Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

HISTORIOGRAFI ISLAM


Historiografi Islam merupakan karya sejarah yang dituliskan oleh orang yang menganut agama Islam dari berbagai aliran, dimana historiografi Islam ditulis dalam bahasa arab walaupun ada juga yang ditulis menggunakan bahasa persia dan turki. Historiografi Islam pada awalnya ialah historiografi arab yang mulai berkembang sejak periode Islam pertama kali diperkenalkan oleh Nabi Muhammmad SAW hingga sampai sekitar abad ke-3. Tujuan historiografi Islam adalah untuk menunjukan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan, dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah.
Historiografi Islam berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan agama Islam dan kedudukan sejarah di dalam pendidikan Islam telah memberikan pengaruh yang menentukan tingkat intelektual penulisan sejarah. Perkembangan peradaban Islam merupakan pencerminan besar dalam sejarah. Beberapa hal yang mendorong perkembangan pesat bagi penulisan sejarah Islam antara lain adanya konsep Islam sebagai agama yang mengandung sejarah, dan adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh nabi Muhammad. Perkembangan sejarah Islam terjadi dalam 2 tahap. Pada awalnya informasi disampaikan secara lisan, kemudian metode penyampaian lisan tersebut dilengkapi dengan catatan tertulis yang tidak dipublikasikan.
Ada dua persoalan yang menjadi fokus utama dalam kajian historiografi Islam klasik, yaitu persoalan materi (kandungan isi) bahasan dan metodologi. Yang pertama berkaitan dengan dua persoalan yang saling berkaitan; persoalan politik oriented yang kemudian memunculkan sejarah politik dan materialisme sejarah. Sedangkan yang kedua berkaitan dengan penggunaan periwayatan (hadith), hauliyat (sejarah berdasarkan tahun) sebagai metode dalam penulisan histoiografi Islam klasik.
Secara konseptual, konsep sejarah Islam klasik yang dibangun oleh para sejarawan awal Islam mengacu kepada pandangan bangsa Arab pre Islam (Jahiliyah) tentang sejarah sebagai suatu peristiwa penting, elitis dan politik. Konsep ini melestarikan corak penulisan sejarah awal Islam yang sarat dengan tema-tema politik, sehingga penulisan sejarah politik menjadi main stream dalam karya-karya kesejarahan awal Islam. Dari sisi sumber rujukan pula, ternyata sumber-sumber primer yang menjadi rujukan utama para sejarawan awal Islam dalam penulisan karya sejarah mereka mayoritasnya berasal dari dokumen- dokumen politik. Para sejarawan awal Islam, seperti Ibn Ishaq, al Wakidi dan al Tabari selain terpengaruh oleh konsep dan sumber- sumber kesejarahan Islam yang berasal dari dokumen dokumen politik, pada saat yang sama mereka memiliki hubungan timbal balik dengan kerajaan/raja (Bani Umayyah dan Abbasiyah) dan terpengaruh pula oleh pandangan dunia dan mazhabnya. Hubungan timbal balik antara kerajaan dan para sejarawan itu terdapat dalam hubungan yang saling memerlukan di antara kerajaan atau raja dan sejarawan, pengaruh kerajaan atau raja terhadap sejarawan dan corak penulisan sejarah yang berpusat pada kerajaan. Sedangkan hubungan timbal balik antara sejarawan dan pandangan dunianya ialah keterlibatan teologi (mazhab keagamaan) dan pengaruhnya terhadap karya sejarawan tersebut. Kesemua hubungan ini memberikan kontribusi pula terhadap corak penulisan sejarah Islam klasik yang politik oriented, sehingga frame work dalam penulisan sejarah Islam klasik tidak pernah lepas dari main stream sejarah politik.

Bentuk dan Isi Karya Sejarah
Dalam tradisi Arab sebelum masa Islam telah menekankan unsur fakta yang kongkret dalam penulisan sejarah, terlepas dari lingkungannya dan sedapat-dapatnya tidak dapat mengalami perubahan oleh proses berpikir manusia. Bentuk dasar dari karya Islam merupakan pernyataan sederhana, peristiwa-peristiwa lepas, tanpa bobot, walaupun aneka ragam, penonjolan watak, semua disusun sekaligus, tanpa suatu penjelasan mengenai sebab akibatnya, telah menjadi suatu bentuk dasar dari karya sejarah Islam.

Kronik
Merupakan penulisan sejarah berdasarkan urutan penguasa dan tahun-tahun kejadian. Kronik dapat ditambah dengan hal-hal baru dalam bentuk suplemen (dyal atau ekor). Karya sejarah yang menggunakan kronik misalnya karya Khalifah ibn Khayyat, karyanya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan hayatnya yang ditulis dalam bahasa Arab.

Biografi
Biografi disusun dalam kelompok yang disebut “tabaqah”. Karya ini mencakup sejarah hidup orang-orang besar, tokoh-tokoh terkemuka dan orang penting yang telah meninggal. Sejak abad ke-10, penyusunan biografi menurut abjad merupakan cara yang diutamakan. beberapa karya biografi antara lain al-Dzahabi dalam kitabnya Tarikh al-Islam wa thabaqat masyahir al a”lam yang menunjukan tanggal lahir bagi nama-nama yang dicantumkan dalam kitabnya.

Sejarah Umum
Pada akhir abad ke-9, sejarah politik dikaitkan dengan sejarah pemikiran dan mulai membicarakan berbagai gejala penting dari peradaban-peradaban yang dikenal. Karya-karya tersebut diantaranya karya sejarah dari al-Yaqubi, berjudul Tarikh al-Yaqubi yang disebarkan oleh Goutsma di Leiden pada tahun 1883. pada jilid pertama mengenai sejarah purbakala sejak nabi Adam sampai pada masa agama Islam. Dalam karya ini dimasukkan juga sejarah Israel, Hindu, Yunani, Romawi, Persia.

Analitik
Analitik berasal dari kata dasar anno (tahun). Historiografi dalam bentuk analitik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan menggunakan kronologis, yaitu pencantuman kejadian tiap tahun. Biasanya dimulai dengan kalimat “dalam tahun pertama” atau “ketika masuk tahun kesembilan”. Penyajian dalam bentuk ini sepenuhnya berkembang pada masa al-Thabari (wafat 310 H). Karya sejarah permulaan terbit pada dasawarsa pertama abad ke-10 M dan diteruskan sampai tahun 915 M.
Al-Thabari bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid al-Thabari al-‘Amuli, adalah seorang penulis sejarah yang terkemuka. Namun pada masanya beliau lebih dikenal sebagai ahli fiqih, bahkan Ibn Nadhim menyejajarkannya dengan imam Malik dan Syafi’i. Dalam perjalanan hidupnya, banyak kitab yang telah dikarang, seperti Tarikh al-Umam wa al-Muluk, Adab al-Manasik, Adab al-Nufus dan Tahdzib Atsar. Yang masih diperdebatkan adalah tentang afiliasi politik al-Thabari terhadap Syi’ah Rafidhah.
Namun, sebelum al-Thabari juga telah berkembang penulisan dalam bentuk analitik, misalnya: (1) Sejarah Khalifah Ibn Hayyat yang ditulis sampai tahun 847 M sebagai bentuk analitik yang memulai uraiannya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sirah nabawiyah, (2) Kitab sejarah dari Ya’qub ibn Sufyan (wafat 891 M) yang ditulis berdasar urutan tahun dengan beberapa kutipan. (3) Sejarah dari Ibn Abi Haitsamah (wafat 893 M).
Mu’in Umar menjelaskan, secara teori penulis-penulis muslim lebih dahulu berkenalan dengan penggunaan data sejarah dan sejak diperkenalkan tahun Hijriyah, mereka sampai pada kesimpulan bahwa bentuk analitik merupakan cara yang sangat menyenangkan dalam penyajian sejarah. Karena kepraktisan dan muatan isi penulisan yang lebih padat. Mungkin itu yang dijadikan alasan.
Contoh bentuk analitik ini, di antaranya ditunjukkan oleh Ibn Hajar yang berjudul al-Durar al-Kaminah fi A’yan al-Miati al-Saminah yang menyajikan biografi tokoh-tokoh terkemuka, termasuk guru-gurunya yang disusun menurut hijaiyah yang terdiri dari dua bagian, pertama disajikan menurut riwayah dan kedua dengan cara dirayah, sesuai tahun mereka meninggal.
Penulisan bentuk analitik, awalnya menggunakan klasifikasi tahun, sementara penyebutan bulan sangat sedikit. Terjadi pengecilan scope lintasan waktu, pada abad 14 dan 15 pasca Kristus, pengecilan itu mencapai hitungan bulan dan hari. Sedangkan kristalisasi historiografi seratustahunan (seabad) berlaku sampai akhir abad ke-13 masehi. Untuk pertama kali, perkataan “qarn” (abad) muncul dalam judul yang berhubungan dengan abad itu, misalnya karya Ibn al-Fuwaithi dan Lisanuddin ibn al-Khatib.

Para Sejarawan
Sebagian besar karya-karya historiografi Islam tidak lepas dari jasa sarjana-sarjana yang telah terdidik dalam ilmu-ilmu agama. Kegiatan penulisan mereka menyangkut pada penulisan sejarah yang membentuk dirinya menurut kesadaran Islam sebagai sejarahwan.
a.Sejarawan Istana
Sejarawan professional di Istana merupakan bagian penting di beberapa Istana. Meskipun jumlah mereka tidak banyak tetapi mereka berjasa dalam menghasilkan karya-karya terbaik dalam sejarah Islam. Misalnya pada akhir abad ke 10 sejarawan Mishkawayh dan Hilal as-Sabi yang merupakan pejabat pemerintah berhasil dan dapat memahami filsafat dan ilmu-ilmu non agama. Dan Imad ad-Din al-Isfahani, karyanya adalah Barg ash’sha’bi yang merupakan contoh terbaik dari suatu memoir sejarah. Karya ini merupakan model dari suatu karya besar historiografi diplomatis dalam Islam.
b.Sejarawan Amatir
Para penguasa yang menulis karya-karya sejarah dan memoir dapat dikatakan sebagai sejarawan amatir. Sebagian besar karya-karya ini menyangkut silsilah (genealogi).
c.Sejarawan Profesional
Merupakan orang-orang yang mengabdikan dirinya dalam menyusun karya-karya sejarah dan menganggap diri mereka sebagai sejarawan. Beberapa sejarawan professional antara lain Al-Mas’ud dan Al-Magrizi (1442).

Historiografi Islam Kontemporer
Bentuk lama penulisan sejarah masih terus bertahan sampai sekarang ini, terutma di bagian dunia Islam yang masih tertutup rapat. Ketika terjadi benturan antara Barat dan Timur yaitu dimulainya ekspedisi Napoleon ke Mesir, seorang Sejarawan Mesir al-Jabarti menuliskan kronik sejarah yang cukup menarik yang berisi hubungan antara Barat dan Timur.
Pada abad ke-19 terdapat beberapa terjemahan karya-karya barat yang pernah terkenal. Sekarang ini banyak sejarawan Islam yang memperoleh pendidikan barat dalam latihan ilmiah dan metodologi. Mereka mulai menerbitkan karya-karya sejarah penting, seperti biografi, sosial, dan ekonomi mengenai sejarah Islam masa lampau. Pada abad itu pula Sejarawan muslim tertarik dalam menulis suatu aspek Sejarah yang tidak secara langsung tidak menyangkut dunia Islam.
Pada abad ke-20 seiring dengan kondisi sosial, politik dan juga kolonialisme yang terjadi di dunia Islam, telah menjadi fokus of interest para Sejarawan islam untuk menulis sejarah tersebut. Penulisan Sejarah Islam pada abad ini cenderung untuk menghidupkan studi-studi masa lampau yang jaya dari Islam, sebagai sumber yang tak habis-habisnya untuk membangun moral bangsa dan memperkokoh kaum nasionalis. Kecendrungan ini dikembangkan oleh penulis yang mempergunakan bakat sastranya untuk menggarap tema sejarah seperti yang dilakukan Muhammad Husayn Haykal dan Mahmud Abbas al-Akkad.
Sejarah historiografi Islam kontemporer secara umum ditulis oleh Franz Rosenthal adalam satu karyanya A History of Muslim Historiography. Karya ini banyak memberikan pengaruh besar dalam menelusuri sejarah penulisan sejarah Islam. Karya lain mengenai historiografi Islam ditulis oleh seorang intelektual muda India yaitu Nizar Ahmed Faruqi yang berjudul Early Muslim Historiographi yang terbit tahun 1979. karya tersebut merupakan disertasi yang menyajikan bahan-bahan penulisan sejarah pada permulaan Islam dan dapat dikatakan sebagai dokumentasi yang menyajikan perspektif penulisan sejarah pada permulaan Islam (612-750).
Karya lain yang dapat dijadikan bahan studi historiografi Islam adalah tulisan J.H Kramers yang berjudul “ Historiography among the Osmani Turks”. Dan H.A.R Gibb dengan judul Tarikh yang terdapat dalam Encyclopedia of Islam dan Studies on the Civilization of Islam yang terbit di London tahun 1962.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..