Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

PERANG DAN PERUNDINGAN INDONESIA BELANDA


Menceritakan proses terbentuknya sebuah apa yang dinamakan Negara Indonesia Serikat (NIS). Disini menjadi sangat penting bagi kita melihat para pemikir atau aktor yang menjadi sebuah penentu perjuangan Indonesia pada dekade 1946 – 1948.
Suatu kolaborasi yang cukup indah antara golongan yang anti dan pro diplomasi. Kenapa kami dapat mengatan seperti itu? Sebab kami melihat dua golongan ini sebenarnya saling memberi warna dalam setiap perjuangan pada dekade ini. Walau memang sepintas pergolakan dua golongan ini terlihat ‘panas’. Tetapi justru mereka penentu arah Indonesia dikemudian harinya.
Karena dua golongan inilah yang membuahkan banyak dukungan dari Bangsa didunia untuk kemerdekaan Indonesia.
Walaupun nanti pada sebahagian orang berpendapat bahwa pada dekade ini termasuk peristiwa kegagalannya Republik Indonesia untuk mempertahankan daerah kekuasaannya. Tapi difihak lain justru pada saat itu Indonesia berhasil ‘memukau’ bangsa lain sehingga masalah di Indonesia berhasil dibawa dalam sidang keamanan PBB.

Awal Fikiran Federal
Permasalahan awal Repulik Indonesia yang pada akhirnya berpangkal terwujudnya suatu Negara Indonesia yang berserikat adalah adanya pemikiran dari Van Mook. Dia secara terbuka menolak pemerintahan Republik Indonesia yang telah memproklamirkan diri pada tanggal 17 Agustus 1945.
Van Mook menginginkan Indonesia kembali dalam satu negara yang kembali mempunyai hubungan kolonial (Belanda). Pada saat inilah terjadi pergulatan pemikiran dari orang-orang Indonesia yang ingin tetap negaranya memiliki kemerdekaan dan kedaulatannya.
Karena adanya perang fikiran antar kedua belah fihak, akhirnya munculnya sebuah usul baru yaitu Federal. Dimana usul federal ini sebenarnya adalah usul yang berasal dari Belanda sendiri, sebab pada dasarnya Belanda ingin Republik itu lenyap.
Karena isu itu muncul maka segera para pemimpin Indonesia dengan Van Mook yang dapat dikatakan sebagai perwalikan dari Belanda. Akhirnya mereka bertemu di Hoge Veluwe, Belanda pada bulan April 1946. Dimana tujuan delegasi yang berangkat itu bersepakat untuk 2 tujuan utama; berusaha agar Republik Indonesia diakui oleh sebanyak mungkin negara didunia, sehingga perjuangan bangsa kita tidak lagi dianggap sebagai “gerakan nasional” dalam suatu negara jajahan, tetapi sebagai negara yang berdaulat penuh. Dan mempertahankan kekuatan fisik yang telah dibangun. Pertemuan ini menghasilkan kegagalan karena Belanda tidak sama sekali memberikan sedikit saja kemerdekaan bagi Republik Indoesia.
Sehingga dilanjutkan pada pertemuan Linggarjati.

Perjanjian Linggarjati
Isi Naskah Linggarjati yang ditandatangani pada tanggal 15 Maret 1947 antara pihak RI dengan Belanda adalah :
1.pemerintah Belanda mengakui kekuasaan de facto ( nyata ) Republik Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera.
2.Pemerintah Indonesia dan Belanda akan mendirikan Negara Indonesia Serikat pada tanggal 1 Januari 1949.
3.Negara Indonesia Serikat dihubungkan dengan Belanda dalam suatu Uni Indonesia-Belanda

Apabila kita melihat isi dari Perjanjian Linggarjati ini maka dapat dimengerti Indonesia berhasil membuat Belanda mengakui keberadaan Indonesia walaupun hanya sebatas Jawa, Madura dan Sumatera saja (itupun hanya berupa pengakuan secara de afacto saja). Tetapi disatu fihak lain, Indonesia gagal mempertahankan kekuasaannya pada daerah lain yang berada diluar daerah de facto itu sendiri.
Hal inilah yang membuat kecewa dari berbagai kalangan yang berpandangan ‘radikal’. Mereka pada akhirnya membuat sebuah pandangan terhadap cara mempertahankan Republik Indonesia. Mereka menolak dengan adanya perundingan-perundingan lagi antara RI-Belanda.
Walaupun demikian Soekarno-Hatta serta Syahrir tetap berjuang dengan diplomasinya. Mereka yang berpandangan diplomasi karena hasil dari PPKI adalah Indonesia melakukan politik damai. Dari sinilah mereka akhirnya meneruskan perjuangannya dengan melakukan diplomasi.

Agresi Belanda I
Dalam melaksanakan persetujuan Linggarjati tersebut timbul banyak kesukaran, yang antara lain :
Belanda berpendapat bahwa sebelum Negara Indonesia Serikat dibentuk hanya Belandalah yang berdaulat diseluruh Indonesia, sedang Pemerintah RI sebaliknya berpendapat, bahwa sebelum Negara Indonesia Serikat dibentuk, kedudukan de facto Republik Indonesia tidak berubah.
Pihak Belanda terang-terangan menginjak-injak Persetujuan Linggarjati itu dengan :
a.mengadakan serangan disana-sini dan tetap giat melemahkan R.I.
b.membentuk negara-negara ‘boneka’ di Indonesia, jadi tetap melaksanakan politik devide et impera
pada tanggal 20 Juni 1947 Belanda mengajukan usul yang bersifat ultimatum yakni, supaya RI mengakui kedaulatan Belanda di Indonesia.
Timbullah keadaan yang tegang dan suasana menjadi sangat genting.
Pada malam 20 Juli 1947 Belanda mulai menyerang Indonesia dengan mengerahkan Angkatan Darat, Laut dan Udaranya. Belanda berdalih bahwa serangan itu hanyalah sekedar ‘tindakan kepolisian’ belaka. Namun serangan itu dilancarkan oleh seluruh angkatan perang Belanda. Serangan yang telah menimbulkan korban jiwa dan harta benda itu adalah suatu peperangan yang didesakkan kepada rakyat Indonesia. Tindakan kemiliteran dengan serangan-serangan (agresi) dilayani oleh TNI dan rakyat Indonesia.
Persetujuan Renville
Tujuan utama Belanda dengan melancarkan agresi 1 itu adalah untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Jawa, Madura dan Sumatera. Dengan demikian Indonesia akan menjadi lemah dan TNI akan terdesak kedalam daerah sempit.
Serangan-serangan Belanda itu dengan tegas mendapat celaan dari seluruh dunia. Maka pada tangal 31 Juli 1947 permasalahan ini dibicarakan dalam Dewan Keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus DK PBB menyerukan kepada Belanda dan Indonesia untuk melakukan gencatan senjata.
Kemudian pada tanggal 25 Agustus 1947 DK PBB menerima sebuah putusan yang berisi antara lain :
a.Para konsul asing di Jakarta supaya membuat laporan mengenai keadaan terakhir di Indonesia.
b.Membentuk sebuah komisi yang terdiri dari tiga negara ( KTN ) yang bertugas memberikan perantaraan jasa-jasa baik dalam menyelesaikan pertikaian Indonesia-Belanda.
Pada tanggal 1 Nopember 1947 DK PBB menyerukan supaya kedua pihak mengadakan perundingan dengan bantuan KTN.
Pembukaan resmi perundingan antara Indonesia-belanda diadakan pada tanggal 6 Desember 1947 digeladak kapal perang Amerika Renville, yang disaksikan oleh KTN. Perundingan itu menghasilkan Persetujuan Renville yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, yang isinya antara lain :
a.Pemerintah RI mengakui kedaulatan Belanda atas Hindia-Belanda sampai pada waktu yang ditetapkan oleh Kerajaan Belanda untuk mengakui Negara Indonesia Serikat.
b.Diberbagai daerah di Jawa, Madura dan Sumatera diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah daerah-daerah itu mau masuk Negara Indonesia Serikat.

Akibat persetujuan Renville itu ialah :
a.Daerah Indonesia yang dengan persetujuan Linggarjati terbatas pada Sumatera, Jawa dan Madura lebih diperkecil lagi.
b.TNI yang masih berada di Jawa Barat dipindahkan kedaerah RI di Jawa Tengah.
c.Pertentangan politik dalam negeri makin meruncing, terutama karena Belanda menjalankan politik devide et impera ( dengan mendirikan negara-negara boneka )
Belanda mendirikan negara-negara ‘Boneka’

Pada tanggal 16 Juli 1946 Dr HJ Van Mook memimpin konferensi di Malino ( Makassar). Dalam konferensi itu diputuskan :
a.Negara Indonesia harus berbentuk federal (negara serikat)dan terdiri dari negara-negara bagian.
b.Sebelum negara federal terbentuk harus ada masa peralihan, dan selama itu kedaulatan tetap ditangan Belanda.
Pada tanggal 7 Desember 1946 diadakan konferensi di Denpasar, yang menghasilkan terbentuknya Negara Indonesia Timur ( NIT ). Setelah terbentunya NIT Van Mook kemudian mendirikan negara-negara boneka lainnya : Negara Sumatera Timur (1947), Negara Madura (1948), Negara Pasundan ( 1948 ), Negara Sumatera Selatan (1948), dan Negara Jawa Timur (1948).
Peristiwa Madiun
Pada awal bulan Agustus 1948 Muso dan Suripno kembali ke tanah air dari Eropa. Mereka menuduh pemerintah Indonesia berpolitik ‘memihak’ Belanda. Pada tanggal 22 Agustus 1948 Muso memimpin rapat umum yang memutuskan, bahwa perundingan Belanda harus dihentikan.
Akhirnya pada tanggal 18 September 1948 PKI Muso melakukan perebutan kekuasaan yang dimulai di Madiun dan didaerah Suarakarta.
Terjadilah perang saudara di Madiun, yang akibatnya sangat menyedihkan. Penganiayaan dan pembunuha telah menimbulkan korban yang tidak sedikit. Pemerintah mengerahkan TNI divisi Siliwangi yang berhasil dengan segera merebut kembali daerah-daerah sekitar Madiun. Pada tanggal 31 Oktober 1948 Muso terbunuh dan peristiwa Madiun selesai.
Perang saudara itu melemahkan kedudukan Indonesia dan keadaan itu sangat menguntungkan pihak Belanda.

Agresi Belanda II
Keadaan Indonesia yang lemah itu dimanfaatkan oleh Belanda untuk melancarkan serangan tiba-tiba. Persetujuan Renville yang dinilai mampu membawa perdamaian bagi keduanya ternyata malah membawa penafsiran masing-masing tentang negara Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan perang Belanda menyerbu Yogyakarta Ibukota RI, jatuh ke tangan Belanda. Sejumlah pemimpin negara yang ada hubungannya dengan KTN seperti Presiden dan Wakil Presiden serta pejabat-pejabat tinggi lainnya ditawan dan diasingkan ke Bangka dan Sumatera Utara (Parapat).

Perlawanan Gerilya
Dengan menduduki Yogyakarta, Pusat pemerintahan RI. Belanda mengira bahwa riwayat RI segera berakhir.akan tetapi ternyata pemimpin-pemimpin Indonesia telah memperhitungkan segala kemungkinan. Rakyat Indonesia yakin bahwa dalam keadaan bagaimanapun juga para pemimpinnya tetap mempertahankan cita-cita perjuangannya. Jenderal Sudirman mulai memasuki daerah pedalaman . Disana diatur pertahanan dan siasat penyerbuan, dilereng-lereng gunung TNI menyiapkan diri untuk melakukan perang gerilya.
Mulailah sejarah perang gerilya yang terus menerus menakutkan dan memusingkan tentara Belanda. Mereka menyusup dan menyerang Belanda secara mendadak. Lambat laun kedudukan Belanda makin terdesak. Keleluasaan bergerak bagi mereka makin lama makin sempit. Pasukan-pasukan gerilya tak dapat ditindas, malahan makin hari makin bertambah kuat.

Perundingan Roem Royen
Tindakan agresi Belanda ke-II itu mengakibatkan reaksi dimana-mana. Didalam negeri misalnya menyebabkan sejumlah negara boneka melakukan protes. Diluar negeri simpati dunia terhadap Indonesia makin besar dan membangkitkan negara-negara Asia dan PBB untuk melakukan tindakan. Pada tanggal 23 Januari 1949 di New Delhi diadakan Konferensi oleh 19 negara Asia. Konferensi antara lain menghasilkan :
a.Pemimpin-pemimpin RI yang ditawan Belanda supaya dibebaskan.
b.Tentara Belanda harus ditarik mundur dari Yogya.
DK PBB pada tanggal 28 Januari 1949 memutuskan :
1.Penghentian operasi militer Belanda.
2.Pemimpin-pemimpin RI harus dikembalikan ke Yogya.
3.Pengakuan kedaulatan Negara Indonesia Serikat.

Pada tanggal 14 April 1949 di Jakarta dimulai perundingan-perundingan antara delegasi RI dan Belanda dibawah pimpinan United Nation Commission for Indonesia ( UNCI ). Delegasi RI dipimpin oleh Mr Mohammad Roem, sedang delegasi Belanda dipimpin oleh Dr Van Royen. Pada tanggal 7 Mei 1949 tercapailah suatu persetujuan yakni Persetujuan Roem Royen yang berisi antara lain :
a. Pernyataan delegasi RI :
1. Penghentian Perang Gerilya
2. Bekerjasama mengembalikan keamanan

b. Pernyataan delegasi Belanda :
1. Menyetujui pengembalian Pemerintah RI ke Yogyakarta
2. Menghentikan operasi militer dan membebaskan pemimpin-pemimpin RI serta selekasnya mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB).

Pemimpin-Pemimpin RI kembali ke Yogyakarta
Setelah persetujuan Roem Royen, tentara Belanda ditarik mundur dari Yogya dan pemimpin-pemimpin yang diasingkan dikembalikan dari tempat pengasingan. Mereka disambut dengan meriah oleh rakyat Indonesia dan mulailah mereka menyusun kembali pemerinyahannya yang berpusat di Yogyakarta.

Konferensi Inter – Indonesia ( KII )
Menjelang diadakannya KMB, dilangsungkan Konferensi Inter-Indonesia yang dikuti oleh wakil-wakil RI dan wakil-wakil dari negara bagian. Adapun putusan yang dihasilkan antara lain :
a.Negara Indonesia Serikat akan dinamakan Republik Indonesia Serikat
b.Bendera kebangsaan adalah sang merah putih
c.Lagu kebangsaan adalah lagu Indonesia Raya
d.Bahasa Nasional ialah Bahasa Indonesia
e.Hari basional adalah tanggal 17 Agustus.
Jelas sekali pengaruh RI dalam konferensi itu. Semua wakil negara-negara bagian mengakui RI sebagai inti daripada RIS dan mereka memilih Bung Karno sebagai Presiden RIS.

Konferensi Meja Bundar ( KMB )
KMB dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus – 2 September 1949 dikota Den Haag. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta dan delegasi Belanda dipimpin oleh Van Maarseveen. Komisi PBB yang turut serta dalam KMB adalah : Herremans, Merle Cochran, Chrictley dan Romanos.
Adapun tujuan KMB adalah untuk menyelesaikan persengketaan antara Indonesia dan Belanda secepatnya dengan cara yang adil dan pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh, dan tanpa syarat kepada Republik Indonesia Serikat.

Hasil dari Konferensi Meja Bundar adalah :
1.Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia yang sepenuhnya dan tanpa syarat.
2.Penyerahan Kedaulatan itu akan dilakukan selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.
3.Tentang Irian Barat diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah penyerahan kedaulatan kepada RIS.
4.Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia-Netherland, yang akan dipimpin oleh Raja Belanda.
5.Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik kembali dari Indonesia dengan catatan, bahwa beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
6.Tentara Kerajaan Belanda (KL) secepat mungkin akan ditarik mundur dari Indonesia, sedang tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan, bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan-kesatuan TNI.

Pengakuan Kedaulatan
Bagi bangsa Indonesia, persetujuan itu merupakan pengakuan kedaulatan. Pada tanggal 27 Desember 1949, Ratu Juliana menandatangani piagam pengakuan kedaulatan RIS di Amsterdam. Pada waktu yang sama di Jakarta diadakan suatu upacara pemindahan kekuasaan dari Pemerintah Kolonial Belanda kepada Pemerintah RIS, yang pada waktu upacara itu diwakili oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..