Slide K.I.S.A.H

Bundaran Batu Satam, Kota Tanjung Pandan, Belitung.
Pantai Tanjung Tinggi, Belitung.
Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Gunung Bromo, Jawa Timur.
Kebun Teh Ciater, Bandung, Jawa Barat.
Desa Saleman, Pulau Seram, Maluku Tengah.
Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur.
Kampung Bajo, Kaledupa, Wakatobi.
Pantai Pink, Lombok, NTB.
Candi Prambanan, Yogyakarta, Jawa Tengah.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.
Sawah Tegalalang, Gianyar, Bali
Suku Sasak, Lombok, NTB.
Wae Rebo, Manggarai, NTT.

Pasang Surut Hubungan Negara-Negara ASEAN


Singapura Keluar dari Federasi Malaysia ( 1965 ) : Republik Kecil dan Pusat Keuangan Asia Tenggara

Kemerdekaan Singapura dari Malaya awalnya tidak mendapat sambutan positif dari masyarakat dunia. Media-media Internasional menyatakan bahwa Singapura sesungguhnya tidak layak untuk berdiri sebagai suatu negara mandiri karena ketiadaan sumber air bersih dan sumber daya alam. Angka pengangguran tinggi yang mencapai 10-12 % dari keseluruhan penduduk, pendidikan yang rendah juga menjadi masalah utama Singapura saat itu.
Mendapat sambutan kurang menyenangkan dari dunia internasional, berbagai masalah sosial yang harus segera diselesaikan didalam negeri dan sikap kurang bersahabat yang ditunjukan oleh para tetangganya, ditambah dengan kesadaran bahwa secara etnis, geografis, dan ideology berbeda. Beberapa hal yang melatarbelakangi Singapura memisahkan diri dari Federasi Malaya dikarenakan adanya perbedaan, yakni :
•Dalam hal agama misalnya, sebagian besar warga Singapura adalah penganut Budha dan Kristen Protestan yang berada di tengah-tengah negara tetangganya yang mayoritas Islam (Malaysia, Indonesia dan Brunei).
•Singapura, yang sebagian besar warganya keturunan etnis Cina, walau ada juga warganya yang keturunan India dan Melayu, namun belakangan ini sedikit jumlahnya. Cina Singapura dikepung oleh negara-negara yang hampir seluruhnya ras melayu.
•Singapura, negara ini memiliki luas yang sangat kecil (luas negaranya hampir sama dengan kabupaten Karawang di Jawa Barat), hal ini kalah jika dibandingkan dengan negara-negara disekelilingnya yaitu Indonesia dan Malaysia.
Singapura memang berbeda lingkungannya dikawasan Asia Tenggara. Hal ini membuat pemerintahan Lee Kuan Yew yang pada saat itu memangku jabatan sebagai pemimpin negeri Singa itu merasa terancam dan dengan cepat mengambil terobosan. Salah satu dasar pemikiran Lee, tidak ada jalan lain bagi Singapura, jika ingin merasa aman maka harus membangun sistem pertahanan dan intelijen yang hebat.
Lee Kuan Yew berpikir bahwa terdapat kemiripan Singapura dengan Israel. Secara geopolitik, Singapura dianggap memiliki banya kesamaan, yakni sama-sama kecil dan sama-sama “dikepung” oleh negara-negara besar yang memiliki perbedaan mencolok. Jika Yahudi Israel dikepung oleh bangsa-bangsa Arab yang selalu memusuhinya, maka Singapura yang mayoritas Cina pun selalu merasa dikepung oleh bangsa-bangsa Melayu. Kebetulan bangsa melayu identik dengan Islam, sama seperti Arab. Jadi, baik Israel maupun Singapura sama-sama merasa dikepung oleh bangsa-bangsa yang berideologi Islam.
Bukan itu saja, secara pribadi Lee juga sangat terkesan dengan sistem pertahanan dan sistem intelijen Israel yang mampu tetap eksis bahkan menjadi negara kecil yang “superpower” di tengah-tengah bangsa yang besar yang menjadi musuhnya. Melihat Israel yang kuat, maka Lee menginginkan Singapura menjadi seperti Israel di Asia Tenggara. Hal inilah yang melatarbelakangi pemimpin negeri Singa itu untuk keluar dari Federasi Malaya ditahun 1965.
Singapura sebagai Republik Kecil di Asia Tenggara
Sebagai negara baru yang lahir di tengah-tengah negara mayoritas, Lee yang merupakan pemimpin Singapura mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi konsentrasinya pada awal-awal berdirinya Singapura.
Pertama, tentu adalah pengakuan Internasional atas lahirnya negara baru ini. Dan untuk membantunya mengatasi masalah ini ia memilih Sinnathamby Rajaratnam menjadi Menteri Luar Negeri. Dan Rajaratnam pula lah yang menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan dalam hajatan bulan September 1965, di markas Besar PBB di New York, sebuah peresentasi negara baru.
Hal kedua terbesar yang menjadi perhatian Lee Kuan Yew adalah masalah keamanan dan pertahanan. Singapura harus menyiapkan angkatan bersenjata dan sistem pertahan dalam waktu dekat untuk menghadapi kelompok-kelompok radikal, terutama beberapa pihak di Malaysia yang tak setuju dengan kemerdekaan Singapura.
Untuk mengatasi masalah pertahanannya, pada awalnya Singapura meminta bantuan dan menghubungi Mesir untuk menyiapkan angkatan bersenjata. Tapi Mesir tak segera memberikan jawaban yang pasti, padahal keperluan demikian mendesak untuk diselesaikan. Tapi sebenarnya sebelum pemisahan Singapura atas Federasi Malaysia terjadi, Israel telah menjalin hubungan dengan para founding fathers Singapura. Mordechai Kidron, duta besar Israel di Bangkok yang sejak tahun 1962 sampai 1963 telah mencoba untuk mendekati Lee kuan Yew dan menawarkan jasa untuk meyiapkan pasukan bersenjata. Namun Lee Kuan yew menolaknya dengan beberapa alasan, salah satunya adalah pertimbangan Tuanku Abdul Rahman dan masyarakat Muslim di wilayah Singapura yang kemungkinan tidak akan setuju.
Disaat yang sama Lee Kuan Yew juga mengirim dan menunggu jawaban dari Mesir. Ia mengirim surat ke Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser. Namun jawaban yang datang dari Mesir menyebutkan bahwa Nasser selaku Presiden Mesir menerima dan mengakui kemerdekaan negara Singapura, tapi tidak memberikan jawaban pasti atas permintaan bantuan militer dan hal itu membuat Lee kecewa dan langsung memerintahkan untuk memproses proposal yang akan diberikan kepada Israel yang berisi permintaan bantuan persenjataan dan militer Singapura. Tokoh lain yang berpengaruh dalam hubungan Singapura-Israel adalah Goh Keng Swee.
Lee Kuan Yew memerintahkan Goh Keng Swee untuk menghubungi Mordechai Kidron yang berkedudukan di Bangkok. Hanya dalam hitungan hari, Kidron telah terbang ke Singapura untuk menyiapkan keperluaannya dalam membantu persenjataan militer Singapura. Secara intensif Lee Kuan Yew dan Goh Keng Swee mengontrak Israel.

Singapura Pusat Keuangan Asia Tenggara
Selepas keluarnya dari Malaysia, Singapura mulai muncul sebagai kuasa perdagangan dunia. Sejak lahir sebagai negara baru pada tanggal 9 Agustus 1965, Singapura mulai membangun pemerintahan dalam negeri guna mensejahterakan rakyatnya. Lee kuan Yew yang pada saat itu menjabat sebagai pemimpin Singapura, mulai memfokuskan pembangunan ekonomi sebagai fondasi membangun Singapura secara keseluruhan. Lee dan para menterinya mengelilingi dunia dan mengunjungi berbagai negara guna menarik minat investor untuk berinvestasi di Singapura dan mengeluarkan kebijakan sangat lunak bagi para investor yang mau menanamkan uangnya di Singapura. Salah satunya adalah kebijakan bebas pajak bagi investor asing selama 5-10 tahun.
Untuk pelabuhan, Singapura juga mengenakan pajak yang begitu rendah bagi masuknya bahan mentah yang nantinya siap disuling menjadi bahan siap olah. Hal ini tentu saja menarik banyak kapal-kapal niaga yang berada di Selat Malaka, dan juga bagi para tetangganya. Sejak masa Sir Stamford Raffles hingga kini, perdagangan adalah jiwa Singapura, yang merupakan bandar alih-pengapalan besar. Barang-barang dari negeri Asia Tenggara yang lain mengalir melewati Singapura menuju Jepang, Eropa dan Amerika Serikat. Dari galangan dan dermaga padat Singapura, kpal berlayar membawa karet, kopra, kayu gelondongan, rempah-rempah dan produk lain. Kapal lain membawa produk elektronika, minyak bumi olahan, dan barang industri serupa yang mencerminkan status Singapura sebagai tempat manufaktur terpenting Asia Tenggara.
Selain sisi pembangunan di lapangan, Singapura juga menyelenggarakan sistem pendidikan siap pakai yang mampu menghasilkan tenaga kerja terampil dalam waktu singkat. Ilmu-ilmu terapan dan teknik lebih dipentingkan dibandingkan ilmu yang lebih bersifat filosofi dan teoritis. Kebijakan ini dengan cepat mendorong pertumbuhan ekonomi Singapura. Dengan sendirinya hal ini mengurangi angka pengangguran dengan cepat.
Menyusul serbuan investor asing ke Singapura, dibangunlah sejumlah gedung yang diperuntukan sebagai hunian bagi warga negaranya. Luas daratan Singapura yang hanya 692,7 kilometer persegi tidak memungkinkan untuk membangun perumahan seperti di Indonesia yang bisa memakan ratusan hektar. Sebab itu, proyek perumahan bagi warganya tidak dibuat melebar, tetapi meninggi. Walaupun berbentuk apartemen, namun pemerintah Singapura berupaya agar warganya mau tinggal di apartemen. Sebab itu, pemerintah mengenakan bea yang sangat rendah bagi warganya yang mau tinggal di apartemen.
Kebijakan “mengapartemenkan” rakyat Singapura mencapai keberhasilan dikemudian hari. Tidak sampai tahun 2000, sekitar 80-90 % warga Singapura telah tinggal di apartemen-apartemen. Reformasi dibidang hukum dan perundangan juga dilakukan dengan baik. Kesejahteraan pekerja diperhatikan. Hal tersebut hanya bisa dicapai jika pemerintah memiliki persediaan uang yang cukup banyak dan juga bersih dari korupsi. Hingga kini pemerintah Singapura memang terkenal sebagai pemerintahan yang efisien, taat hukum dan bebas korupsi.
Banyak fasilitas dan kemajuan dicapai semasa pemerintahan Lee Kuan Yew. Singapura telah menjelma menjadi satu dari segelintir kecil negara-negara kaya didunia. Pendapatan perkapitanya menyamai negara-negara kaya di Eropa. Pelabuhan Singapura telah menjadi pelabuhan tersibuk didunia. Demikian juga bandar udaranya yang mampu melayani sekurangnya 67 maskapai penerbangan komersial. Dan dengan kebijakannnya ini Singapura yang merupakan negara kecil (luas negaranya hampir sama dengan kabupaten Karawang di Jawa Barat) mampu menjadi pusat perekonomian di Asia Tenggara.
Politik Singapura
Hanya saja dalam urusan demokrasi dalam negerinya sendiri, Singapura dibawah kendali Lee Kuan Yew nyaris mati suri. Lee yang sangat mengagumi tokoh Machiavelli dan secara sadar mengikuti pemikirannya. Kala itu dunia internasional sering menyindir kehidupan demokrasi di Singapura. Untuk menetralisir sindiran ini, lee kembali memasukkan orang-orang oposisi di kabinet.
Dr. Chee Soon Juan, tokoh oposisi Singapura mengakui bahwa Singapura dibawah kendali Lee memang menunjukkan pembangunan ekonomi yang pesat. Walaupun kehidupan demokrasi tidak sehat, namun kepemimpinan Lee yang gemilang membawa Singapura menjadi negara kecil yang kaya dan terpandang dalam pergaulan dunia, hal itu begitu membanggakan warganya, sehingga warganya tidak terlalu memikirkan politik.

e.Singapura Basis Israel di Asia Tenggara
Jejak kaum yahudi sudah sedemikian berakar-berurat di Singapura. Setelah merdeka, Singapura segera meminta Israel agar membantu negeri ini untuk membangun angkatan perang, sistem pertahanan dan keamanan, serta jaringan intelijennya di Asia Tenggara. Dalam membangun konstruksi militer misalnya, Singapura memang 100 % menggunakan jasa pakar militer Zionis-Israel.
Selain itu yang juga menjadi dasar latar belakang sikap Singapura tersebut selain yang telah dijelaskan diatas adalah karena adanya kesamaan antara Singapura dan Israel, yaitu :
1.Dalam hal agama. Israel merupakan negara dengan penganut agama Yahudi ditengah-tengah komunitas bangsa-bangsa yang mayoritas beragama Islam. Demikian pula Singapura. Sebagian besar warga Singapura adalah penganut Budha dan Kristen Protestan di tengah-tengah negara tetangganya yang mayoritas Islam (Malaysia, Indonesia dan Brunei). Secara keyakinan, Zionis-Israel maupun Singapura merupakan minoritas di tengah-tengah negara tetangganya.
2.Dalam hal Etnis. Israel adalah bangsa Yahudi yang berada di tengah-tengah negara tetangga yang nyaris seluruhnya warga Arab. Demikian pula Singapura, yang sebagian besar warganya keturunan etnis Cina, walau ada juga warganya yang keturunan India dan Melayu, namun belakangan ini sedikit jumlahnya. Cina Singapura dikepung oleh negara-negara yang hampir seluruhnya ras melayu.
3.Dalam hal wilayah. Negara Zionis Israel berdiri diatas tanah milik bangsa Palestina. Dilihat dari peta keseluruhan Jazirah Arab, keberadaan Israel demikian rentan dan kecil. Demikian pula Singapura, negara ini memiliki luas yang sangat kecil (luas negaranya hampir sama dengan kabupaten Karawang di Jawa Barat) dibandingkan negara-negara disekelilingnya yaitu Indonesia dan Malaysia.
Dengan demikian, ditilik dari segi agama, etnis maupun geografis, baik Zionis-Israel maupun Singapura memiliki banyak kemiripan. Menteri Pertahanan Goh keng Swee bisa dianggap sebagai salah satu orang Singapura pertama yang meletakkan ide menggunakan jasa Zionis-Israel sebagai arsitek sistem pertahanan dan keamanan Singapura. Menurut Goh keng Swee, “Yang bisa membantu Singapura hanyalah Israel. Sebuah negara kecil yang dikepung oleh negara-negara muslim tapi mempunyai basis militer yang kuat. Hanya Israel yang mampu membangun militer di sini.” paparnya
a.Israel membangun militer Singapura
Permintaan Singapura akan bantuan militer Israel disambut hangat oleh negeri Zionis tersebut. Berbagai persiapan pun digalang kedua belah pihak dengan amat intensif. Sebuah tim rahasia dengan sandi “Mexicans” yang terdiri atas enam perwira tentara dan dibagi dalam dua tim. Tim pertama dipimpin oleh Kolonel Yakov Elazari, bertugas mengatur pertahanan dan keamanan internal kementrian. Tim yang kedua dipimpin oleh Mayjen Yehuda Golan yang bertugas membangun infrastruktur militer, dengan mengikuti model Israeli Defence Force (IDF). Para perwira Israel itu juga memberikan pelatihan pertama terhadap para perwira tentara Singapura.
Kolonel Yakov Elazari dan Mayjen Yehuda Golan bisa disebut sebagai “Bapak Tentara Singapura”. Beberapa buku pedoman kemiliteran Singapura disusun keduanya. Buku tersebut diberi nama Brown Book atau Buku Coklat yakni buku panduan militer yang benar-benar blue-print dari Israel. Buku ini merupakan panduan untuk perang langsung atau combat. Buku kedua adalah buku biru atau Blue Book yang mengatur segala macam strategi pertahanan dan gerakan intelejen. Kedua buku ini diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dan segera langsung dikirim dari Israel ke Singapura.
Anggaran Military Budget Singapura itu 4,4 milyar dolar US. Jauh sekali jika dibanding dengan Indonesia dan malaysia. Selain itu Singapura juga punya industri militernya sendiri yang mampu membuat senjata ringan, mesin hingga artileri.
Angkatan bersenjata Singapura, keseluruhan berjumlah 60.500 pasukan dengan pasukan cadangan berjumlah 213.800, jauh dibawah pasukan Indonesia dan Malaysia. Dengan seperti itu, Singapura bisa dilihat sebagai negara yang benar-benar telah menjalankan total defence war. Mereka punya wajib militer untuk seluruh penduduk yang setiap saat semua warga negara Singapura bisa dimobilisasi dan dipersenjatai untuk berperang.
Selain kekuatan militer darat, Israel juga merancang strategi combating water bagi Singapura. Kekuatan tempur laut yang dibangun oleh Israel memang disiapkan untuk menghadapi negara-negara maritim seperti Indonesia dan Malaysia. Sejak itu terbukalah secara umum hubungan antara Israel dan Singapura. Hal ini terlihat dari kesediaan Lee Kuan Yew yang memberikan izin pada Israel untuk membuka kedutaannya di Singapura pada tahun 1969.
Menurut laporan Asian Defence Journal ditahun 2000, tak kurang Singapura memiliki empat F-16B, sepuluh F-16D fighters, tiga puluh enam F-5C fighters, dan delapan F-5T fighters. Bahkan sakking unggulnya kekuatan Singapura yang dibangun oleh Israel ini, sampai-sampai Lee Kuan Yew membanggakan militernya jauh lebih efektif dari militer Amerika Serikat.
b.Kerjasama Singapura – Israel dalam bidang politik, ekonomi dan teknologi
Sejak saat itu berbagai kerjasama dalam jumlah besar tak hanya dalam bidang militer dan pertahanan, tapi juga ekonomi dan politik. Tentu saja pada bidang ekonomi dan politik, kekuatan Israel di Singapura telah pula memasuki negara-negara muslim seperti Malaysia, Brunei dan Indonesia.
Pada tahun 2000 lalu, Israel, Singapura yang difasilitasi oleh Amerika Serikat meneken kontrak kerjasama dalam bidang satelit mata-mata senilai satu milyar dolar Amerika. Bisa jadi, tak sejengkal pun wilayah, khususnya wilayah-wilayah muslim di Asia Tenggara lolos dari perhatian Israel.
Atas nasehat Israel pula kini Singapura punya interest yang kuat dalam perdagangan dan kerjasama yang dibentuknyauntuk empat hal. Empat hal tersebut antara lain dibidang Komando, Kontrol, Komunikasi, dan Intelijen. Kini lewat doktrin ini pula Singapura tak melepaskan kesempatan emas untuk membeli sejumlah aset Indonesia yakni Indosat dan Telkomsel. Dari Singapura, Zionis-Israel lebih mudah memantau negeri-negeri muslim tetangganya seperti Malaysia, Brunei dan Indonesia.
Satu dekade berikutnya, hubungan Singapura-Israel dibidang teknologi pertahanan menunjukan peningkatan. Salah satu proyek prestisius dari kerjasama ini dikenal dengan OFEQ-5 Project, yang bekerjasama dibidang satelit intai mutakhir. Pada tahun 2002 Israel berhasil meluncurkan satelit ini yang merupakan satelit intelijen paling canggih yang dimiliki oleh Israel. Awalnya satelit ini memang difungsikan sebagai satelit pengintai yang canggih. Satelit pengintai ini merupakan pewaris dari tradisi persenjataan mutakhir yang kecil dalam ukuran namun memiliki segudang kelebihan teknologi digital terkini. OFEQ-5 Project merupkan bagian dari kepentingan jangka panjang Singapura yang berambisi untuk merajai persainga di ruang angkasa, komunikasi, dan intelijen di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Pasifik.
Sudah sejak lama Singapura bertekad menguasai teknologi perang modern guna memimpin kekuatan militer dikawasan Asia Tenggara. Dalam kerjasama militer, Israel mentransfer teknologi militernya ke Singapura. Sebagai balasannya, Singapura membantu perekonomian negeri Zionis itu dengan proyek dan anggaran yang juga besar. Singapura juga mengadakan kerjasama dalam pengembangan sistem persenjataan Misil BARAK, yaitu misil canggih yang dapat diluncurkan dari atas kapal perang yang tengah berlayar dilautan lepas, maupun dari darat, tanpa mengurangi efektivitas dan daya hantamnya. Masuk dalam keluarga antimisil udara maupun antimisil yang melaju dipermukaan air.
Dalam bidang ekonomi, Singapura ternyata menjadi salah satu negara utama dalam memback-up perekonomian Israel secara langsung dan terang-terangan. Salah satu organisasi yang dibentuk adalah SIRD (Singapore Israel Industrial Research and Development) yang dibentuk tahun 1977. SIRD saat ini menjadi fasilitator berbagai proyek antara dua atau lebih perusahaan atau organisasi Singapura dengan rekanannya di Israel. Proyek-proyek yang ada antara lain :
-Bidang konstruksi pelayanan
-Visual Touch Map (mengerjakan proyek pengembangan teknologi software)
-Prog2hunt (mengontrol perkembangbiakan dan populasi hama)
-Proyek ICDS (menggabungkan beberapa fungsi komunikasi digital)
-Experi Web (pengolaan pemasok data-data sekolah dan PT)
-LPC Flashdisk (mengembangkan perangkat keras terbaru dengan berdasarkan pada teknologi Flash Memory
-Growtech 2000 (memanfaatkan teknologi robotik untuk berbagai macam aplikasi medis dan non medis.
-Medis dan farmasi

Keuntungan Israel di Singapura
Singapura yang baru merdeka memerlukan bantuan untuk bangkit dan bertahan. Lee Kuan Yew yang meminta bantuan pada Israel langsung mendapatkan sambutan hangat. Sejak itulah baik terus terang ataupun secara sembunyi-sembunyi, Singapura dan Israel selalu bersama-sama dalam mengkonstruksi Singapura agar bisa bertahan hidup dan bahkan menjadi macan Asia Tenggara seperti yang telah dicontohkan Israel yang bisa unggul si Timur Tengah. Keuntungan Israel dalam berhubungan dan membantu Singapura adalah :
• Israel bisa memantau secara langsung face to face negara muslim besar didunia seperti Malaysia dan Indonesia. Bahkan dalam beberapa kesempatan, Israel bisa secara langsung mengunjungi dan wara wiri didua negara tersebut dan bukan mustahil membuka kedutaan besar bayangan.
• Secara geostrategi lewat kerjasama dengan Singapura, Israel membangun basic camp militer dan intelijen di Selat Malaka yang sejak dulu terkenal sebagai wilayah yang sangat strategis dan salah satu pusat perlintasan kapal-kapal niaga internasional.
• Manfaat ke dalam. Tanpa ada Memorandum of Understanding (MoU) resmi, antara Singapura dengan Israel saling mengerti kebutuhan masing-masing. Sebagai negara yang berdiri di atas tanah jajahan dan dikepung oleh bangsa-bangsa Arab yang senantiasa memusuhinya, ini membuat Israel terlalu memfokuskan diri pada pembangunan kekuatan militer dan intelijennya. Hal ini berakibat terbengkalainya pembangunan infrastruktur dibidang ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Untunglah ada Singapura, negara kecil namun memilki sumber daya ekonomi yang merupakan salah satu terkuat didunia.
Jadi Israel memberikan segi keunggulan teknologi militer dan intelijen kepada Singapura, sebagai timbal baliknya, Singapura memberikan sebagian kekayaannya kepada Israel dalam bentuk dollar maupun infrastruktur agar warga Israel bisa terus melanjutkan misinya menguasai palestina sesungguhnya. Sungguh simbiosis-mutualisme yang saling menguntungkan kedua negara kecil tersebut.


BRUNEI DARUSSALAM
Negara Brunei Darussalam yang meskipun mungil, kaya akan minyak memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1984 setelah menjadi protektorat Inggris selama 96 tahun. Negara ini terletak di pantai barat laut pulau Kalimantan, yang hijau dan subur, yang juga menjadi bagian Malaysia dan Indonesia. Sultan yang juga menjabat perdana menteri, Sultan Hasanal Bolkiah merupakan pemimpin agama dan politik bangsa Brunei. Dia adalah keturunan ke-29 yang memerintah negeri ini dalam silsilah yang bermula sejak 500 tahun silam. lebih dari ¼ jumlah penduduk tinggal di Bandar Seri Begawan, ibukota dan kota terbesar Brunei.
Brunei Darussalam merupakan salah satu negara produsen utama minyak bumi dan gas di Asia Tenggara. Temuan sumur minyak pertama pada tahun 1929 dan berbagai temuan minyak dan gas di sumur-sumur off-shore, on-shore dan pedalaman wilayah Brunei telah mendorong negara itu maju pesat perekonomiannya. Minyak mentah, produk-produk petroleum dan liquified natural gas (LNG) Brunei diekspor dengan negara tujuan utama Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara ASEAN.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1929, sumber minyak di beberapa kawasan Brunei Darussalam dieksplorasi oleh Brunei Shell Petroleum Sdn Bhd, sebuah perusahaan joint venture antara Pemerintah Brunei Darussalam dengan Royal Dutch Shell Group. Baru pada tahun 1980-an terdapat konsorsium lain yang turut melakukan eksplorasi minyak di Brunei Darussalam, yakni Total E&P Borneo BV yang merupakan kolaborasi antara perusahaan eksplorasi minyak internasional Total Fina Elf dengan perusahaan lokal Jasra International Petroleum.
Indikator Ekonomi:
Produk Domestik Bruto (GDP) Tahun 2008: B$ 20,4 juta (ekuivalen dengan US$ 14,57 juta)
GDP Per Kapita : US$ 36,640 (tahun 2008, kedua tertinggi di ASEAN setelah Singapura)
Tingkat pertumbuhan GDP: 10.5%
Tingkat Inflasi rata-rata 1.5 % selama lebih dari 20 tahun
Total investasi: US$ 1,119.68 juta
Produksi minyak bumi: 219,000 barel per hari
Persentasi Produksi Minyak Bumi dan Gas terhadap GDP:
66.4% (Tahun 2005), 68.8% (Tahun 2006) dan 67.4% (Tahun 2007).
Pada pasca Perang Dunia II, Jepang yang ketika itu menguasai Brunei, harus menarik pasukannya dari Brunei karena mengalami kekalahan dari tentara sekutu. Disaat yang sama, Brunei yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Omar Ali Saifuddin III menunggu akan kedatangan utusan dari Inggris. Maka ditahun 1959, diadakan perjanjian antara Brunei dengan Inggris dimana perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Brunei mendapatkan kembali kekuasaan atas urusan dalam negerinya namun tetap meminta Inggris untuk mengurus pertahanan dan hubungan luar negerinya.
Hingga tahun 1979 sudah banyak perundingan-perundingan persahabatan yang dilakukan oleh kedua negara tersebut dalam hal masa depan Brunei Darussalam yang ketika itu dipimpin oleh anak dari Sultan Omar Ali Saifuddin III yaitu Sultan Hasanal Bolkiah, yakni pada tahun 1968, 1969, 1970, 1971 dan 1978, dan puncak dari perundingan tersebut adalah ditahun 1979 yang diadakan di Lapau, Bandar Seri Begawan, dimana isi perjanjian persahabatan tersebut adalah :
“Negeri Brunei telah setuju mengambil alih kekuasaan kerajaan dengan secara penuh tanggungjawab antarbangsa sebagai sebuah negara yang berdaulat lagi merdeka”
Maka sejak tahun 1979, Brunei mulai mempersiapkan kemerdekaan negaranya. Barulah ditahun 1984 dipilih menjadi tahun bersejarah bagi Brunei Darussalam, karena ditahun tersebut Brunei mengumumkan kemerdekaannya atas Inggris. Dan ditahun itu juga tamatlah tanggungjawab Inggris yang sejak tahun 1888 menaungi Brunei Darussalam.
Pada saat itu, baik Malaysia maupun Indonesia berminat menarik kesultanan yang kaya minyak itu bergabung. Namun, akhirnya kedua negara tersebut membuka hubungan bersahabat dengan Brunei-yaitu dengan masuknya Brunei Darussalam kedalam himpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) pada tahun 1984. Sultan telah setuju menerima kemerdekaan penuh bagi negaranya pada tanggal 1 Januari 1984, tetapi perayaan kemerdekaan itu diundurkan sampai tanggal 23 Februari-yang dirayakan di Brunei sebagai Hari Kemerdekaan.
Brunei terbagi menjadi dua bagian. Kedua bagian ini terpisah dan dikelilingi oleh perbatasan darat negara bagian Sarawak, Malaysia. Bagian barat terdiri terutama atas dataran pantai yang rendah dan berawa. Sedangkan bagian timur berbukit dengan ketinggian 1.800 m di tenggara. Lebih dari 65 % bangsa Brunei adalah keturunan Melayu, sedangkan yang 25 % adalah keturunan Cina. Sekitar 60 % orang Brunei beragama islam, yang merupakan agama resmi negara. Rakyat Brunei menikmati pendapatan perkapita tertinggi didunia. Pemerintah memanfaatkan sebagian kekayaan dari sumber minyaknya untuk menyediakan pendidikan dan perawatan kesehatan cuma-cuma. Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura. Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi dalam bidang perdagangan
Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan Sultan Brunei ke-29 dan telah memerintah selama lebih dari 40 tahun sejak tahun 1967. Beliau dinilai telah berhasil membawa Brunei Darussalam menikmati kesejahteraan dan kedamaian. Perkembangan yang menonjol dalam pemerintahannya adalah kesediaan untuk melakukan reformasi kehidupan bermasyarakatnya.

KERJASAMA BILATERAL INDONESIA - BRUNEI DARUSSALAM
Hubungan kerjasama bilateral Indonesia - Brunei Darussalam secara politis mencapai bobot yang cukup tinggi dengan kunjungan kenegaraan Sultan Haji Hassanal Bolkiah ke Indonesia pada tanggal 22-24 April 2008. Kunjungan tersebut untuk membalas kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Brunei Darussalam tanggal 27-28 Pebruari 2006.
Pada kunjungan Sultan Brunei Darussalam bulan April 2008 tersebut telah berlangsung antara lain kegiatan sebagai berikut:
•Pertemuan Bilateral Indonesia – Brunei Darussalam pada tanggal 22 April 2008.
•Penandatanganan MoU on Cultural Cooperation antara Republik Indonesia dengan Brunei Darussalam oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Menteri Kebudayaan, Belia dan Sukan Negara Brunei Darussalam di Jakarta pada tanggal 22 April 2008.
•Penyematan Wing Kehormatan Penerbang TNI Angkatan Udara dan pengukuhan sebagai Anggota Kehormatan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (Korpaskhasau) kepada Sultan Haji Hassanal Bolkiah di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta, tanggal 23 April 2008.
Brunei Darussalam ikut berpartisipasi dalam pengiriman pasukan yang tergabung dalam misi perdamaian Aceh Monitoring Mission (AMM). Brunei Darussalam memberi bantuan terhadap proses rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam pasca tsunami tanggal 26 Desember 2004, yang ditunjukkan oleh Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah dengan pemberian bantuan pembangunan proyek infra-struktur di Desa Memplan, Aceh yang dikenal dengan “Brunei Village” senilai B$ 2 juta.

Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan salah satu dari empat Kepala Negara/Pemerintahan yang hadir pada acara pembukaan Bali Democracy Forum di Nusa Dua, Bali, tanggal 10 Desember 2008. Beliau merupakan salah satu dari empat (4) Kepala Negara / Pemerintahan negara-negara yang hadir.
Hubungan bilateral kedua negara ditandai juga dengan berlangsungnya kunjungan kerja Ketua Parlemen Brunei Darussalam (Legislative Council / LegCo) dan delapan (8) anggota LegCo ke Indonesia tanggal 28 April – 2 Mei 2008. Kunjungan tersebut merupakan balasan kunjungan muhibah Ketua DPR-RI, Bapak Agung Laksono ke Brunei Darussalam tanggal 28-30 Maret 2006 yang didampingi 7 anggota DPR-RI beserta isteri. Dari kunjungan Ketua Parlemen Brunei Darussalam ke Indonesia, terwujud saling pengertian dan hubungan baik antara Legislative Council (LegCo) Brunei Darussalam dan DPR RI.
Pada tahun 2008, ditandatangani MoU (Nota Kesepahaman) antara Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) RI dengan Financial Intellegence Unit pada Kementerian Keuangan Brunei Darussalam, di Jakarta pada tanggal 17 Desember 2008. Kedua negara menyepakati untuk melakukan pencegahan pencucian uang untuk membiayai terorisme dan aksi-aksi kejahatan lainnya.
Sebagai wujud hubungan kerjasama bilateral Indonesia dan Brunei Darussalam yang baik, Pemerintah Brunei Darussalam menganugerahkan bintang kehormatan kepada pejabat tinggi Pemerintah Indonesia. Penganugerahan Bintang Kehormatan ”Darjah Paduka Keberanian Laila Terbilang Yang Amat Gemilang Darjah Pertama” diberikan oleh Sultan Brunei Darussalam kepada Kapolri, Jenderal Pol. Drs. Sutanto di Istana Nurul Iman, Bandar Seri Begawan, tanggal 7 April 2008. Bintang kehormatan diberikan atas pertimbangan jasa-jasa Kapolri dalam meningkatkan kerjasama antara Kepolisian RI dan Polisi Diraja Brunei Darussalam.
Pada tanggal 11 – 15 Oktober 2009, rombongan peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 43 Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS) melakukan studi strategis luar negeri dan berkunjung ke Brunei Darussalam. Rombongan yang dipimpin Mayor Jenderal TNI Suroyo Gino, Tenaga Ahli LEMHANNAS Bidang Kewaspadaan Nasional beranggotakan 25 orang dan bertujuan melihat langsung dan mempelajari perkembangan pembangunan ekonomi nasional Brunei Darussalam, khususnya di bidang energi, dalam memperkuat ketahanan energinya, guna mendukung ketahanan nasional Brunei Darussalam. Kunjungan rombongan LEMHANNAS tersebut merupakan yang kedua ke Brunei Darussalam setelah yang pertama terlaksana pada tanggal 12 – 17 Oktober 2008, dimana rombongan peserta PPRA 42 LEMHANNAS dipimpin Mayor Jenderal TNI Wilono Djatiwiyono.
Di bidang perdagangan, dalam upaya meningkatkan kerjasama kedua negara, telah terlaksana promosi terpadu perdagangan, investasi dan pariwisata Indonesia melalui penyelenggaraan 2nd Indonesian Product Expo 2009 dan Business Matching di The Mall Gadong Bandar Seri Begawan tanggal 28 April s/d 3 Mei 2009. Pameran diselenggarakan KBRI Bandar Seri Begawan dengan PT Cipta Mandiri. Selama pameran tersebut tercatat total transaksi B$ 57.061 (Rp. 400.000.000).
Di samping itu, telah terlaksana fasilitasi oleh KBRI Bandar Seri Begawan kepada pengusaha Indonesia yang berpartisipasi dalam pameran Consumer Good Fair part 3 (tanggal 8 s/d Januari 2009 2009), Consumer Good Fair part 4 (25 s/d 28 Juni 2009) dan International Halal Products Expo (30 Juli s/d 2 Agustus 2009).
Data statistik perdagangan luar negeri Brunei Darussalam menunjukkan bahwa selama kuartal kedua tahun 2008, nilai perdagangan bilateral Indonesia – Brunei sebesar B$ 1.590.000.000, yang terdiri dari nilai ekspor Brunei Darussalam ke Indonesia B$ 1.551.000.000 dan nilai ekspor Indonesia ke Brunei Darussalam B$ 43.000.000. Hingga tahun 2008, trend perkembangan hubungan perdagangan kedua negara mengalami kenaikan.
Pada tahun 2007, total ekspor Indonesia dan Brunei Darussalam mencapai B$ 2.885.500.00 dengan ekspor Brunei Darussalam ke Indonesia ke B$ 2.792.400.000 dan dan ekspor Brunei Darussalam ke Indonesia B$ 93.100.000. Adanya peningkatan surplus perdagangan untuk Brunei Darussalam selama 3 tahun hingga tahun 2008, karena Indonesia banyak mengimpor minyak dari Brunei Darussalam yaitu pada tahun 2008 sebesar B$2.985.3 pada tahun 2007 sebesar B$ 2,790 juta pada tahun 2006 sebesar B$ 2,404.72 juta.

Komoditi ekspor utama Indonesia ke Brunei Darussalam adalah mie instan, makana bayi, minuman ringan, obat-obatan, jamu, kosmetik, alat-alat listrik dan elektronik, tekstil, dan garment, furniture, water dispenser, bahan bangunan, peralatan olah raga, rokok, cassette/VCD/DVD lagu dan film, produk teknologi perminyakan, kendaraan bermotor serta suku cadangnya, seperti Toyota Kijang, Daihatsu, Mitsubishi, Isuzu dan lain-lain.Ekspor utama Brunei Darussalam ke Indonesia meliputi minyak mentah, transport equipment, cashed head petroleum, dan machinery.

Dalam rangka mendorong people-to-people contact antara kelompok-kelompok masyarakat Indonesia dan Brunei Darussalam, telah terbentuk Perhimpunan Persahabatan Brunei Darussalam – Indonesia atau Brunei Darussalam – Indonesia Friendship Association (BRUDIFA) pada tanggal 27 Januari 2009.
Sebagai formatur sekaligus Ketua pertama BRUDIFA adalah Pengiran Dato Paduka Hj. Jaludin bin Hj. Mohd. Limbang, mantan Duta Besar pertama Brunei Darussalam untuk Indonesia (periode 1984 – 1986). Duta Besar RI Bandar Seri Begawan secara ex-officio merupakan Patron (Pelindung) organisasi BRUDIFA tersebut. Adapun launching BRUDIFA kepada publik telah dilakukan di Rizqun International Hotel, Bandar Seri Begawan, pada tanggal 24 Maret 2009.
Sementara itu, setelah eksis selama sekitar 18 tahun, pada tanggal 1 Juni 2006, Persatuan Masyarakat Indonesia di Brunei Darussalam (PERMAI) resmi terdaftar sebagai badan hukum pada Registrar of Society (ROS) Kepolisian Diraja Brunei Darussalam. PERMAI sebelumnya telah melakukan aktivitas sejak masih bernama “Kerabat Nusantara” (KN) dan berdiri pada tanggal 20 Nopember 1988.
Di bidang ketenagakerjaan, keberadaan sekitar 40,000 tenaga kerja Indonesia di Brunei Darussalam menyebabkan isu kerjasama ketenagakerjaan merupakan isu penting. Begitu banyaknya WNI yang bekerja sebagai TKI, khususnya TKI informal, membawa implikasi cukup besarnya potensi masalah kekonsuleran. Untuk meningkatkan pelayanan WNI di luar negeri pada tanggal 29 Juli 2007 Menteri Luar Negeri meresmikan peluncuran gugus tugas pelayanan warga (Citizen Service) di enam Perwakilan RI yaitu Amman, Damaskus, Doha, Seoul, Singapura dan Bandar Seri Begawan.
Kerjasama di bidang militer antara Indonesia dan Brunei Darussalam pada tahun 2008 ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Kerangka Acuan (Terms of Reference/TOR) of the Army Working Group antara Indonesia dan Brunei Darussalam di Bandar Seri Begawan tanggal 23 Agustus 2008.

0 komentar

Post a Comment

Setelah membaca posting Berikan Komentar anda untuk memperbaiki kesalahan tulisan kami..