LAIN DULU LAIN SEKARANG
Dahulu
Pulau Nias, yang secara administratif masuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Utara merupakan sebuah pulau yang dapat dikatakan terpencil, mengingat masih minimnya infrastruktur komunikasi dan transportasi, jauh dari ibukota provinsi dan akses untuk menjangkau wilayah-wilayah di dalamnya masih sangat terbatas.
Etnis Nias memiliki berbagai tinggalan budaya yang khas. Salah satunya rumah adat Nias (termasuk tinggalan arkeologis) di Nias Selatan yang dijadikan sebagai warisan dunia sejak tahun 2000, 2002, 2004 dan 2006 oleh World Monument Fund (niasonline.net,2007), dan demikian juga Unesco pada tahun 2006 mengusulkan Nias sebagai salah satu situs warisan dunia (www.thejakartapost.com, 2007).
Pulau Nias yang berlokasi di sebelah barat Pulau Sumatera, sekitar 85 mil laut dari Kabupaten Tapanuli Tengah atau Kota Sibolga, menjadi surga selancar bagi para penggila surfing. Bagi penggemar ombak lautan dan peselancar, keindahan pantai Sorake dan Lagundri yang terletak di Kabupaten Nias Selatan (Nisel) menjadi tempat perburuan ketiga di dunia.
Rock Star adalah julukan para Surfer yg sangat kagum atas ombak di HILISATARO sebagai tempat untuk surfing yang paling yahud...!
Melihat karakteristik orang Nias, tak mengherankan jika situs megalitikum prasejarah masih tampak berdiri megah di Kecamatan Gomo. Situs itu diperkirakan telah berdiri lebih dari 3.000 tahun dan diyakini sebagai daerah awal mula penyebaran penduduk Pulau Nias. Perkampungan dengan rumah-rumah tradisional tampak masih utuh, asli, dan berdiri kokoh. Hal itu bisa dijumpai di Desa Bawomataluo dan Hilisimaetano. Tempat itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.
Karena keunikan budayanya, pada 2004, World Monument Fund melalui hasil penelitian UNESCO, menetapkan Omo Hada (rumah adat) di Desa Hilinawalo Mazingo, sebagai salah satu dari 100 situs dunia yang harus dilestarikan, seperti halnya Candi Borobudur, Taman Sari di Yogyakarta, dan Tanah Lot di Bali.
Sejak 1960-an, Kabupaten Nias memang terkenal sebagai penghasil ternak babi yang sangat besar. Bahkan, hasil ternak mereka dapat dijumpai pula di Singapura. Berternak babi merupakan usaha yang sangat terkait dengan adat istiadat di Kabupaten Nias.
Usaha pertanian tanaman pangan juga merupakan mata pencarian pokok penduduk Nias. Hasil pertanian mereka antara lain produksi tanaman pangan, seperti padi, palawija, dan hortikultura. Sebagian atau seluruh hasil pertanian itu dijual atau untuk menunjang kehidupan dan menanggung risiko. Komoditas andalan Kabupaten Nias lainnya adalah nilam. Komoditas nilam sempat mengalami booming pada 1997 hingga pertengahan 2000. Saat itu, harga minyak nilam pernah mencapai Rp 1,2 juta per kilogram. Ketika itu, kesejahteraan petani nilam di Kabupaten Nias sangat tinggi.
Pulau Nias juga memiliki potensi ikan luar biasa, baik ikan untuk dikonsumsi maupun ikan hias. Terdiri atas 132 pulau besar dan kecil, Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan menyimpan aneka ragam kekayaan sumber daya laut.
Terletak di sekitar garis khatulistiwa, rata-rata curah hujan di Kepulauan Nias cukup tinggi, yakni 260,00 mm per tahun. Akibat banyaknya curah hujan, kondisi alamnya pun sangat lembab dan basah. Musim hujan dan kemarau silih berganti dalam setahun.
Sekarang
Setelah bencana /tragedi beberapa tahun yang lalu, Nias merupakan salah satu daerah yang terkena dampak yang luar biasa. Kerugiannya cukup besar, mulai dari rusaknya situs Megalitikum (yang menjadi warisan budaya dunia) hancur berantakan, banyak rumah adat pula yang awalnya kokoh kini mengalami kerusakan disana-sini. Tidak hanya itu, potensi alam disana juga masih berantakan sehingga butuh proses pemulihan kembali. Masyarakat di Nias pun kini banyak kehilangan mata pencaharian sehingga ada sebagian penduduk Nias harus menyeberang pulau untuk mencari nafkah (dari beberapa informasi banyak yang akhirnya menjadi kuli, dan pembantu rumah tangga didaerah lain yang dekat dengan Pulau Nias).
Oleh karena itu, pada acara Upgrade Nias, Nias Expo 2009 yang diselenggarakan di taman rekreasi Wiladatika Cibubur pada tanggal 26 Desember 2009 mempunyai misi untuk memberikan informasi potensi-potensi yang ada di Nias saat ini dan memperingati tragedi Tsunami.
Banyak memang yang tertarik tetapi tidak sedikit pula yang memandang sebelah mata. Tetapi justru itulah tantangan kami untuk memberikan maksud dan tujuan acara kami ini, dengan dihadirkannya film dokumenter dan pameran foto tentang situasi nias saat ini, banyak pula yang sadar akan pentingnya melestarikan warisan nenek moyang kita, dan pada akhirnya kita dapat bersikap arif tentang kekayaan Nusantara ini.
Sekian
KISAH Team
0 komentar
Post a Comment
Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..