslavia. Sedangkan Macedonia memerdekakan diri pada 8 September 1991.
Dengan adanya pengakuan negara-negara lain kepada kemerdekaan Republik Slovenia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina, maka Republik Serbia dan Republik Montenegro membentuk Federasi Yugoslavia versi baru untuk mempertahankan eksistensi Yugoaslavia dengan nama "Republik Federasi Yugoslavia" pada tanggal 27 April 1992 namun hasilnya adalah tidak mendapat pengakuan internasional sebagaimana republik-republik bagian yang memisahkan diri tersebut. Sedangkan Republik Makedonia yang juga menyatakan kemerdekaannya, namun karena namanya yang ditentang oleh Yunani menghambat pengakuan dari Masyarakat Eropa.

Proses disintegrasi Yugoslavia, secara riil dimulai dengan aksi proklamasi pemisahan diri secara sepihak Republik Bagian Kroasia dan Republik Slovenia menjadi negara yang berdaulat pada tanggal 25 Juni 1991. Pemisahan diri tersebut sedikitnya didukung oleh negara-negara Masyarakat Eropa, dan pada akhirnya mendapat pengakuan masyarakat internasional padahal pemerintah Yugoslavia berkeras untuk mencegahnya sehingga pecahlah konflik bersenjata yang bermula di Kroasia dan Slovenia.
Konflik yang kemudian terjadi di Bosnia Herzegovina tidak telepas dari proses disintegrasi Yugoslavia. Masyarakat Eropa yang berperan aktif dalam peristiwa pemisahan diri Kroasia dan Slovenia ternyata ikut pula campur tangan di Bosnia Herzegovina melalui Komisi Arbitrasi Masyarakat Eropa yang menyimpulkan bahwa Republik tersebut layak mendapat pengakuan sebagai negara yang berdaulat. Pengakuan internasional terhadap Republik Bosnia Herzegovina yang merupakan "mini" Yugoslavia yang juga berpenduduk multi nasional, multi agama dan komposisi penduduk yang heterogen ini dinilai oleh banyak pihak sebagai terlalu dini, mengingat masih banyaknya masalah-masalah yang belum terselesaikan sehingga timbullah pertikaian antar etnis diantara penduduk Republik Bosnia Herzegovina.
Rumitnya permasalahan yang terjadi di kawasan Yugoslavia khususnya di Bosnia Herzegovina telah membuat upaya-upaya penyelesaian krisis Bosnia Herzegovina melalui perundingan-perundingan damai yang dilakukan oleh faktor-faktor internasional menjadi sangat sulit. Kegagalan-kegagalan perundingan semakin memperburuk situasi dan semakin mengobarkan pertempuran diantara pihak-pihak yang bertikai yang mengakibatkan timbulnya banyak sekali korban. Guna mencegah berlanjutnya jatuh korban di Bosnia Herzegovina maupun bertambah buruknya situasi di wilayah Yugoslavia maka PBB terpaksa mengirimkan misi damai di wilayah eks Yugoslavia dengan tugas sebagai pasukan pemelihara perdamaian. Namun banyaknya faktor-faktor luar yang mempengaruhi serta sikap pihak-pihak yang bertikai yang tidak kompromis dalam mempertahankan kepentingan-kepentingannya tampaknya kehadiran pasukan PBB belum berhasil mengakhiri konflik di wilayah eks Yugoslavia.

Dengan memisahkan dirinya Negara Slovenia, Kroasia, dan Bosnia Hezergovina, maka dari sini muncul sebuah konflik baru yang dapat dikatakan sebagai imbas dari kemerdekaan negara-negara bagian dari Yugoslavia.
Setelah Slovenia dan Kroasia memproklamirkan kedaulatannya pada tanggal 25 Juni 1991, pada tanggal 27 Juni 1991 sebanyak 2.000 orang pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, Kepolisian Federal dan petugas Bea-Cukai Federal, dikirim ke perbatasan-perbatasan Yugoslavia dengan Austria. Kedatangan pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dan lain-lain diperbatasan Slovenia tersebut, ternyata tidak dilengkapi dengan peluru dan perlengkapan pencegah huru-hara, Informasi tentang kelemahan pasukan-pasukan ini, termasuk route perjalanan, diketahui oleh Wakil PM Yugoslavia pada saat itu, Zivko Pregel (etnis Slovenia) dan segera diinformasikan kepada pimpinan Slovenia, sehingga pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dapat dihadang oleh HANTER Slovenia ditengah perjalanan tanpa dapat membela diri sehingga mission Angkatan Bersenjata Yugoslavia ini gagal total. Kemenangan HANTER Slovenia terhadap Angkatan Bersenjata Yugoslavia tersebut, semakin membuat berani untuk mendukung para politikus Slovenia untuk memisahkan diri dari Federasi.
Sementara itu pasukan HANTER mulai mengadakan pemasangan alat-alat perintang untuk tank (landak-landak yang dibuat dari rel-rel kereta-api) di jalan-jalan besar di seluruh kota besar di Slovenia, dan memblokade garnisun-garnisun, kesatuan-kesatuan, lembaga-lembaga dan obyek-obyek militer Angkatan Bersenjata Yugoslavia wilayah Slovenia. Perkembangan selanjutnya HANTER Slovenia mulai mengadakan serangan-serangan secara militer terhadap pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dengan menggunakan segala sarana persenjataan yang ada. Sehubungan dengan itu para politikus meningkatkan kampanye melalui media massa, yang menuduh Angkatan Bersenjata Yugoslavia sebagai agresor di Slovenia, dengan tujuan melumpuhkan kekuatan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, serta mencegah upaya-upaya penggunaan kekuatan militer ke wilayah Slovenia.
Usul-usul Angkatan Bersenjata Yugoslavia kepada PANGTI untuk mengambil tindakan tegas terhadap pimpinan Slovenia melalui pembubaran pasukan-pasukan para militer di Slovenia tidak berhasil dilaksanakan, karena Presiden Presidensi (etnis Kroasia) dan Wakil Menhan (etnis Slovenia) tidak menyetujuinya serta selalu memboikotnya, dengan alasan khawatir menimbulkan korban pada penduduk. Akhirnya untuk mencegah korban yang lebih besar dikalangan Angkatan Bersenjata Yugoslavia, sebagai akibat keraguan dalam mengambil sikap untuk mencegah konflik, Presidensi RFSY bahkan memutuskan menarik seluruh Angkatan Bersenjata Yugoslavia dari wilayah Slovenia, yang berarti secara tidak langsung membiarkan Slovenia untuk memisahkan diri dari ikatan Federal.
Dengan keluarnya Kroasia dan Slovenia dari kesatuan Yugoslavia, maka muncul ketegangan antara Serbia dengan Kroasia dan Slovenia. Baik Slovenia maupun Kroasia sering menuduh Serbia telah menindas gerakan separatisme Albania di Kosovo dengan menelan korban jiwa yang tidak kecil. Masalah hak asasi etnis Albania digugat. Masalah ini juga sering digugat oleh negara-negara Barat. Milosevic yang menjadi Presiden Republik Serbia menyangkal hal tersebut. Bahkan Milosevic membalikkan menuduh bahwa yang melemparkan isu tersebut mempunyai maksud menghancurkan kesatuan Yugoslavia.

b.Keruntuhan Komunisme Yugoslavia
Mengenai keruntuhan Komunisme di Yugoslavia, sebenarnya bahwa komunuisme di Yugoslavia sebenarnya tidak terlalu berpengaruh dengan keruntuhan Uni Soviet, karena memang pada sebelumnya, telah jelas bahwa memang Yugoslavia dalam masa kepemimpinan Tito mengambil jalan komunisme yang berbeda dengan komunisme Uni Soviet. Keruntuhan komunisme Yugoslavia senantiasa terjadi karena terjadi secara struktural beriringan dengan keruntuhan atau terpecahnya Federasi Yugoslavia terutama dalam hal ini adalah setelah meninggalnya Tito.
Dapat dilihat disini bahwa keruntuhan Komunisme di Yugoslavia merupakan imbas dari disintegrasi dari Yugoslavia itu sendiri. Pelaksanaan komunisme yang diterapkan di Yugoslavia sendiri sebenarnya tidak secara murni merupakan komunisme yang berinduk kepada Uni Soviet. Tito yang melihat “kebawah” bahwasannya komunisme dan kapitalisme sama-sama membuat rakyat sengsara menjadikan sebuah bentuk baru dari komunisme Yugoslavia. Selain alasan diatas, memang peran keberagaman warga negara juga menjadi hal yang serius dalam membahas tentang keruntuhan komunisme Yugoslavia. Perpecahan di Yugoslavia berakar pada perasaan kesukuan yang tidak kunjung hilang di antara republik-republik Yugoslavia, yang memiliki ciri berbeda satu sama lain. Dan di masa lalu, sebelum bergabung menjadi Yugoslavia, hubungan antara kerajaan-kerajaan di sana ditandai kebencian dan peperangan. Maka dalam hal ini dapat dikatakan nilai dasar komunisme Yugoslavia runtuh dari dalam akibat kesalahan para pemimpinnya. Jika saja Yugoslavia konsistensi melaksankan ideologinya secara taat asas, besar kemungkinan bangsa Yugoslavia dapat mempertahankan ideologi, wawasan kebangsaan dan pertahanan nasionalnya sebagai dasar kehidupan mereka sebagai bangsa. Dengan kata lain perpecahan negara Yugoslavia adalah cerita tentang tejadinya gerakan separatisme, gerakan untuk memisahkan diri dan merdeka menjadi negara sendiri.
Apalagi, pada tahun 1990 parlemen menyetujui pluralisme politik dan sistem multi-partai seiring dengan semangat demokratisasi di berbagai negara Eropa Timur. Dengan demikian Partai Komunis bukan lagi partai satu-satunya. Dan ternyata hasil pemilihan umum menunjukkan kemenangan partai-partai baru yang menghendaki pemisahan diri di republik Kroasia, Slovenia, dan Bosnia Herzegovina. Partai Komunis juga kalah di Masedonia. Tetapi di Republik Serbia yang mencakup provinsi Kosovo dan Vojvodina serta Republik Montenegro, Partai Komunis memperoleh kemenangan mutlak.

c.Upaya Mempertahankan Federasi Yugoslavia (Republik Federal Yugoslavia)
Kelompok Masyarakat Eropa yang sejak semula turut terlibat dalam proses disintegrasi eks Yugoslavia menghadapi gerakan Slovenia dan Kroasia yang memproklamirkan kemerdekaannya tersebut kembali turut campur-tangan dengan menasehatkan Slovenia dan Kroasia untuk menangguhkan kemerdekaannya serta tidak mengambil langkah-langkah apapun selama 3 (tiga) bulan sebagai reaksi keputusan proklamasi kemerdekaan tersebut. Sikap Masyarakat Eropa tersebut mendapat reaksi keras dari blok Serbia serta menolak saran dari Masyarakat Eropa karena dinilai dapat mengancam pecahnya perang saudara karena tidak akan terjadi kesepakatan selama masa penundaan tersebut. Dilain pihak Kroasia dan Slovenia terus mendesak untuk mendapatkan pengakuan-pengakuan internasional terutama dari kelompok Masyarakat Eropa.
Sementara itu Masyarakat Eropa membentuk suatu Komisi Arbitrasi untuk mengkaji kelayakan dari keinginan-keinginan Republik-Republik eks Yugoslavia untuk mendapatkan pengakuan. Hasil penelitian ditetapkan sudah harus sampai di meja Ketua Masyarakat Eropa paling lambat tanggal 15 Januari 1992, namun sebelum Komisi Arbitrasi menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya pada tanggal 23 Desember 1991 Jerman dengan tiba-tiba menyatakan pengakuan kepada Slovenia dan Kroasia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Pengakuan Jerman yang lebih dini tersebut akhirnya diikuti oleh negara-negara di Eropa lainnya maupun negara-negara yang bersimpati atas proses demokratisasi Republik tersebut dibelahan dunia lainnya.
Pada tanggal 15 Januari 1992 hasil kerja Komisi Arbitrasi Masyarakat Eropa mengatakan bahwa Slovenia dan Makedonia telah memenuhi syarat untuk mendapat pengakuan, Kroasia belum memenuhi syarat sebelum mengubah Undang-Undang-nya yang mengatur etnis-etnis minoritasnya sedangkan Bosnia Herzegovina akan mendapat pengakuan setelah menyelenggarakan referendum di wilayahnya. Berbeda dengan hasil kerja Komisi Arbitrasi Masyarakat Eropa yang mengatakan bahwa bagi Slovenia dan Makedonia yang memenuhi syarat untuk pengakuan, ternyata justru Slovenia dan Kroasia yang langsung diakui oleh negara-negara Masyarakat Eropa sementara Makedonia justru ditunda karena protes Yunani atas penggunaan nama Makedonia sebagai nama negara tersebut.
Perkembangan politik internasional selanjutnya telah mendorong negara-negara lainnya untuk mengakui kemerdekaan Slovenia dan Kroasia. Puncak pengakuan negara luar terhadap Kroasia dan Slovenia adalah pengakuan AS terhadap Slovenia dan Kroasia pada tanggal 6 April 1992 yang turut pula mendorong negara-negara maupun lembaga internasional memberikan pengakuannya terhadap Kroasia dan Slovenia.
Keadaan yang semakin tidak menentu di wilayah Republik-Republik Bagian Yugoslavia baik di Slovenia, Kroasia maupun Bosnia Herzegovina telah memaksa Parlemen Federal Yugoslavia untuk bersidang yang selanjutnya mengesyahkan Undang-Undang Dasar yang baru. Undang-Undang Dasar yang baru tersebut menetapkan pembentukan Yugoslavia yang baru sehingga pada tanggal 27 April 1992 diproklamirkan Republik Federal Yugoslavia yang anggotanya terdiri dari Republik Serbia dan Republik Montenegro didalam wilayah perbatasan yang ada sekarang. Dengan deklarasi Yugoslavia baru tersebut secara de facto dan de jure telah menjadikan Republik-Republik Kroasia, Slovenia, Bosnia Herzegovina dan Makedonia tidak termasuk dalam anggota Yugoslavia lagi. Didalam deklarasi Yugoslavia baru tersebut ditekankan bahwa RFY tidak mempunyai ambisi teritorial terhadap negara-negara tetangganya.
Pada tanggal 4 Mei 1992 Presidensi Yugoslavia, dalam kapasitasnya sebagai Pangti AB, telah memutuskan untuk menarik semua anggota pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia warga-negara RFY (dalam hal ini warga-negara Serbia dan Montenegro). Anggota Angkatan Bersenjata Yugoslavia diluar warga-negara Yugoslavia baru diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya, apakah tetap tinggal di Yugoslavia atau di Republik Bagian. Dengan terbentuknya RFY, dan dilaksanakannya keputusan Presidensi Yugoslavia untuk menarik pasukan-pasukan Angkatan Bersenjata Yugoslavia dari wilayah Bosnia Herzegovina, dengan batas waktu yang ditentukan hingga tanggal 19 Mei 1992, maka secara de jure semenjak itu pula RFY tidak mempunyai anggota pasukan di Bosnia Herzegovina.
Sementara itu pembentukan Yugoslavia baru yang anggotanya terdiri Republik Serbia dan Republik Montenegro, dua anggota eks RFS Yugoslavia, masih tetap ingin disebut Yugoslavia, yaitu Republik Federal Yugoslavia (RFY), dengan ambisi untuk tetap disebut penerus Yugoslavia (sebagai Yugoslavia bentuk ketiga). RFY menganggap diri yang berhak mewarisi beban kewajiban-kewajiban internasionalnya serta untuk mewakili kepentingan warga-negara Yugoslavia yang lama di luar negeri, sebelum status mereka jelas dan diatur kembali menurut Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

TRAGEDI BOSNIA-HERZEGOVINA 1992-1995
A.Muslim Bosnia
Bosnia-Herzegovina adalah sebuah wilayah tempat bertemunya dua kebudayaan yang berbeda yaitu Barat dan Timur. Negara pecahan Yugoslavia ini terletak di Barat Daya Eropa. Luas negaranya 51.233 km2. Jumlah penduduk Bosnia berdasarkan data stastistik tahun 1998 sebanyak 3.800.00 jiwa dengan presentase kaum muslimin sebesar 50 %, Nasrani 40 %, dan lainnya 10 %. Penduduk negeri ini terdiri dari kaum muslimin, Serbia dan Kroasia.
Posisi geografis Balkan merupakan salah satu faktor utama dan yang membuka peluang pengenalan rakyat Balkan kepada agama Islam. Pengenalan mereka kepada Islam bermula dari sebelum perluasan imperium Utsmani ke Eraopa Selatan di abad ke-15 Masehi. Keberadaan kawasan Balkan diantara negara-negara Islam dan Romawi Kristen merupakan peluang pertama pengenalan rakyat di kawasan ini dengan umat Islam melalui perdagangan. Perdagangan kaum Iliri penduduk Balkan dengan umat Islam Arab, Persia, dan Turki merupakan kesempatan berharga bagi kehadiran para pedagang muslim di kota-kota pelabuhan Laut Adriatik bahkan ke kawasan yang lebih jauh dari pantai laut.
Pertikaian dalam wilayah tersebut dimulai dari pertarungan dua kerajaan besar yaitu Romawi Barat yang Katolik dan Romawi Timur yang Ortodoks untuk menanamkan pengaruh. Pada abad ke-15, Kerajaan Islam yaitu Turki Ustmani berhasil menguasai wilayah tersebut. Dampaknya adalah banyaknya orang-orang di wilayah tersebut yang berbondong-bondong memeluk Islam. Adanya penarikan pajak yang memberatkan bagi masyarakat non-muslim menjadikan memeluk Islam sesuatu yang mutlak dilakukan. Perpindahan agama ke Islam kebanyakan terjadi dikarenakan persamaan derajat yang ditawarkan oleh Islam. Jika mereka masuk Islam maka mereka akan mendapatkan kedudukan yang sama tingginya dengan orang Islam lainnya, akan tetapi bila mereka tetap pada agama agama leluhurnya maka mereka akan berstatus sebagai orang -orang yang kalah dalam peperangan tunduk dalam aturan Islam.
Hal itu bukan omong kosong belaka. Dalam perkembangannya, kaum Muslim Bosnia mendapatkan status sama dengan orang Turki asli. Mereka menjadi tangan kanan orang Turki untuk memerintah penduduk Bosnia yang tetap memeluk agama leluhurnya.
Sejarah Islam memasuki Balkan, banyak sekali mengalami Distorsi, sehingga tergambar seolah-olah penduduk kawasan ini menerima Islam karena paksaan dan di bawah ancaman pedang Turki Utsmani. Dari sebagian buku sejarah Eropa, kehadiran Islam di Balkan dikatakan sebagai hasil dari persaingan agama dan politik berbagai etnis di kawasan ini. Analisis tentang sejarah masuknya Islam ke daratan Eropa seperti ini, sebenarnya merupakan pengabaian peran nilai-nilai Islam yang mulia dan kaya peradaban yang sangat berharga dalam menarik bangsa Eropa Selatan masuk agama Islam.
Sebagian para penulis Barat setiap berurusan dengan peradaban Islam, maka mereka selalu berusaha menampakan bahwa agama Islam adalah kejam. Cara seperti ini digunakan dalam bentuk propaganda berbagai media massa untuk mendiskreditkan Islam dan muslimin.
Seandainya penduduk Eropa selatan masuk Islam karena paksaan dan pedang kesultanan Utsmani, kini setelah lebih dari satu setengah abad dari keluarnya tentara imperium Utsmani dari kawasan Balkan dan munculnya negara-negara baru, sudah tentu tidak akan ada lagi peninggalan Islam yang tersisa di kawasan ini. Tetapi realitasnya membuktikan bahwa Islam sampai saat ini masih merupakan bagian dari orang-orang Albania dan Bosnia, dengan bukti bahwa Islam memang membawa misi perdamaian.
Ketika kekuasaan Turki mulai lemah terjadi gejolak dalam masyrakat Bosnia. Masyarakat mulai terkotak-kotak dalam kerangka idealisme agama yang berbeda-beda. Orang Kristen Ortodoks lebih suka dipanggil sebagai orang Serbia. Orang Kristen Katolik lebih suka dipanggil dengan orang Kroasia. Sedangkan orang Islam sendiri lebih suka dipanggil dengan sebutan orang Turki.
Setelah paham nasionalis mulai berkembang di masyarakat Bosnia dan kekuasaan Turki mulai lemah, maka wilayah-wilayh bekas jajahannya mencoba memerdekaan diri, salah satunya Serbia. Serbia mengajak masyarakat Bosnia untuk bergabung dan membuat pemerintahnya sendiri, tetapi hal tersebut gagal dikarenakan kekaisaran Austria-Hongaria mencaplok wilayah Bosnia tahun 1908. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi pembunuhan putra mahkota di sarejevo di tahun 1914 yang menyebabkan Perang Dunia I. setelah Perang Dunia I wilayah Bosnia-Herzegovina, Slovenia, Kroasia dan Vodvodina diserahkan Austria kepada kerajaan Serbia-Montenegro. Kerajaan Serbia-Montenegro akhirnya berubah menjadi Kerajaan Yugoslavia sebgai konsekuensi penggabungan wilayah.
Permusuhan antara Serbia dan Kroasia terus berkecambuk. Orang Serbia menginginkan negara kesatuan, sebaliknya orang Kroasia menginginkan federasi yang longgar. Perbedaan pandangan ini membuat hubungan orang Kroasia dan Serbia semakin tidak harmonis terkait dengan pemerintahan Yugoslavia didominasi orang Serbia. Menyikapi masalah ini, orang Islam terpecah. Ada yang sepakat dengan konsep Bosnia dengan menyebut dirinya muslim Bosnia, ada juga yang sepakat dengan Kroasia dengan menyebut dirinya sebagai Muslim Kroasia.

B.Bosnia-Herzegovina Dalam Arus Disintegrasi (1991)
Terjadinya perubahan politik globalisasi membawa pangaruh di negara Federasi Yugoslavia. Perang saudara di Yugoslavia diawali dengan merdekanya Kroasia dan Slovenia pada tanggal 25 Juni 1991. Mereka memisahkan diri dari negara Federasi Yugoslavia. Hal ini membuat Serbia marah karena rencananya mendirikan negara Serbia Raya akan gagal apabila negara – negara bagian Yugoslavia satu per satu memisahkan diri. Serbia tidak tinggal diam. Serbia melakukan penyerangan ke Slovenia dan Kroasia untuk mencaplok kembali wilayah yang sudah merdeka itu menjadi wilayah kekuasaan etnis Serbia.
Yugoslavia terpecah-belah pada tahun 1991 setelah runtuhnya rezim-rezim Komunis di Eropa Timur. Mengikuti contoh Kroasia dan Slovenia, pada bulan Maret 1992 Bosnia dan Herzegovina menyatakan kemerdekaannya melalui referendum yang diikuti oleh masyarakat Muslim dan Kroasia Bosnia. Hal tersebut ditentang oleh penduduk Serbia yang ingin menguasai seluruh wilayah eks Yugoslavia.
Di bawah pimpinan Radovan Karadzic, orang Serbia Bosnia memproklamasikan Republik Srpska. Dengan bantuan pasukan federal pimpinan Jenderal Ratko Mladic, orang Serbia Bosnia berhasil menguasai 70 persen wilayah negeri itu. Dalam konflik ini, etnis Serbia yang mayoritas berusaha melenyapkan etnis Muslim dan Kroasia. Terjadilah pembantaian terbesar dalam sejarah yang jumlah korbannya hanya kalah oleh Perang Dunia. Pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan olah Kaum Serbia kemudian menyebabkan pemimpin-pemimpin Serbia ditetapkan sebagai penjahat perang oleh PBB. Dalam perkembangan terakhirpun mereka menyatakan tidak puas karena tidak berhasil membersihkan etnik Muslim- Bosnia.

C.Genosida di Bosnia-Herzegovina
Genosida atau genosid adalah pembantaian besar-besaran sistematis terhadap satu suku bangsa atau kelompok dengan maksud memusnahkan bangsa tersebut. Kata ini petama kali digunakan oleh seorang ahli hukum Polandia, Raphael Lemkin tahun 1944 dalam bukunya Axis Rule in Occupied Europe. Kata ini diambil dari bahasa Yunani, genos artinya rasa tau bangsa dan bahasa Latin caedere artinya pembunuhan.
Pembantaian massal yang terjadi di Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu contoh genosida. Peperangan di wilayah tersebut terjadi tahun 1992-1995. Perang saudara yang melanda Bosnia berawal dari perbedaan cara pandang mereka dalam memahami perbedaan keyakinan dan kepentingan satu sama lain. Pembantaian di negeri yang sebagian besar dihuni oleh mayoritas penduduk beragama Islam tersebut, menjadi saksi sejarah yang teramat penting dan menyakitkan bagi umat Islam di dunia umumnya, serta wilayah Eropa (Balkan) khususnya.
Sejak kemerdekaannya, Bosnia Herzegovina baru merasakan kedukaan yang mendalam akibat konflik berdarah yang disebabkan oleh permusuhan Serbia. Metode penghapusan ras agama ini dilakukan terhadap kaum muslimin sebagai upaya penghilangan eksistensi Islam, dengan dukungan tersembunyi negara – negara Barat, Rusia, dan seluruh negara – negara Salib ( Nasrani ) untuk mencegah hadirnya negara Islam di Eropa.
Serbia menyerang ibukota Bosnia, Sarajevo dan kota lainnya dihancurkan habis – habisan, gerilyawan Bosnia ditangkap dan disiksa dalam kamp – kamp konsentrasi dan puluhan ribu wanita muda dan gadis kecil Bosnia diperkosa. Data menyebutkan bahwa korban kaum muslimin sepanjang perang ini mencapai 200.000 orang yang terbunuh dan 50.000 orang wanita muslimin menjadi korban perkosaan ( jumlah ini terbanyak jika dibandingkan dengan korban etnis Bosnia dari agama lain ).
Tentara Ultra nasionalis Serbia yang terkenal akan kekejamannya menjadikan kaum Muslim Bosnia sebagai target utama agresi mereka. Ribuan warga sipil Bosnia dibunuh secara membabi buta oleh tentara Ultra nasionalis Serbia setiap harinya. Ratusan perempuan Muslim Bosnia juga menjadi sasaran kebejatan moral tentara tersebut, banyak dari mereka yang diperkosa secara paksa. Akibat kekejaman tersebut rakyat Bosnia mulai bangkit dan mulai melakukan perlawanannya terhadap tentara Ultra nasionalis Serbia. Serbuan tentara Ultra nasionalis Serbia dari arah timur dan utara semakin mencekik nasib warga sipil Bosnia. Wilayah timur Bosnia sebagian besar telah dikuasai oleh tentara Ultra nasionalis Serbia. Meskipun gerilyawan Bosnia memberi perlawanan yang gigih, bahkan terkadang berhasil merebut kembali kantung – kantung wilayah yang telah dikuasai lawannya, namun dari sudut militer mereka bukan lawan yang seimbang dengan tentara Ultra nasionalis Serbia yang cukup terlatih. Strategi Jendral Ratko Mladic yang menerapkan penyerbuan secara besar – besaran dalam suatu front melebar terbukti efektif mengurung posisi para gerilyawan Bosnia di wilayah pedalaman.

Suatu peristiwa berdarah yang sangat besar adalah pembantaian warga Muslim Bosnia di Srebenica oleh tentara Ultra Nasionalis Serbia. Pada tanggal 6 Juli 1995, tentara Ultra nasionalis Serbia dari korps Drina mulai menggempur pos – pos tentara Belanda di Srebenica. Akhirnya tanggal 11 Juli tentara Ultra nasionalis Serbia berhasil memasuki Srebenica. Srebenica yang terletak di wilayah Bosnia timur merupakan zona aman di bawah kendali tentara perdamaian PBB asal Belanda. Disanalah ribuan pengungsi Muslim Bosnia menggunakan daerah tersebut sebagai tempat pelarian dan penampungan sementara. Anak – anak, perempuan dan orang tua berkumpul di Potocari (wilayah bagian Srebenica) mencari perlindungan dari tentara perdamaian Belanda. Namun ketika tentara Ultra nasionalis Serbia berhasil menyerbu masuk mereka meminta agar tentara perdamaian Belanda segera menyerahkan pengungsi Muslim Bosnia kepada mereka. Terjadi negosiasi antara pihak tentara Ultra nasionalis Serbia pimpinan Jendral Ratko Mladic dengan tentara perdamaian Belanda mengenai pertukaran 5000 pengungsi Muslim Bosnia dengan 14 tentara perdamaian Belanda yang ditahan tentara Ultra nasionalis Serbia. Permintaan itu pun disetujui kedua belah pihak. Tentara perdamaian Belanda lalu meninggalkan Srebenica beserta persenjataan dan perlengkapan mereka.

Akhirnya secara sistematis tentara Ultra nasionalis Serbia membantai habis sekitar 5000 pengungsi Muslim Bosnia, dan tentara perdamaian Belanda hanya dapat membiarkan pembantaian keji tersebut. Perang Serbia – Bosnia berlangsung selama 43 bulan dan telah menewaskan 250.000 lebih warga Muslim Bosnia, dan 1.5 juta lainnya terpaksa hidup dalam pengungsian. Sebagian besar korban pembantaian yang dilakukan oleh tentara Ultra nasionalis Serbia di kubur secara massal dalam suatu tempat guna menutupi kekejian mereka dari dunia internasional. Petinggi militer Serbia dan penguasa rezim fasis di Yugoslavia diduga menjadi otak dari semua peristiwa berdarah tersebut. Para tokoh seperti Radovan Karadzic, Ratko Mladic, Milan Gvero dan Soblodan Milosevic adalah arsitek utama genosida di Bosnia – Herzegovina.
Pembantaian etnis Bosnia berlangsung oleh pasukan Serbia hanya karena pembantaian tersebut terjadi di negeri yang sebagai penduduknya mayoritas muslim. Jika rakyat Bosnia beragama Kristen, sudah pasti orang-orang Barat tidak akan tinggal diam selama tiga setengah tahun menyaksikan pembunuhan massal puluhan ribu warga Bosnia dengan tragis.
Pembantaian ribuan kaum muslimin di Srebrenica pada Juli 1995 itu diakui oleh Dragan Cavic melalui saluran televisi Serbia-Bosnia “Saya harus mengatakan bahwa pada 10-19 Juli 1995 di Srebrenica terjadi tragedi yang menjadi lembaran hitam dalam sejarah bangsa Serbia,” katanya. Secara singkat, dia juga memberikan kata penyesalan dan menyampaikan permintaan maaf. Sekitar 8.000 muslim Bosnia, yang sebagian besar adalah pria dan anak laki-laki, dibantai dalam aksi yang paling biadab dalam sejarah Eropa. Pembantaian berlangsung saat pasukan Serbia menyerang wilayah aman dalam perlindungan PBB, yakni Srebrenica. Pasukan Belanda yang berjaga di sana tidak mampu berbuat apa pun. Pengakuan Cavic itu mengutip beberapa bagian laporan penahanan dan hukuman mati terhadap ribuan muslim. Dalang pembantaian itu Radovan Karadzic, yang saat itu menjabat pemimpin perang Bosnia Serbia, dan Jenderal Ratko Mladic.
Pembantaian ini bermula ketika para pelarian kaum muslim mengalami tipu muslihat pasukan Kristen Bosnia. Kaum muslim, ketika itu berbondong-bondong datang dari Srebrenica, wilayah sipil yang aman sebagaimana telah diumumkan PBB, setelah jatuh kepada Serbia Bosnia pada 11 Juli 1995. Awalnya, pasukan perdamaian PBB asal Belanda dan NATO yang diluncurkan oleh Dewan Keamanan PBB telah berjanji untuk mengamankan Srebenica. Namun sayang, bendera NATO yang dipakai pasukan itu hanya akal-akalan untuk mengibuli kaum muslim. Akibatnya bisa diduga, sekitar lima belas ribu laki-laki yang kebanyakan tidak bersenjata menjadisasaran pasukan musuh. Sepanjang perjalanan, ratusan orang dibunuh dalam oleh pasukan Serbia. Pembantaian Srebrenica merupakan pembantaian yang terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II yang. Meski kasus ini merupakan kasus pelanggaran berat kejahatan perang internasional, toh ironisnya, banyak orang Serbia menganggap kedua pembantai sebagai pahlawan
Puluhan mayat yang ditemukan dalam usaha pencarian 700 mayat umat Islam yang hilang atas kekejaman Serbia dan dipercayai ditanam hidup-hidup ditemukan di daerah Srebrenica, Bosnia. Beberapa kuburan yang digunakan untuk menggali tulang-tulang dari sebuah kubur seluas gelanggang tenis, dipercayai terdiri dari lebih 7000 mayat lelaki dan anak-anak yang disembelih tentera Serbia di Srebrenica delapan tahun lalu, yaitu kejadian pembunuhan massal terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia Kedua.Kuburan ini mengandung lebih dari beberapa ratus mayat korban pembunuhan massal di Srebrenica pada 1995 dan orang Zvornik yang terbunuh pada permulaan perang di Bosnia, Ini mungkin kuburan pembunuhan massal yang terbesar di Bosnia,” katanya.” Koran Independent melaporkan, kuburan tersebut dijumpai di Crni Vrh, berdekatan dengan kota Zvornik di utara Srebrenica, dan diyakini turut menempatkan mayat yang dipindahkan dari kawasan perkuburan dekat Srebrenica. Kaum Serbia Bosnia menanam semua korban warga Islam yang dibunuh guna menyembunyikan bukti pembunuhan massal dari pengadilan perang internasional PBB di The Hague, yang sedang menjalankan dakwaan atas mereka yang dituduh melakukan pelanggaran ketika perang Balkan 1990. Menurut beberapa pakar, pekerjaan menggali kubur tersebut mungkin akan memakan waktu hingga dua bulan untuk mengenali pasti korban dengan analisis DNA. Pada Juli 1995, Srebrenica, yang dilindungi oleh pasukan pengaman Belanda yang hanya memiliki senjata biasa, dibunuh oleh tentera Serbia Bosnia yang mengasingkan wanita Islam dari kaum lelaki dan anak-anak. Ribuan dari pada mereka kemudian dibunuh. Kuburan massal tersebut ditemui di kawasan pergunungan berdekatan wilayah perbatasan Serbia.
Pada 18 November 2003, para pakar forensik berhasil menemukan kuburan massal yang diduga sebagai tempat penguburan bagi para warga Muslim Bosnia yang dibantai oleh tentara Ultra nasionalis Serbia ketika perang saudara terjadi pada tahun 1992 – 1995. Kuburan massal yang ditemukan pada hari Rabu itu berlokasi di kawasan hutan dan perbukitan dekat kota Zvornik.
Sebagian isi kuburan telah diangkat dari tanah berlumpur, isinya terdiri atas ratusan tulang belulang korban dan pakaian – pakaian mereka. Banyak juga ditemukan tengkorak dengan lubang kecil dibelakangnya, diduga mereka adalah korban dari penembakan di bagian kepala.
Para pakar forensik tersebut telah menghasilkan 359 bentuk tubuh manusia yang disusun secara utuh. Para penggali memperkirakan, mereka akan bisa mendapatkan sedikitnya 100 jenazah lagi. Rata – rata para penggali tersebut menemukan para jenazah dengan posisi tangan yang terikat. Di antara tulang belulang korban, bisa dikenali adanya anak – anak kecil bahkan bayi berusia 18 bulan yang juga ikut dikuburkan dalam kuburan massal itu. Pakar forensik dapat menyimpulkan bahwa betapa kejamnya orang – orang yang melakukan pembantaian ketika itu. Dari data – data yang diperoleh di daerah kuburan massal terebut tertera bahwa korban – korban yang dibantai adalah warga Muslim yang hilang begitu saja setelah tentara gabungan Ultra nasionalis Serbia dan milisi Serbia berhasil menaklukan wilayah Bosnia.
Meskipun pihak Barat dan PBB tidak terlalu antusias menyelesaikan masalah konflik Bosnia, PBB tetap melakukan upaya-upaya menuju perdamaian antara Serbia dan Bosnia. Upaya menyelesaikan konflik dilakukan oleh beberapa organisasi dan negara di dunia di antaranya :
a.PBB menghimbau Serbia untuk menarik pasukannya dari Bosnia. Pengiriman utusan PBB untuk mencari jalan pemecahan guna mengakhiri perang.
b.NATO mengirimkan pasukannya dan memaksa Serbia meninggalkan Bosnia. Serangan NATO mengakibatkan Serbia mau mengadakan perundingan di Beograd di bawah pengawasan PBB.
c.Indonesia sesuai dengan politik luar negeri yang ingin menciptakan perdamaian dunia dengan mengirimkan pasukan Garuda 14, beranggotakan 25 perwira untuk mendamaikan dan memberikan bantuan makanan dan obat-obatan.
d.Perundingan di Dayton 1 November 1995. Perundingan di bawah pengawasan Amerika dan NATO antara Bosnia, Kroasia, dan Serbia.
Perjanjian Dayton adalah nama untuk perjanjian untuk menghentikan perang Yugoslavia yang sudah berlangsung selama tiga tahun terakhir, terutamanya untuk masa depan Bosnia-Herzegovina. Perjanjian ini disetujui di Pangkalan Udara Wright-Patterson di Dayton, Ohio.
Pertemuan tersebut berlangsung sejak 1 November hingga 2 November 1995. Peserta utamanya adalah presiden Serbia, Slobodan Milošević, presiden Kroasia, Franjo Tuđman, presiden Bosnia, Alija Izetbegović, kepala negosiator Amerika, Richard Holbrooke dan Jenderal Wesley Clark.Persetujuannya ditanda tangani di Paris, Perancis pada 14 Desember. Pembagian politik Bosnia-Herzegovina saat ini dan struktur pemerintahannya merupakan hasil persetujuan dari Perjanjian Dayton ( 1995)
Hasil perundingan Dayton berisi antara lain sebagai berikut :
1.Bosnia Herzegovina tetap sebagai tunggal secara internasional
2.Ibukota Sarajevo tetap bersatu di bawah federasi muslim Bosnia
3.Penjahat perang seperti yang telah ditetapkan mahkamah internasional tidak boleh memegang jabatan.
4.Pengungsi berhak kembali ke tempatnya
5.Pelaksanaan pemilu menunggu perjanjian Paris
Point perjanjian keempat berhubungan dengan tuduhan bangsa Barat terhadap pasukan Serbia yang telah melakukan tindakan pemusnahan etnis ( genocide ) atau pembersihan etnis ( ethnic cleansing ), terutama etnis Kroasia, etnis Bosnia Herzegovina, dan etnis Albania di Kosovo. Tindakan tersebut dikategorikan sebagai kejahatan perang. Oleh sebab itu, beberapa petinggi militer Yugoslavia harus menghadapi peradilan kejahatan perang di mahkamah internasional bagi bekas Yugoslavia ( International Criminal Tribunal for Former Yugoslavia – ICFY ). Akibat dari perundingan Dayton yang lainnya adalah negara Bosnia Herzegovina terbagi menjadi 2 yaitu Serbia (49%) dan federasi muslim Kroasia (51%).

YUGOSLAVIA PASCA DISINTEGRASI
a.Uni Serbia Montenegro 2003-2006
Pada 2002, Serbia dan Montenegro mencapai kesepakatan mengenai kelanjutan kerja sama keduanya yang, antara lain, berjanji mengakhiri penggunaan nama Yugoslavia. Pada 4 Februari 2003, parlemen federal Yugoslavia menciptakan sebuah persemakmuran yang tidak begitu mengikat antara Serbia dan Montenegro yang disebut Uni Negara Serbia dan Montenegro. Sebuah Dokumen Konstitusional disetujui untuk dijadikan kerangka pemerintahan negara itu.
Serbia dan Montenegro terdiri atas empat satuan politik utama, yang terdiri atas dua republik dan dua provinsi subordinat:
•Serbia (ibukota: Beograd)
oVojvodina - provinsi otonom di dalam Serbia (ibukota: Novi Sad)
oKosovo - provinsi di dalam Serbia di bawah administrasi PBB (ibukota: Priština)
•Montenegro (ibukota: Podgorica)
Ibukota politik dan administratif negara ini adalah Beograd,sementara ibukota kehakimannya adalah Podgorica.
Atas upaya Uni Eropa, perpecahan Serbia dan Montenegro untuk sementara waktu dapat dihindari dan diadakan perubahan nama dari RFY menjadi Uni Serbia-Montenegro. Namun setelah kurun waktu 3 tahun ternyata bentuk negara Uni Serbia-Montenegro tidak dapat memenuhi kepentingan nasional kedua negara. Pada tanggal 21 Mei 2006 diselenggarakan Referendum Kemerdekaan Montenegro dengan hasil 55,5% rakyat Montenegro menghendaki lepas dari Uni Serbia-Montenegro untuk membentuk negara sendiri. Pada tanggal 3 Juni 2006, atas dasar hasil referendum, Montenegro memproklamirkan kemerdekaannya.
Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Montenegro, maka pada tanggal 05 Juni 2006, dalam sidang luar biasa, Parlemen Serbia mendeklarasikan negara Republik Serbia dan memutuskan bahwa Republik Serbia merupakan penerus Negara Uni Serbia-Montenegro, dan mengambil wewenang negara Uni Serbia-Montenegro sesuai Piagam Konstitusional Uni Serbia-Montenegro.

b.Pecahan Yugoslavia
Berikut adalah Negara-negara yang merupakan pecahan dari Yugoslavia yang terkenal.
1.Kroasia
Republik Kroasia adalah negara berbentuk bulan sabit di Eropa berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah selatan, Eropa Tengah di utara dan Balkan di tenggara. Ibu kotanya adalah Zagreb. Dalam sejarahnya, negara ini merupakan negara republik untuk Republik Sosialis Federal Yugoslavia. Negara ini melepaskan diri dan memperoleh kemerdekaan pada 1991 dan merupakan kandidat dari anggota Uni Eropa.
Kroasia adalah anggota dari PBB, yang Organisasi untuk Keamanan dan Co-operasi di Eropa, di Dewan Eropa dan merupakan non-anggota tetap dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk istilah 2008-2009. Negara ini juga calon untuk keanggotaan dari Uni Eropa dan calon anggota NATO. Kroasia diharapkan resmi bergabung NATO pada April 2009, sehingga kedua Republik Sosialis Federal Yugoslavia bangsa untuk bergabung dengan aliansi militer berikut Slovenia. Selain itu, Kroasia juga merupakan anggota dari Uni untuk Mediterania setelah didirikan pada 2008.

2.Slovenia
Republik Slovenia (bahasa Slovenia: Republika Slovenija) adalah negara pesisir sub-Alpin di selatan Eropa Tengah berbatasan dengan Italia di sebelah barat, Laut Adriatik di barat daya, Kroasia di selatan dan timur, Hungaria di timur laut, dan Austria di utara. Negara ini adalah bagian Austria-Hongaria pada 1918 dan kemudian menjadi bagian Slovenes (Kroasia dan Serbia) pada 29 Oktober 1918-1 Desember 1918, Republik Federal Sosialis Yugoslavia (SFR Yugoslavia) dari 1945 hingga merdeka pada 1991. Negara ini menjadi anggota UE pada 1 Mei 2004. Dia juga merupakan anggota dari Dewan Eropa, NATO, dan status pengamat di La Francophonie.

3.Bosnia-Hezergovina
Bosnia dan Herzegovina, juga dikenal sebagai Republik Bosnia dan Herzegovina, adalah sebuah negara di semenanjung Balkan di selatan Eropa seluas 51.129 km² (19.741 mil2) dengan jumlah sekitar empat juta penduduk. Negara Bosnia dikenal dalam bahasa resminya sebagai Bosna i Hercegovina dalam huruf Latin dan Босна и Херцеговина dalam huruf Sirilik; namun biasanya, dipendekkan menjadi Bosnia, BiH atau БиХ .
Negara ini didiami oleh tiga kelompok etnik yang utama: Bosnia, Serbia dan Kroasia bahkan ada Muslim. Warga Bosnia secara umum dikenali sebagai Bosnians dalam bahasa Inggris tanpa memandang bangsa mereka. Pemerintahan negara ini dilakukan secara terpencar dan negara Bosnia sebenarnya terdiri dari persekutuan dua buah wilayah yang utama, yaitu, Federasi Bosnia dan Herzegovina dan Republika Srpska.
Batas negara adalah Kroasia di utara, barat dan selatan, Serbia di timur, dan Montenegro di selatan, Bosnia dan Herzegovina adalah sebuah negara yang dikelilingi oleh daratan kecuali pesisir pantai Laut Adriatik yang sepanjang 20 km yang berpusat di kota Neum. Pedalaman negara ini penuh dengan pegunungan dan juga sungai yang kebanyakan tidak bisa ditempuh. Ibukota yang sekaligus kota terbesar ialah Sarajevo.

4.Macedonia
Makedonia (wilayah), adalah wilayah di Semenanjung Balkan yang mencakup:Republik Makedonia, sebuah negara berdaulat, anggota PBB sejak 8 April 1993 dengan nama " "
oRepublik Sosialis Makedonia (1946–1991), sebuah unit federal Yugoslavia dan cikal-bakal Republik Makedonia
oVardar Makedonia, sebuah wilayah geografis yang kebanyakan termasuk dalam Republik Makedonia
Makedonia (Yunani) atau Makedonia Yunani, sebuah wilayah di Yunani yang dibagi menjadi tiga distrik administratif:
oMakedonia Barat
oMakedonia Tengah
oMakedonia Timur dan Thrake (hanya bagian barat saja)
Provinsi Blagoevgrad, yang secara tidak resmi disebut Pirin Makedonia, sebuah wilayah negara Bulgaria

5.Serbia
Serbia atau resminya Republik Serbia (bahasa Serbia: Република Србија atau Republika Srbija) adalah sebuah negara republik di tenggara dan pusat Eropa. Pada 2003 hingga 2006, Serbia bergabung dengan Montenegro dalam suatu persemakmuran yang dinamakan Uni Negara Serbia dan Montenegro dengan ibukota negara Belgrade. Serbia berbatasan dengan Hungaria di utara; Romania dan Bulgaria di timur; Republik Makedonia dan Albania di selatan; dan Montenegro, Kroasia, dan Bosnia-Herzegovina di sebelah barat.
Asal mula Serbia beranjak dari awal pertengahan abad ke-9. Kerajaan Serbia muncul pada abad ke-11, dan pada abad ke-13 menjadi Kekaisaran Serbia. Setelah 1918, Serbia merupakan anggota perintis Yugoslavia dalam beragam jenis (Kerajaan Yugoslavia, Republik Federal Sosialis Yugoslavia dan Republik Federal Yugoslavia).
Pada 21 Mei 2006, rakyat Montenegro menyelenggarakan pemilihan dalam bentuk Referendum Kemerdekaan Montenegro dan sebanyak 55,5 persen pemilih menginginkan kemerdekaan Montenegro. Selanjutnya pada tanggal 3 Juni, 2006, Parlemen Montenegro memproklamirkan kemerdekaan Montenegro, sehingga selanjutnya Montenegro menjadi sebuah negara sendiri.

6.Montenegro
Republik Montenegro (bahasa Serbia/bahasa Montenegro: Црна Гора / Crna Gora, dilafalkan /'t͡sr̩naː 'ɡɔra/, berarti "gunung hitam") adalah sebuah negara yang terletak di Eropa Selatan. Tepatnya berada di negara Balkan dan berbatasan dengan Laut Adriatik di selatan, Kroasia di barat, Bosnia dan Herzegovina dan Serbia di utara, dan Albania di selatan. Sebagai ibukota negara adalah Podgorica.


1 komentar:

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..