Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

Terusan Suez, Letak dan Arti Penting Bagi Dunia


Terusan Suez (bahasa Arab, Qana al-Suways) pada dasarnya walaupun pada abad yang sudah mengenal angkutan udara dan ruang angkasa sekalipun, Terusan Suez tetaplah diperlukan. Hal tersebut terbukti dengan masih dilakukannya komunikasi angkutan laut terutama yang melalui Terusan Suez yang dibuka pada tahun 1869 tersebut.
Pada tahun 1887, dibuatlah kesepakatan, bahwa Terusan Suez dapat terus digunakan, baik dalam situasi / zaman damai maupun zaman perang, hal ini dilakukan mengingat nilai strategisnya yang besar dan merupakan sumber finansial bagi yang memilikinya. Hal ini terlihat dari sering terjadinya sengketa intern menyangkut masalah penguasaan Terusan Suez tersebut. Dalam hal ini berarti menguasai Terusan Suez berperan menguasai pintu gerbang menuju Asia, benua yang menjadi incaran negara-negara imperalis Eropa. Bahkan sebagai alat penghubung antara Eropa dan Asia pulalah yang membuat betapa pentingnya Terusan Suez bagi negara-negara imperalis pada saat itu. Dengan menguasai Terusan Suez, maka semakin besarlah kesempatan mereka melancarkan pengaruhnya ke Negara-negara Asia. Mencoba memperluas wilayah jajahannya untuk kepentingan negara masing-masing. Terutama untuk keperluan industri sebagai produsen produksinya dan menjadi prioritas utama para negara imperalis untuk perkembangan perekonomian negaranya.

a. Letak Geografis Daerah Terusan Suez
Daerah Suez sejak zaman dahulu merupakan daerah wilayah Mesir. Bersama-sama dengan jazirah Sinai, daerah Suez merupakan daerah yang memiliki letak yang strategis. Yaitu terletak di titik silang lalu lintas internasional yang menghubungkan negri-negri di wilayah Asia dengan negri-negri di wilayah Afrika Uatara. Tidak hanya itu, Suez juga menghubungkan daerah perairan Laut Tengah dengan perairan Laut Merah, yang langsung berhubungan dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Kedua wilayah ini sangat penting bagi Negara Mesir, yaitu sebagai pintu gerbang masuk dari arah daratan Asia, dan tempat memintas para pedagang dari perairan Laut Tengah menuju perairan Laut Merah. Dan sejak tarikh masehi, telah berkembang lalu lintas perdagangan di dua perairan tersebut dan Samudra Hindia.
Sekitar tahun 150 M, para pedagang Mesir dan Yunani bertolak dari Laut Merah menuju ke Teluk Persia. Dari sini kapal-kapal tersebut meneruskan perjalanan menuju ke India dan ke arah timur sampai ke Indonesia. Dalam abad ke-9, pelaut-pelaut bangsa Arab telah mengenal pelayaran dan perdagangan langsung ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Pada abad ke-12, hubungan perdagangan antara Eropa dan Timur Tengah mulai hidup kembali, yaitu sebagai pengaruh dari terjadinya peristiwa Perang Salib. Sesudah itu perkembangan perdagangan dan pelayaran dari Eropa menuju Dunia timur menjadi lebih ramai lagi sejak penjelajahan samudra dan penemuan daerah-daerah baru dalam abad ke-15 dan masa-masa berikutnya.
Penggalian terusan dimulai pada tanggal 25 April 1859. Setelah sempat terhenti dalam usaha penggalian terusan ini, akhirnya terusan Suez selesai digali dalam tempo 10 tahun (1859-1869). Dengan panjang 168 km, lebar antara 80-125 meter dan dengan kedalaman 11-13,5 meter.

Arti Penting dan Pengaruh Terusan Suez Bagi Dunia
Hubungan perdagangan antara Eropa dan Dunia Timur Tengah hidup. Apalagi dengan munculnya industri yang pesat di Eropa berakibat pula meningkatnya volume perdagangan antara Eropa dan Dunia Timur, khususnya dengan Asia Tenggara dan Asia Timur, yang ditandai dengan dilakukannya penjelajahan-penjelajahan samudra dan adanya penemuan-penemuan daaerah-daerah baru dalam abad ke-15 dan masa-masa berikutnya.
Segenap lalu lintas pelayaranini menempuh jalan laut Tanjung Harapan I ujung Benua Afrika, sehingga merupakan perjalanan yang sangat jauh dan berbahaya. Kesemuanya ini lah yang mendorong pemikiran orang untuk mencari jalan lain yang lebih singkat dan lebih menguntungkan. Yaitu dengan menggali Terusan Suez yang menghubungkan perairan Laut Tengah dan perairan Laut Merah. Akibatnya, Terusan Suez pun menjadi urat nadi perhubungan lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara Eropa dengan Dunia Timur yang terdekat, yaitu melalui perairan Laut Tengah. Karena perannya ini, maka Terusan Suez memiliki peranan yang sangat vital bagi kepentingan semua bangsa di dunia.
Di awal pembukaan Terusan Sueaz pada tahun 1869, saham atas terusan ini sebanyak 44% berada di tangan Mesir, sedangkan sisanya berada di tangan umum serta diperjualbelikan pada negar-negara lain
Peristiwa pembukaan Terusan Suez ini pun membawa akibat dan pengaruh yang luas. Pertama-tama memindahkan jalan pelayaran perdagangan dunia dari Eropa ke Asia Timur yang semula melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan, sekarang melalui perairan Laut Tengah, Terusan Suez dan Laut Merah. Peristiwa ini menimbulkan pengaruh lebih lanjut, khususnya dalam bidang ekonomi yang antara lain :

Terusan Suez penting sekali artinya bagi dunia:
1.Memindahkan jalan besar perdagangan Eropa – Asia, dulu melalui Afrika Selatan, sekarang melalui Laut Tengah dan Laut Merah, akibatnya ialah:
a.Negara-negara Laut Tengah hidup kembali dalam lapangan perdagangan dunia, karena terletak kembali ditepi jalur besar perdagangan dunia. Sejak jatuhnya konstantinopel dalam tangan Turki (1453) dan ditemukannya jalan laut melalui Afrika Selatan, maka negara-negara Laut Tengah agak dilupakan dalam perdagangan dunia. Dengana hidupnya kembali peradagangan dunia di Laut Tengah ini, berkembang pula lah kota-kota pelabuhan seperti Gibraltar, Barcelona, Marseilla, Genoa, Venesia, Napels, Malt, Athena, Istambul, Siprus dan sebagainya.
b.Pantai dan daerah Afrika Utara menjadi rebutan imperialisme Barat. Seperti, Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia dan Mesir. Negara-negara ini menjadi lebih penting lagi setelah ditemukannya hasil-hasil mineral terutama minyak bumi seperti di Aljazair dan Libia. Dalam hal ini Mesirlah yang mendapat perhatian istimewa, karena di negara inilah terletak Terusan Suez.
c.Selat malaka menjadi penting karena menjadi jalan besar perdagangan Eropa-Asia.

2.Memperpendek dan mempermudah hubungan antara Eropa dan Asia, ini mengakibatkan :
a.Perdagangan Eropa-Asia lebih besar dan ramai
b.Faham-faham barat mudah masuk Asia, yang akhirnya dianut di Asia, hingga mempercepat proses Eropanisasi bangsa Asia.
c.Faham-faham baru lebih mudah masuk Asia. Lebih mudah dan lebih banyak juga orang-orang Asia pergi ke Eropa dalam rangka belajar, mengenal keadaan Eropa, faham-faham Eropa, dan sekembalinya ke tanah air mereka menyebarkan faham-faham tersebut hingga mempercepat timbulnya nasionalisme di Asia.

3.Terusan Suez merupakan urat nadi hubungan Eropa-Asia. Tanpa Asia, Eropa sukar berkembang, dan ini tergantung kepada Terusan Suez. Tetapi sebaliknya Asia tanpa Eropa sukar juga dapat maju. Karena itu Terusan Suez sangat penting bagi kepentingan dunia, dan karena itulah Terusan Suez diberi status Internasional.
Hal ini terjadi pada Konferensi Istambul yang diselenggarakan pada tahun 1888 dan dihadiri oleh Negara-negara pemilik saham dan Negara-negara lain yang banyak menggunakan jasa-jasa dari Terusan Suez. Perjanjian Konstantinopel/ Konferensi Istambul dihadiri oleh Negara Inggris, Jerman, Austria, Hongaria, Spanyol, Perancis, Italia, Belanda, Rusia, Turki dan Mesir. (29 Oktober 1888 juga disebut Suez Canal Convention), menetapkan :
a.Terusan Suez harus tetap terbuka untuk semua kapal-kapal dagang ataupun perang dari semua negara, baik dalam keadaan damai maupun perang.
b.Tidak boleh mengadakan blokade terhadap Terusan Suez
c.Tidak boleh mengadakan serangan kepada Terusan Suez

Peranan dari Terusan Suez sendiri menyangkut kepentingan dan kebutuhan sebagian besar bangsa-bangsa di dunia. Sehingga pada akhirnya Terusan Suez yang sangat vital ini diberi status international. Hal ini terjadi pada Konferensi Istambul yang diselenggarakan pada tahun 1888 dan dihadiri oleh Negara-negara pemilik saham dan Negara-negara lain yang banyak menggunakan jasa-jasa dari Terusan Suez. Yang kemudian menghasilkan persetujuan-persetujuan yang dijadikan sebagai jaminan tentang kebebasan berlayar di Terusan Suez.

Mesir dari Pemerintahan Turki sampai Perang Dunia I
a.Mesir di bawah kesultanan Turki Usmani
Kesultanan Turki Utsmani ini memasuki zaman kejayaannya di bawah beberapa sultan. Salah satunya adalah Sultan Selim I (1512-1520) secara dramatis memperluas batas wilayah kesultanan dengan mengalahkan Shah Dinasti Safavid dari Persia, Ismail I, di Perang Chaldiran. Selim I juga memperluas kekuasaan sampai ke Mesir dan menempatkan keberadaan kapal-kapal kesultanan di Laut Merah. Bicara tentang Mesir, yang merupakan negara dengan kebudayaan yang sangat panjang dan tua. Meskipun Mesir dari segi geografis termasuk wilayah Afrika, namun dari segi sejarah dan budya Mesir merupakan bagian yang terpisahkan dari Asia Barat. Mesir pernah mengalami beberapa pemerintahan asing. Sebelum Mesir berada di bawah kerajaan Turki Utsmani, Mesir pernah mengalami pemerintahan dibawah Arab ( 642 – 1517 ), sejak diduki Arab, kebudayaan mesir asli mulai digantikan oleh kebudayaan Arab sampai sekaran ini.
Mesir dikuasai oleh Turki Osmani tahun 1517 dimasa pemerintahan Sultan Salim I. Mamluk menginginkan mendapatkan kekuasaan atas Mesir, amun datang hal yang tidak terduga pada Juli 1798 yaitu Perancis yang masuk ke Mesir dan mendarat di Iskandaririyah yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Tujuan dari Perancis adalah untuk melancarkan serangan hebatpada kerajaan Inggrisdengan cara memutus jalur komunikasinya dengan wilayah timur, sehingga Perancis memiliki daya tawar untuk menguasai dunia. Namun kekalahan pada pertempuran di Iskandariyah (21 Maret 1801), menggagalkan ambisi Napoleon di Timur dan membuat pasukan Perancis harus meninggalkan Mesir. Wilayah Mesir yang merupakan wilayah di bawah kekuasan Turki Utsmani yang hanya memainkan peranan kecil dalam percaturan dunia, yaitu sebagai sumber upeti bagi Turki dan markas operasi untuk memelihara dominasi Turki Utsmani di Suriah dan Arab, tiba-tiba terseret dalam politik internasional sebagai gerbang menuju India dan wilayah Asia Lainnya.

b.Modernisasi Mesir
Kedatangan Napoleon ke Mesir menjadi suatu peristiwa penting yang menandai munculnya zaman baru dalam berbagai bidang yang berbeda dengan masa lalu. Perancis dibawah Napoleon saat mendatangi Mesir bukan hanya membawa pasukan, pasukan Napoleon tersebut membawa mesin cetak berbahasa Arab yang ia rampas dari Vatikan. Perancis akan menggunakan mesin cetak tersebut untuk mencetak lembaran-lembaran propaganda dalam bahasa Arab. Mesin cetak itu merupakan mesin pertama yang dikenal di daerah lembah sungai Nil. Berawal dari mesin itu, dunia percetakan di Mesir menjadi berkembang pesat.
Didalam tubuh turki ada seseorang yang memiliki peranan besar dalam mengusir Napoleon dari negeri Mesir, yaitu seorang pejabat bernama Muhammad Ali dan diangkat sebagai Pasya ( gubernur ) Mesir pada 1805. Selain itu Pasya Ali merupakan seorang tokoh yang penuh inisiatif, semangat dan visi yang dia tujuakan untuk pembangunan Mesir. Pasya Ali memulai melakukan penyuluhan tentang pentinggnya menggunggulkan produk-prodek dalam negeri. Hal ini merupakan salah satu usaha nasionalisme pertama yang terjadi di dunia Arab.
Pasya Ali terus membangun negerinya dengan mengadakan modernisasi dalam berbagai bidang diantaranya :
1.Modernisasi angkatan perang Mesir.
Angkatan laut yang berada di Alexanria dibangun secara modern. Tentara dilatih secara baik dan modern oleh seorang kolonel Perancis Seves.
2.Modernisasi pendidikan.
Disamping Al-Azhar sebagai perguruan tinggi agama, diadakan sekolah-sekolah rendah, menengah, tinggi dan militer secra barat. Mahasiswa-mahasiswa mesir dikirim keluar negeri untuk mempelajari ilmu pengetahuan bagi negerinya.
3.Modernisasi pertanian.
Dibuatnya pengairan yang modern untuk memperluas daerah pertanian. Dianjurkannya untuk menanam bahan-bahan yang dibutuhkan oleh pasar luar negeri untuk mendapatkan keuntukan bagi pembangunan negeri.
4.Industri mulai diadakan.
Pabrik-pabrik pintal dan tenun ( wol dan kapas ) didirikan di Kairo oleh seorang Perancis bernama jumel.
Dalam melaksanakan modernisasi ini, Muhammad Ali banyak menggunakan tenaga-tenaga Perancis. Lebih-lebih setelah Napoleon jatuh (1815), banyak tenaga Perancis terutama militer yang meninggalkan Perancis untuk mencari pekerjaan diluar Perancis. Modernisasi ini merupakan benih pertama dari Mesir modern, dan Muhammad Ali dapat disebut sebagai penumbuh Mesir Baru.

Dampak Modernisasi Mesir
1.Mesir Menjadi lebik kuat dari Turki
Setelah mengalami modernisasi, Mesir menjadi lebih kuat dari penguasa nya yaitu Turki, ini dibuktikan dalam :
a.Ekspedisi tehadap kaum Wahhabi di Arabia ( 1811 - 1818)
Pada tahun 1803 kaum Wahhabi memberontak Turki dan merebut Mekah dan Madinah dari tangan Turki dan kemudian mengancam Syria. Sultan Turki Mahmud II 1808-1839 memerintahkan mesir untuk menindas pemberontakan Wahhabi itu. Dibawah pimpinan Ibrahim Pasha, putra Muhammad Ali seorang militer yang ulung, tentara Mesir menyerbu Arabia dan menindas kaum Wahabi (1818). Arabia menjadi daerah pengaruh Mesir.
b.Mesir menduduki Sudan ( 1820 – 1822 )
Ketika itu terdengar cerita cerita tentang adanya emas di Sudan. Muhammad Ali memerintahkan tentaranya dibawah Defender Bey untuk menyerbu Sudan dan mendudukinya. Pada tahun 1822 Sudan berhasil diduduki. Sebagai ibu kota Sudan Defender Bey mendirikan Kahartum. Dan sejak itu Sudan menjadi milik Mesir.
c.Perang Kemerdekaan Yunani ( 1821 – 1829 )
Pada tahun 1821 Yunani ( ketika itu daerah Turki ) memberontak Turki untuk memerdekakan diri, Turki tidak dapat menindas pemberontakan tersebut dan meminta bantuan pada Mesir dengan janji akan diberikan pulau kereta dan Morea daerah Yunani Ibrahim Pasha mendarat dengan tentara Mesir di Navarino. Ketika Ibrahim Pasha berhasil menghentikan pemberontakan datanglah Rusia, Perancis, Inggris membantu Yunani.Angkatan laun Inggris, Perancis, Rusia menghancurkan angkatan laut Mesir dan Turki di Navarino. Muhammad Ali terpaksa mengadakan perjanjian dengan Inggris dan Perancis ( 1828 ) dan menarik kembali tentara Mesir dari Yunani. Sedangkan terpaksa mengadakan perajanjian dengan Rusia ( 1829) dan pada konferensi London 30 November 1829 menetapkan kemerdekaan Yunani.
Peristiwa-peristiwa tersebut membuktikan bahwa Mesir lebih kuat dari Turki maka timbulah keinginan untuk merdeka.

2.Mesir ingin merdeka dari Turki

Bila Turki tidak dapat menghadapi Yunani, mustahil ia dapat menghadapai Mesir, jika mesir memberontak. Pasti Turki akan runtuh dan Mesirlah yang akan menggantikan kedudukan sebagai negara besar. Sejak saat itu, Mesir mencari-cari sebab untuk menjatuhkan Turki.
Perang Mesir - Turki I ( 1832 – 1833 )
Mesir menuntut Syria sebagai pengganti Morea yang dijanjikan Turki kepada Mesir, dalam perang kemerdekaan Yunani. Turki menolak. Ibrahim Pasha menyerbu Syria dan merebutnya dari tangan Turki. Tentara Turki terbukti bukan lawan Mesir dipertempuran Koniah. Tentara Turki Hancur. Rusia membantu Turki, Inggris dan Perancis membantu Mesir. Suasana menjadi tegang dan diadakannya konferensi Kutahiah (1833) menetapkan:
1, Syria diberikan kepada Mesir
2, Mesir menarik kembali tentaranya
3, Rusia, Inggris, Perancis keluar dari daerah Turki

Perang Mesir – Turki II ( 1839 – 1840 )
Penyebab dari perang ini adalah Inggris mendapat persetujuan dari Turki untuk membuat jalan kereta api dari Syria ke Teluk Persia dan dari Kairo ke Laut Merah. Mesir menolak persetujuan tersebut, karena berhubungan dengan wilayah Mesir. Namun Inggris dan Turki menjawab bahwa Mesir adalah vasal Turki dan Turkilah yang sebenarnya yang berdaulat atas daerah tersebut.
Perancis menganjurkan Mesir untuk memerdekakan diri, Turki juga telah merasa bahwa Mesir akan memerdekakan diri apabila Mesir merdeka, berarti tenggelamnya Turki. Ketika Mesir menolak kesepakatan Turki dan Inggris, Turki terus menyerbu Syria namun tentara Turki dapat dihancurkan Mesir di Syria. Inggris membentuk blok untuk menghadapi Mesir yang didukung Perancis , blok tersebut antara lain Inggris, Rusia, Austria, Prusia untuk menghadapi Perancis. Raja Louis Pilippe merasa takut dan memerintahkan Perancis untuk mundur dari masalah tersebut. Dalam hal ini tidak mungkin lagi Mesir untuk menang, Inggris menyerbu Syria, Ibrahim Pasha terpaksa mundur ke Mesir.

Terjadilah Kenferensi Alexandria (1840) antara Inggris dan Mesir dan menetapkan:
1, Mesir melepaskan Syria
2, Mesir tetap vasal Turki
3, Muhammad Ali dan keturunannya akan turun temurun memimpin Mesir.

3.Dampak dalam segi kebudayaan dan kepribadian
Sejak diadakannya konferensi Alexandria (1840) antara Inggris dan Mesir, kekuasaan Inggris mulai masuk di Mesir dan perlahan-lahan hingga akhirnya Mesir menjadi jajahan Inggris. Sebaliknya pengaruh Perancis terus-menerus merosot di Mesir, hingga sekarang tinggal sisa-sisanya saja yaitu tata negara dan bahasa. Modernisasi tersebut juga memberikan dampak yang negatif dalam tubuh Mesir. Kebudayaan dan juga kepribadian Mesir yang dahulunya adalah Islam, mulai terkikis dengan adanya modernisasi tersebut. Mulai masuknya budaya-budaya sekuler yang memisahkan antara kehidupan agama dengan pemerintahan,

Pembangunan Terusan Suez
Usaha penggalian Terusan Suez merupakan pemikiran yang telah lama diusahakan, yaitu sejak abad ke-13 SM, oleh raja Ramses II. Tetapi usaha raja ini gagal karna terusan yang digali tersebut tertimbun kembali oleh pasir yang selalu bertiup dari arah gurun pasir sekitaranya, serta akibat pengendapan Lumpur dari muara Sungai Nil.
Ketika Napoleon Bonaparte berhasil menduduki daerah delta sungai Nil, ia juga berkeinginan membuat terusan yang juga menghubungkan Laut Tengah dengan Laut Merah tersebut, untuk memberi jalan pada armada lautnya agar dapat terus berlayar menuju India yang merupakan daerah penting bagi perdagangan dan perekonomian Inggris, yang pada saat itu merupakan saingan negara Perancis.Usaha Napoleon ini ternyata juga mengalami kegagalan karena adanya perbedaan permukaan air Laut Merah, aliran sungai Nil dan Laut Tengah yang sangat besar. Adalah tidak mungkin dua buah lautan yang besar dapat diperhubungkan hanya dengan saebuah terusan saja. Namun demikian, cita-cita dan usaha Napoleon ini mendapat perhatian dunia untuk benar-benar menghubungkan dua perairan tersebut.
Dengan munculnya industri yang pesat di Eropa berakibat pula meningkatkan volume perdagangan antara Eropa dengan Dunia Timur terutama dengan India, Asia Tenggara dan Asia Timur yang justru merupakan daearah penghasil bahan industri dan sekaligus sebagai daerah-daerah pemasaran hasil industri tersebut. Lalu lintas pelayaran antara Eropa dengan negara-negara di Benua Asia tersebut terus meningkat, dan semua ini harus menempuh jalan laut Tanjung Harapan di penghujung selatan Benua Afrika. Sehingga merupakan perjalanan yang sangat jauh dan berbahaya. Hal ini lah yang mendorong pemikiran orang untuk mencari jalan lain yang lebih singkat dan lebih menguntungkan, yaitu degan menggali Terusan Suez yang menghubungkan perairan Laut Tengah dan Laut Merah.
Pada pertengahan abad ke-19 pihak Perancis mengajukan rencana penggalian Terusan Suez, tetapi ditolak oleh Kadif Mesir Muhammad Ali, karna khawatir akan mengurangi kedaulatan dan kemerdekaan Mesir sendiri. Baru pada masa pemerintahan penggantinya, yaitu Kadif M. Said Pasya, dan pada tahun 1854 Ferdinand Vicomte de Lesseps, seorang insinyur dan diplomat Perancis di Mesir mendapat konsesi dari Mesir untuk menggali terusan suez. Kemudian di Perancis di bentuk sebuah maskapai Compagnie Universelle du Canal Maritime de Suez untuk melaksanakan konsesi tersebut ( Mesir mendapat 44% dari jumlah saham, sedangkan sisanya dijual kepada umum ) pada tahun 1859 penggalian Terusan Suez dimulai dan selesai pada tahun 1869.
Berbekal konsesi kadif raja muda Mesir itu, pada 1855 Lesseps mengadakan pertemuan di Paris dengan mengundang para insinyur Eropa yang terkenal. Ia berhasil mengajak mereka mendukung rencananya. Sedangkan untuk keuangannya, dengan berani dia mengajak warga Prancis menandatangani kredit pinjaman pembuatan kanal. Ini semua berhasil dia peroleh dengan mulus dan alam juga seakan tidak mengalangi rencananya seperti kemudian yang dia alami di Panama. Dengan mudah ia bisa mengerahkan 1.600 ekor unta untuk mengangkut air minum bagi 25.000 orang pekerjanya. Juga ketika suatu saat sebagian besar pekerja banyak yang mengundurkan diri akibat wabah kolera, Lesseps menganggapnya hanya pukulan sementara.
Peresmian Terusan Suez pada 1869 dirayakan dengan pesta besar-besaran. Komponis terkenal Verdi sampai khusus menciptakan Aida untuk merayakan ini. Sementara Lesseps dielu-elukan sebagai orang Prancis kedua terbesar abad itu setelah Napoleon.
Ketika Terusan Suez di bangun Inggris selalu merintanginya, karena ini dipandang sebagai usaha Perancis untuk berpengaruh kembali di Mesir, dan diartikan pula sebagai ancaman terhadap kedudukan Inggris di India. Tetapi ketika Terusan Suez menjadi kenyataan Inggris tidah dapat berbuat apa-apa kecuali berusaha untuk menguasainya. Kesempatan itu akhirnya datang juga, Kadif Ismail ( 1863-1879 ) membutuhkan uang karena keuangan Mesir sedang buruk karena dihambur-hamburkan olehnya dan iya ingin menjual saham Suez yang dimiliki Mesir. Segera inggris membeli saham tersebut, namun Kadif Ismail masih saja menghambur-hamburkan uang Mesir, yang mengakibatkan kas Mesir habis melihat situasi tersebut Inggris dan Perancis segera meminjamkan uang sebanyak-banyaknya dengan maksud agar Mesir tidak dapat mengembalikan pinjaman sehingga Inggris dan Perancis dapat menguasainya. Mesir tidak dapat mengembalikan hutang-hutangnya pada Inggris dan Perancis, ketika itu Inggris dan Perancis mulai ikut memerintah atas Mesir ( 1876 ).
Situasi itu lah yang di alami oleh Mesir sampai menjelang Perang Dunia I salatus Mesir ialah, resminya Mesir merupakan daerah Turki, namun prakteknya Mesir adalah daerah yang merdeka namun pada hakekatnya Mesir adalah wilayah yang ada dalam kekuasaan Inggris. Ketika Perang Dunia I meletus, Mesir di bahawah pengaruh Inggris mengumumkan perang terhadap Turki. Ini berarti melepaskan diri dari Turki, segera Inggris mengumumkan Mesir sebagai daerah protektoratnya, namun sebenarnya Mesir tidak mengakui ini.

Revolusi Mesir Dari Kerajaan Hingga Republik (1936-1953)

a.Pemerintahan Raja Faruk (1936-1952)
Peristiwa-peristiwa yang terpenting :
1.Perjanjian Mesir – Inggris (26 Agustus 1936)
Inggris dan Mesir saling mendekati, Inggris takut akan terputusnya hubungan Eropa-Asia jika Terusan Suez diduduki musuh, dan Mesir takut akan kehilangan kemerdekaannya karena negaranya terjepit antara kekuasaan fasis Italia yang sangat agresif (Libya dibarat dan Abessnia ditimur yang direbut Italia tahun 1935-1936). Maka terjadi perjanjian Mesir –Inggris tahun 1936 yang menetapkan :
a.Inggris akan menarik kembali semua tentaranya dari Mesir (untuk memenuhi tuntutan kaum nasionalis), kecuali yang menjaga Terusan Suez sebanyak 10.000 orang dan yang dapat diperbesar jika perang meletus.
b.Alexsanderia menjadi pangkalan laut Inggris selama 8 tahun.
c.Tentara Mesir mengawasi Sudan kembali (ditarik dari Sudan ketika tahun 1924 terjadi pembunuhan atas Sir Lee Stack, gubernur jenderal Sudan)
d.Batas imigrasi bangsa Mesir ke Sudan dihapuskan.
e.Inggris akan memasukan Mesir sebagai anggota Gabungan Bangsa-bangsa.
f.Antara Mesir dan Inggris dibentuk perjanjian persekutuan yang memuat :
1.Perjanjian persekutuan berlaku 20 tahun
2.Jika salah satu pihak berperang, pihak yang lainnya membantu.
3.Inggris diperkenankan menjaga Terusan Suez dengan tentara sejumlah 10.000 orang dan 400 orang juru terbang, sampai angkatan perang Mesir cukup kuat untuk menggantikan tugas anagkatan perang Inggris di Terusan Suez.
4.Penghapusan capitulations (hak extra-teritorial : hak untuk hidup dibawah hukum dari negara asalnya. Hukum negara asing yang ditempatinya tidak berlaku baginya).
Pada tahun 1948, bersamaan dengan akhirnya mandat Inggris atas Palestina dan lahirnya Republik Israel, Mesir ikut menyerbu Palestina yang diduduki Israel bersama-sama negara Arab lainnya. Akan tetapi tentara Mesir dapat dikalahkan oleh tentara Israel. Kekalahan itu disebabkan karena korupsi besar-besaran yang merajalela diseluruh Mesir. Alat-alat perang yang dibeli kementerian pertahanan Mesir untuk serbuan ke Palestina terbukti alat-alatnya telah rusak. Ditambah lagi sistem kerajaan yang menindas rakyat dan tidak adanya demokrasi yang mengakibatkan merosotnya ekonomi serta rusaknya kehidupan sosial, seluruh faktor ini yang menyebabkan revolusi.
Mesir menolak keras suatu komando pertahanan Timur Tengah, karena hal itu berarti menyetujui kehadiran militer asing di Mesir. Inggris menyatakan terus terang bahwa tentara dan penjabatnya akan tetap berada di Sudan dan di sekitar wilayah Terusan Suez, walaupun Mesir secara unilateral membatalkan komitmen internasionalnya. Serangkaian insiden sering terjadi, kerusuhan dan demonstrasi pecah di Kairo. Selain memperotes tindakan Inggris juga anti asing dan pemerintah. 27 Januari 1952, Raja Faruk mengganti Nahas Pasha dengan Ali Maher Pasha dengan tujuan agar Ali dapat memulihkan keamanan dan ketertiban.
Ali menyatakan penyesalan kepada 15 perwakilan asing atas jatuhnya para korban dan menyediakan dana sebesar 5 juta pound Mesir untuk mengganti kerusakan yang timbul. Ia memindahkan program latihan militer bagi para sukarelawan Ikhwanul Muslimin dan pemuda Mesir ke kementerian peperangan dan angkatan laut serta rencana empat tahun untuk meningkatkan irigasi sungai nil. Namun tindakan Ali dianggap setengah-setengah dan tidak memecahkan masalah yang mendesak. Maret 1952, Ahmad Nagib al-Hilali menggantikan Ali.
Pada 23 Juli 1952, terjadi kudeta yang dilancarkan oleh Mayor Jenderal Muhammad Nagib. Jenderal Nagib menyerang korupsi dan penyuapan sebagai penyebab utama kegagalan (Arab) dalam perang Palestina. Hal-hal itu menjadi penyebab utama kesulitan yang dialami kehidupan politik dan ekonomi Mesir. Raja Faruk di paksa turun tahta demi bayinya Pangeran Ahmad Fuad. Ali Maher membentuk cabinet sipil dan semua gelar zaman Ottoman dicabut. Polisi rahasia dibubarkan, tahanan politik dibebaskan, para penjabat korup dipecat dan dipenjarakan, penyosoran pers dicabut, pemilu parlemen diumumkan untuk diadakan pada Februari 1953 dan program land-reform diserahkan para pemimpin tentara pada perdana menteri. Ide program land-reform berasal dari Revolutionary Command Council (RCC) yang dipimpin oleh Letkol Gamal Abdul Nasser.
September 1952, Ali Maher mengundurkan diri sebagai perdana menteri dan digantikan oleh Nagib. Mereka yang dianggap kaki tangan Raja Faruk ditahan, Kabinet baru hendaknya dibersihkan dari para koruptor. Rektor Universitas Al-Azhar diganti oleh seorang teolog yang bersahabat dengan revolusi.
Selama enam bulan, RCC mengkonsolidasikan diri dengan menghapus konstitusi lama, melarang partai-partai politik, dan menyita asset-aset mereka. Ratusan perwira yang dianggap dekat kaitannya dengan bekas Raja Faruk digeser. Serikat buruh dan organisasi mahasiswa, media kelompok profesional dari anasir oposisi mereka. Kelompok yang bersaing seperti komunis, Ikhwanul Muslimin dan faksi ultra nasionalis ditekan.
Pada tanggal 18 Juni 1953 Mesir yang monarki menjadi republik. Untuk memobilisir dukungan rakyat dibentuk gerakan politik Liberation Rally dan Nasser diangkat menjadi sekretaris jenderalnya. Jenderal Muhammad Nadjib terpilih sebagai presiden pertama sampai tahun 1954.
Nasser mengulangi desakan agar Inggris segera menarik diri dari wilayah Terusan Suez dan Sudan. Di Kairo, gagasan penyatuan Mesir dan Sudan cukup besar karena Mesir menganggap penguasaan Sungai Nil merupakan keharusan. Untuk mendesak Inggris tahun 1951, raja Faruk menyatakan dirinya sebagai raja Sudan juga. Kerena terdesak perkembangan baru di Mesir maka dalam persetujuan antara Mesir dan Inggris pada 12 Februari 1953, ditentukan bahwa Sudan dipersiapkan untuk merdeka dalam waktu tiga tahun (1956)
Keturunan Muhammad Ali yang satu setengah abad lamanya menduduki tahta Mesir, berakhir dengan Ahmad Fuad II. Tetapi keadaan belum dapat reda kembali. Mesir menghadapi dua macam bahaya dari luar (Inggris) dan dari dalam (perpecahan). Nadjib ingin mengembalikan pemerintahan parlementer, sedangkan Natsir ingin mempertahankan pemerintaha revolusioner. Timbul perpecahan antara Nadjib dan Natsir. Pada tanggal 14 November 1954 Nadjib diberhentikan sebagai presiden Mesir, karena dituduh berhubungan dengan gerakan ikwanul Muslimin yang mencoba membunuh Nasser dan menggulingkan pemerintahanan Mesir.
Setelah Nasser menggulingkan Nadjib, Nasser secara perlahan muncul sebagai penguasa tertinggi Mesir bahkan mengajukan sebagai calon Presiden satu-satunya dengan memperoleh 99,8 % suara. Langkah yang dilakukan berikutnya adalah dengan menekan kemungkinan oposisi yang tidak menyukainya.
Nasser ingin memodernisasi ekonomi Mesir melalui industrialisasi dan menginginkan Mesir jadi kekuatan regional. Proyek terbesarnya adalah dengan membuat bendungan Aswan guna membangun pembangkit listrik, mengatur air sungai Nil supaya tidak mengakibatkan banjir, dan agar dapat memasok terus keperluan air sepanjang tahun. Proyek yang besar ini memerlukan biaya yang besar dan dalam hal ini Nasser mengharapkan bantuan asing terutama AS dan Inggris bisa mendanai proyek tersebut. Hal tersebut gagal karena Nasser menolak pakta pertahanan menolak Uni Soviet, Nasser menolak, dia lebih non blok dan tanpa keterlibatan Mesir. Namun pilihannya tersebut dianggap sebagai kecondongan kepada Uni Soviet dan Anti Barat.
Ketika Israel melancarkan serangan pada Maret 1955 dan menghancurkan kamp militer Mesir di Gaza, Nasser menganggapnya sebagai konspirasi Barat untuk menjatuhkannya. Setelah tragedi tersebut Nasser berusaha mempersenjatai Mesir dengan membeli senjata dari mana saja. Dikarenakan Barat menolak, maka Nasser memalingkan pilihan kepada Uni Soviet berupa senjata, pesawat tempur, dan tank-tank. AS dan Inggris mengecam tindakan tersebut karena menganggap Mesir memberikan kesempatan kepada Uni Soviet untuk memperoleh tempat berpijak di Timur Tengah.
Setelah adanya kejadian tersebut, muncul demonstrasi anti Barat, dan Nasser pun mulai membuka hubungan dengan luar. Ketika Nasser membuka hubungan dengan RRC pada Mei 1956, AS menolak membantu dalam pembangunan Bendungan Aswan dengan alasan kestabilan politik dan ekonomi Mesir. Naseer mengumumkan dinasionalisasinya SCC yang mengelola Terusan Suez, yang saham-sahamnya dikuasai Inggris dan Prancis, sejak terusan itu dibangun 1866. Pendapatan yang biasanya akan dikoleksi SCC, sejak itu dipakai Mesir untuk mendanai pembangunan bendungan Aswan

Nasionalisasi dan Krisis Terusan Suez 1956

Nasionalisasi Suez oleh Mesir
Pergolakan yang terjadi di dalam negeri Mesir akhirnya melahirkan suatu Negara Republik Mesir pada tahun 1953. Berada dalam letak yang cukup strategis menyadarkan Mesir mesti bergegas memperbaiki stabilitas dalam maupun hubungan luar negeri.
Munculnya Gamal Abdul Nasser tahun 1954 sebagai pemimpin baru Mesir yang revolusioner menggantikan Muhammad Naguib, telah membuat kebijakan-kebijakan yang cepat bagi perkembangan politik dan Ekonomi Mesir. Nasser muncul di peta politik ketika Mesir dilanda kesulitan ekonomi. Pada waktu itu Amerika Serikat dan Uni Soviet mencari pengikut di Timur Tengah. Nasser berhasil menanamkan pengaruh di kalangan rakyat. Apalagi ia mendapat dukungan dari angkatan bersenjata. Melalui pemahaman politik Sosialisme-Arab Nasser sangat tidak menyukai penindasan bangsa Asing. Nasser juga sangat membenci Israel, oleh karena itu kebijakan memperkuat militer sangat difokuskan demi menghadapi Israel.
Nasser ingin memordinisir ekonomi Mesir melalui industrialisasi dan menginginkan Mesir jadi kekuatan regional. Proyek tebesarnya adalah membuat bendungan Aswan guna membangun pembangkit listrik, mengatur air sungai nil agar tidak menyebabkan banjir, dan sebaliknya terus dapat memasok air sepanjang tahun. Untuk itu, ia perlu bantuan asing. Semula ia mengharapkan agar AS dan Inggris bisa mendanai proyek raksasa itu. Tetapi, karena Nasser menolak pakta pertahanan untuk menghadapi Uni Soviet, ia mengemukakan gagasan suatu pakta pertahanan Arab tanpa keterlibatan Negara-negara luar kawasan. Nasser lebih memilih non-blok, dengan cita-citanya yaitu nasionalisme Arab atau Arabisme. Namun, kenetralan dianggap AS dan Inggris sebagai kecondongan ke Uni Soviet.
Pada tahun 1955 Israel melancarkan serangan dan meledakkan kamp militer Mesir di Gazza, Nasser menganggap sebagai bagian konspirasi barat yang ingin menjatuhkannya. Sejak itu, Nasser membeli senjata dari mana saja termasuk Uni Soviet karena AS dan Inggris Menolak menjual ke Mesir. AS dan Inggris mengecamnya, tetapi Nasser bersikukuh bahwa ia ingin mengusir kependudukan asing dari Mesir termasuk Inggris dan Israel.
Akibat dari sikap revolusioner Nasser yang anti pendudukan asing, demonstrasi anti barat merebak di Negara-negara Arab. Perdana menteri Inggris Sir Anthony Eden menuduh Nasser dibalik semua ini, bahkan ia menginginkan Nasser dibunuh.

Setelah Mesir membuka hubungan diplomatik dengan RRC pada mei 1956, AS menarik menarik tawarannya untuk membantu mesir membangun proyek Aswan dengan alas an bahwa ekonomi Mesir lemah dan pemerintahannya tidak stabil. Nasser menjawab pada pidatonya memperingati berdirinya Republik Mesir pada tanggal 26 Juli 1956. Ia mengumumkan dinasionalisasikannya SCC yang mengelola terusan Suez, yang saham-sahamnya dikuasai Inggris dan Perancis, sejak terusan Suez selesai dibangun 1866. Konsesi SCC ini baru berakhir 1968. Pendapatan yang biasanya dikoleksi SCC, sejak itu dipakai Mesir untuk membiayai bendungan Aswan.

Krisis Suez
Reaksi Inggris sangat keras. PM Anthony Eden memerintahkan Panglima kerajaan Inggris untuk menyiapkan pengiriman pasukan Inggris untuk menyiapkan ke terusan Suez. Reaksi Perancis sama, bahkan Perancis sebelumnya menuduh Mesir telah membantu pemberontak nasionalis Aljazair. Pada pertemuan antara PM Perancis Guy Mollet (seorang sosialis) dan Eden pada Maret 1956 Mollet membandingkan Nasser seperti Hitler yang mempunyai ambisi untuk menaklukan, yaitu negeri Arab.
Meskipun AS menganggap Nasser berbahaya, tetapi AS tidak sependapat dengan Inggris dan Perancis mengenai perlunya penggunaan kekerasan (perang). AS lebih menekankan pada sanksi ekonomi, sedangkan perselisihan akibat nasionalisasi terusan Suez sebaiknya diselesaikan melalui perundingan. Di bawah Mesir, frekuensi lewatnya kapal-kapal meningkat dari 42 menjadi 45 sehari. AS menginginkan sistem pengawasan Internasional, tetapi Nasser menolak karena mengganggu kedaulatan Mesir.
Tiga bulan setelah Mesir mengumumkan nasionalisasi Suez, tepatnya 29 Oktober Israel menyerang Mesir tepatnya di Semenanjung Sinai. Israel mengecam Mesir karena mengijinkan pejuang militan Fedayin berjuang untuk Palestina. Dengan dalih mengupayakan pemisahan kedua pasukan, pihak Inggris dan Perancis mengultimatum Mesir untuk menarik pasukannya dari terusan Suez. Nasser menolaknya, kemudian Inggris dan Perancis menghancurkan angkatan udara Mesir dan mendaratkan pasukan di Port Said, dan menjatuhkan selebaran berisi seruan agar rakyat Mesir menjatuhkan Nasser.
Melihat situasi dalam keadaan genting (krisis) di Suez yang menyebabkan Embargo minyak oleh Saudi, menyebabkan AS bereaksi dengan menyerukan kepada PBB untuk menuntut pasukan asing dari Suez. Inggris yang sedang mengalami penurunan mata uang sterlingnya akibat embargo minyak ini akhirnya memutuskan untuk mengehentikan peperangan pada 6 November 1956. Meskipun Nasser juga mengalami krisis, PM Inggris Eden memerintahkan penghentian aksi di Suez.
Krisis Suez itu bukannya menjatuhkan Nasser, tapi malah melambungkan pengaruhnya di puncak. Ia selalu mengecam Imperialisme barat. Kultus individu terhadap Nasser terus berkembang. Pengaruhnya ke Negara Afrika pun semakin meningkat. Nasser semakin menang dalam politiknya terlebih keputusan PBB bahwa Israel dilarang melewati terusan Suez.
Krisis Suez memungkinkan Nasser untuk mengikis dominasi asing dalam kehidupan sosial, perdagangan, dan akademis. Sejumlah 15.000 perusahaan asing terkena dampaknya. Hukum Mesir yang baru menentukan bahwa bisnis perbankan, asuransi, dan komersial harus didaftarkan di Mesir dengan saham mayoritas dikuasai dan dibawah pengelolaan Mesir.
Oktober 1958, Nasser membuat kesepakatan dengan pihak Soviet yang memungkinkan bendungan Aswan dibangun. Nasser menjadi eksponen terkemuka dari Sosialisme Arab.
Bagi Inggris krisis Suez menandakan berakhirnya ambisi Imperialismenya. Perancis menganggap bahwa misinya di Afrika masih perlu diteruskan sebagai bagian untuk meneruskan kejayaan Perancis. Intervensi AS dalam krisis Suez juga mengakibatkan munculnya pengaruh AS yang menggantikan Inggris di dunia Arab

Perang dingin AS – Uni Soviet dalam masalah Terusan Suez
Keterlibatan AS dan Uni Soviet sudah mulai terlihat sejak Nasser mulai membuka hubungan dengan AS untuk mendapatkan sokongan dana dalam pembuatan bendungan Aswan. Namun Nasser menolak syarat yang diusulkan oleh Sekutu untuk mengadakan pakta pertahanan anti Uni Soviet. Dalam hal ini Mesir memilih dalam kenetralan, namun hal tersebut dianggap sebagai kecondongan kepada Uni Soviet.
Setelah serangan Israel pada Maret 1955 yang merugikan Mesir dengan diserangnya kamp militer Mesir, hal ini menyebabkan Mesir berkeinginan memperkuat diri dengan membeli senjata dari mana saja. Karena Barat menolak menjual senjatanya kepada Mesir, maka Mesir mengalihkan perhatian dan mendekatkan kepada Uni Soviet. Maka disinilah sebenarnya dimulai campur tangan antara AS dan Uni Soviet dalam masalah Mesir Umumnya dan Suez khususnya.
Keterlibatan AS dan Uni Soviet semakin mencuat karena keinginan kedua negara untuk mengambil peran dalam krisis yang ada di dunia. AS dan Uni Soviet berperan dalam statusnya sebagai Dewan Keamanan PBB yang menuntut kepada Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi untuk menarik mundur pasukan asing dari Suez karena melihat konflik yang terjadi antara Mesir dengan Inggris, Perancis dan Israel. Operasi yang bertujuan merebut Terusan Suez ini berhasil dari sisi militer, namun merupakan bencana politik. Bersama dengan krisis Suez, Amerika Serikat juga harus mengurus Revolusi Hongaria. Amerika Serikat juga takut akan adanya perang yang lebih luas setelah Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa lainnya mengancam untuk membantu Mesir dan melancarkan serangan roket ke London, Paris dan Tel Aviv.
Ketika konflik semakin memanas, pamor Nasser di Mesir semakin meningkat sehingga mendapatkan dukungan dari rakyat. Dalam hal ini yang diusung Nasser adalah anti Imperialisme Barat. Dari hal tersebut secara berangsur Nasser mengikis dominasi Barat dalam kehidupan sosial, perdagangan, dan akademis. Pada tahun 1958, Nasser membuat kesepakatan dengan pihak Soviet demi membangun bendungan Aswan.
Maka dari itu, pemerintahan Eisenhower menyatakan gencatan senjata. Amerika Serikat meminta invasi dihentikan dan mensponsori resolusi di Dewan Keamanan PBB yang meminta gencatan senjata. Britania dan Perancis, sebagai anggota tetap, memveto resolusi tersebut. Amerika Serikat lalu memohon kepada Majelis Umum PBB dan mengusulkan resolusi meminta gencatan senjata dan ditariknya pasukan. Majelis Umum mengadakan "sesi khusus kedaruratan" dan mengadopsi resolusi Majelis 1001, yang mendirikan United Nations Emergency Force (UNEF), dan menyatakan gencatan senjata. Portugal dan Islandia mengusulkan untuk mengeluarkan Britania dan Perancis dari pakta pertahanan North Atlantic Treaty Organization (NATO) jika mereka tidak mau mundur dari Mesir.
Amerika Serikat juga melancarkan tekanan finansial terhadap Britania Raya untuk mengakhiri invasi. Eisenhower memerintahkan George M. Humphrey untuk menjual bagian dari "US Government's Sterling Bond holdings". Pemerintah AS memegangnya sebagai bagian dari bantuan ekonomi terhadap Britania setelah Perang Dunia II, dan pembayaran sebagian hutang Britania kepada AS, dan juga bagian dari Rencana Marshall untuk membangun kembali ekonomi Eropa Barat.
Arab Saudi juga memulai embargo minyak terhadap Britania dan Perancis. AS menolak membantu minyak bumi hingga Britania dan Perancis setuju untuk mundur. Negara NATO lainnya juga menolak untuk menjual minyak bumi yang mereka terima dari negara-negara Arab ke Britania atau Perancis.
Pemerintah Britania dan poundsterling berada dalam tekanan. Sir Anthony Eden, Perdana Menteri Britania Raya, terpaksa untuk mundur dan mengumumkan gencatan senjata pada tanggal 6 November. Tentara Perancis dan Inggris selesai mundur pada tanggal 22 Dessember 1956, dan digantikan oleh tentara Kolombia dan Denmark yang merupakan bagian dari UNEF.

10 komentar:

  1. I have been reading your posts regularly. I need to say 918kiss that you are doing a fantastic job. Please keep up the great work.

    ReplyDelete
  2. Lovely pictures, awesome rollex casino online download these are looking so romantic and locations are great.

    ReplyDelete
  3. Great article, this is live22 apk download such an interesting and informative article.

    ReplyDelete
  4. For the current dice game, you can easily access it. The advantage is that the dice are faster. Allows you to accomplishment results in a hasty epoch hop over to this website of get older without waiting for the dice to spin until it stops. Also, it's difficult to guess. Because it helps you not have to make miserable more or less using unfair dice, some websites or encouragement providers have problems in this area. Playing games can solve your problems in this area. And it afterward allows you to experience more ways to play, in view of that you can have more fun than before, without having to monotonously proceed unfashionable dice.

    ReplyDelete

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..